Game Dituding ‘Biang Kerok’ Kasus Penembakan di Florida

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Jakarta – Beberapa hari lalu, terjadi penembakan oleh siswa di Marjory Stoneman Douglas High School Florida, Amerika Serikat. Alih-alih melakukan penyelidikan, pemerintah setempat malah menuding video game sebagai biang kerok kasus penembakan tersebut.

Gubernur Negara Bagian Kentucky, Matt Bevin, dalam sebuah wawancara menuduh bahwa video game telah menjadi biang kerok atas kasus tersebut serta kasus sejenis lain di AS. Para pelaku terinspirasi melakukan kejahatan dari permainan itu.

“Kepemilikan senjata api bukanlah ancaman bagi publik. Sumber masalah ada pada video game. Anak-anak sudah kecanduan, bahkan meniru apa yang ada di dalamnya,” ujarnya seprti dilansir The Next Web.

Bevin mengemukakan, bahaya video game tidak jauh berbeda dengan pornografi. Keduanya, ia menyebut, sama-sama tak berguna. Ia menegaskan, video game benar-benar merusak moral dan perilaku.

“Kami akan mengajukan tuntutan ke pemerintah. Mereka harus lebih selektif memberi izin kepada kreator permainan. Jangan sampai kasus serupa terjadi lagi di AS,” cetusnya.

Semua tudingan Bevin bisa saja benar, bisa saja salah. Di akun Instagram pelaku penembakan, Nikolas Cruz, memang ada unggahan foto-foto kecintaan sekaligus kepemilikan senjata.

Nikolas sepertinya berambisi menjadi penembak yang profesional. Apakah benar video game yang memicu sikap Nikolas? Kepolisian Florida masih bergeming terkait hal ini.

Tudingan video game sebagai biang kerok sebenarnya tidak sepenuhnya benar. Karena menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari University of York, para gamer yang memainkan game kekerasan tidak memiliki potensi yang besar untuk menjadi beringas.

[Baca juga: Studi: Game Kekerasan Tidak Bikin Anak Jadi Beringas]

Penelitian ini sendiri dilakukan pada 3 ribu reponden dari beberapa rentang usia. Metode penelitian ini pun dilakukan dengan cara melewati beberapa tahap, dan juga beberapa jenis game yang berbeda.

“Kami menemukan bahwa konsep kekerasan yang kuat, yang diukur dengan berapa banyak konsep kekerasan muncul dalam tugas penyelesaian fragmen kata, tidak dapat dideteksi,” jelas pemimpin penelitian, Dr David Pendel, seperti dikutip dari Mirror.

“Temuan menunjukkan bahwa tidak ada kaitan antara jenis realisme dalam permainan dan jenis efek yang biasanya dipikirkan oleh video game terhadap pemain mereka,” sambungnya.[SN/HBS]

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini


ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI