Inggris Tuding Rusia Dalang Serangan Ransomware NotPetya

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Jakarta – Pemerintah Inggris menuding militer Rusia sebagai aktor serangan ransomware besar-besaran pada 2017 lalu. Serangan ransomware NotPetya tersebut menargetkan perusahaan lembaga keuangan, serta pemerintah Ukraina.

Menurut laporan CNET, Kamis (15/2), serangan itu mengakibatkan kerusakan sistem di sejumlah perusahaan, termasuk Maersk, FedEx, dan Merck. Bahkan, laporan menyebut, Maersk merugi hingga 300 juta dolar Amerika Serikat.

“Kremlin telah menempatkan Rusia sebagai oposisi Barat. Kami meminta kepada Rusia untuk menjadi anggota masyarakat internasional daripada diam-diam mencoba melakukan pelemahan,” kata Menteri Penerbangan Inggris, Tariq Ahmad.

Ahmad mengatakan bahwa serangan “sembrono” Rusia tersebut menunjukkan ketidakpedulian terhadap kedaulatan Ukraina. Pemerintah Ukraina juga mengaku menemukan bukti yang menghubungkan serangan itu dengan militer Rusia pada Juli 2017 lalu.

Saat upacara pembukaan Olimpiade Pyeongchang, Korea Selatan, Jumat (9/2) lalu, serangan siber juga telah mengacaukan sirkulasi tiket. Lagi-lagi, serangan hacker itu diklaim berasal dari Rusia.

[Baca juga: WannaCry dan NotPetya Melemah, Hacker Siapkan Jurus Lain?]

Motif peretas Rusia merusak sistem jaringan Olimpiade Musim Dingin 2018 memang cukup beralasan. Sebab, negara tersebut mendapat larangan berpartisipasi pada perhelatan itu lantaran kasus doping.

“Mereka (Rusia) seperti melakukan pembalasan. Kami belum memastikan lagi, apakah si pelaku bekerja atas nama sendiri atau disuruh oleh pemerintah negara setempat,” demikian pernyataan panitia Olimpiade Musim Dingin 2018.

Seperti diketahui, pada 2017 lalu dunia sempat digegerkan dengan serangan ransomware NotPetya. Serangan masif “wabah” ini telah membuat kacau seluruh dunia yang mengakibatkan banyak korban berjatuhan.

Salah satu yang paling dikhawatirkan adalah karena malware ini juga menyerang sistem komputer di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Chernobyl, Ukraina.

Serangan ransomware Petya menyebar dengan sangat cepat ke seluruh dunia. Bloomberg melaporkan bahwa malware ini telah menyebar dari Eropa hingga ke Amerika Serikat (AS) dan Amerika Selatan.

Perusahaan besar dunia dilaporkan menjadi target serangan, termasuk agensi iklan asal Inggris WPP, produsen minyak dan gas asal Rusia Rosneft, dan operator pelabuhan besar dunia A.P.M Maersk. Menurut perusahaan keamanan Kaspersky Lab, perusahaan-perusahaan di Rusia dan Ukraina tercatat paling banyak mendapatkan serangan.

[Baca juga: Petya Itu Ransomware atau Wiper? Ini Penjelasannya]

Yang paling mengkhawatirkan adalah serangan pada sistem komputer di PLTN di Chernobyl, Ukraina. Pihak Kaspersky Lab mengungkapkan, akibat serangan NotPetya ke sejumlah komputer di PLTN Chernobyl ini membuat jaringan listrik terganggu.[SN/HBS]

 

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI