Telset.id, Jakarta – Pada Oktober lalu, pencipta tombol ‘Like’ Facebook, Justin Rosenstein mengatakan bahwa dirinya enggan memakai Facebook karena memiliki dampak buruk. Kini, seorang mantan petinggi Facebook lainnya kembali “buka-bukaan” soal dampak buruk dari media sosial.
Sebelumnya, Justin Rosenstein mengatakan bahwa penggunaan media sosial seperti Facebook dapat memiliki efek yang kurang baik bagi penggunanya. Alasan Rosenstein untuk tidak lagi mau menggunakan Facebook adalah khawatir dengan efek psikologis penggunaan media sosial.
Dua bulan berselang, salah satu mantan petinggi Facebook lainnya, yakni Chamath Palihapitiya juga menungkapkan hal yang sama. Dia menanggap, penggunaan media sosial memiliki dampak yang cukup parah bagi penggunanya.
Hal ini dirasakan oleh Palihapitiya selama dirinya menjabat sebagai Vice President for User Growth Facebook pada 2007 silam. Dia mengatakan bahwa selama dirinya menjabat, dia dihantui perasaan ‘sangat bersalah’.
[Baca juga: Aneh, Pencipta Tombol “Like” Tidak Suka Facebookan]
Palihapitiya bahkan secara tegas mengatakan bahwa dampak media sosial sangat merusak, dimana dirinya merasa jika media sosial telah menghancurkan tatanan sosial di seluruh dunia.
“Saya rasa, kita telah membuat alat-alat yang mengoyak cara kerja masyarakat,” ujar Palihapitiya, seperti dikutip Telset.id dari laman The Verge.
Dia memiliki pandangan bahwa para pegguna media sosial pada umumnya menggunakannya hanya untuk mendapatkan ‘Like’, ‘Hati’, dan semacamnya. Menurut Palihapitiya, hal ini bukan sebuah interaksi sosial yang baik.
“Siklus masukan jangka pendek yang didorong oleh dopamine telah mengacaukan cara masyarakat bekerja,” lanjutnya.
Lebih jauh Palihapitiya mengungkapkan bahwa pemakaian media sosial pun dianggap telah memutuskan hubungan manusia yang mendasar, yakni kepercayaan.
“Tidak ada lagi percakapakan antar-masyarakat, tidak ada kerja sama, beredarnya informasi bohong atau hoaks. Dan ini bukan hanya masalah Amerika Serikat atau bukan masalah iklan dari Rusia. Ini adalah masalah global,” tegas Palihapitiya.
[Baca juga: Facebook Bisa Deteksi Pengguna yang Niat Bunuh Diri]
Dia mengatakan kasus kebohongan di media sosial bahkan harus dibayar dengan nyawa manusia. Palihapitiya mencontohkan kasus hoax yang terjadi di India yang beredar di WhatsApp mengenai penculikan seorang gadis. Akibatnya sangat fatal, 7 orang tak bersalah harus meregang nyawa akibat berita hoax tersebut.
“Masalah inilah yang harus kita hadapi. Bayangkan skenario ekstrem yang mungkin terjadi, ketika sebagian orang jahat bisa memanipulasi banyak orang untuk melakukan apa yang mereka mau,” lanjutnya.
Oleh karena itu, Palihapitiya mengaku dirinya sangat membatasi pemakaian media sosial. Bahkan, dirinya melarang anaknya untuk sama sekali menggunakan media sosial. Dia pun mengajak para pengguna media sosial untuk berhenti sejenak dalam menggunakan media sosial. [NC/HBS]