Telset.id – Beberapa waktu lalu, saya mengajari seorang bapak yang baru mengganti ponsel biasa ke smartphone android. Salah satu fungsi yang ingin si bapak ini coba adalah penggunaan perintah suara. Setelah memberi beberapa contoh perintah suara, saya mempersilahkan sang bapak berbicara dengan asisten smartphone, dan dia mengatakan:
“Kalau saya mau pulang dari tempat kerja saya yang baru ke rumah, lewat jalan mana ya yang tidak macet?”
Anak-anaknya yg berada di sekitarnya pun tertawa,
“Pa, mana bisa diajak ngomongnya cara gitu.. ”
Saya pun coba membesarkan hatinya, “ Sekarang memang belum, tetapi sebentar lagi perintah seperti itu akan dimengerti smartphone,“ kata saya.
Ada gap antara teknologi smartphone dan penggunanya, terutama dari generasi yang lahir jauh sebelum ponsel mulai dipasarkan. Kita sering mendengar banyak generasi sekarang mengajarkan bapak atau ibunya untuk bisa bercakap-cakap, bertukar foto, lewat Whatsapp.
Bahkan generasi sekarang pun yang smartphone-nya penuh inovasi baru, belum tentu menguasai cara penggunaannya dengan sempurna. Semakin canggih sebuah smartphone, semakin banyak fitur, semakin banyak pengguna smartphone tidak menguasainya.
Sepertinya banyak yang mendengar pendapat ini:
“Ah tidak perlu yang mahal dan canggih-canggih, smartphone hanya untuk orang tua, canggih-canggih juga mereka tidak bisa pakainya..”
Kita sekarang memang diajak berasumsi, semakin canggih sebuah perangkat, semakin sulit penggunaannya. Ini karena orientasi kita sampai saat ini adalah bagaimana manusia belajar memahami interface dari mesin. Semakin banyak menu, semakin sulit hafalnya, semakin berjenjang sub menunya, semakin orang sulit mengingatnya.
Sekarang kita coba lihat cuplikan dari film fiksi ilmiah yang terkenal, Star Trek IV, The Voyage Home, yang tayang 31 tahun yang lalu. Kisah singkatnya, kru pesawat Enterprise harus melakukan perjalanan waktu, kembali dari masa depan ke masa lalu untuk menyelamatkan masa depan. Kru yang sudah terbiasa berkomunikasi dengan komputer melalui perintah suara, bertemu dengan PC jadul dan sempat salah menggunakannya:
Ini yang sedang dibangun oleh para perusahaan teknologi, bagaimana manusia bisa berkomunikasi dengan mesin melalui percakapan, sebab percakapan inilah dasar komunikasi paling efektif yang manusia kuasai. Oleh sebab itu sekarang kita melihat banyak perusahaan teknologi berlomba menggunakan smart asisten, yang dibangun dengan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Google dengan Google Assistant yang sering kita panggil dengan OK Google, Apple dengan SIRI, Amazon dengan Alexa, Microsoft dengan Cortana.
Pernahkah Anda coba mengemudi dan ingin dipandu dengan maps? Betapa repotnya saat harus mengemudi dan memasukkan input nama lokasi tujuan? Bukankah sangat nyaman kalau kita tinggal berbicara saja, “Buka Map, dan tunjukkan jalan ke Starbucks terdekat“, dan dalam sekejap Anda bisa dipandu?
Dan sekarang, bisa kah kita memerintah smartphone begini?:
“Ganti wallpaper dengan foto terakhir saya, saat liburan di Bandung “
Untuk itulah Bixby, smart asisten dari Samsung yang baru diperkenalkan, yang dibuat dengan pemikiran terbalik, bukan manusia yang harus belajar memahami interface mesin, tetapi mesin yang harus belajar memahami perintah manusia.
Bixby sebenarnya dikembangkan dengan beberapa titik berat yang berbeda dengan kebanyakan smart asisten yang sudah ada, sehingga seringkali salah pengertian bisa saja terjadi.
Ada 4 bidang yang menjadi titik berat smart asisten Bixby, voice, vision, reminder, dan home.
Ini beberapa kritik pengguna awal Bixby yang mengemuka:
1. Mengapa Bixby Voicenya tidak sepintar Google?
Bixby voice titik berat utamanya beda dengan Google Assistant, Siri, atau Alexa. Asisten seperti Google menitikberatkan pada pengetahuan umum atau knowledge graph, Siri menitikberatkan pengetahuan umumnya lewat wolfram alpha. Ini seperti ketika kita bertanya, asisten tersebut melihat ke data “buku ensiklopedia” nya untuk memberi jawaban. Databasenya termasuk artikel di internet, seperti Google Search atau Bing.
Bixby titik beratnya bukan knowlege graph, tetapi interaksi dengan smartphonenya sendiri. Smart asisten Bixby, bisa ditanya pengetahuan umum, seperti cuaca, siapa presiden Amerika, berapa jarak bumi ke bulan, dll, tetapi saat ini tidak akan memberikan jawaban berjenjang.
Bixby dibuat lebih untuk kita lebih mudah berinteraksi dengan smartphone, misal, meminta Bixby mengelompokkan foto-foto yang baru kita ambil ke sebuah album baru, mengganti ISO kamera ke angka 200, mengganti wallpaper, menaikkan volume lagu, mengaktifkan fitur do not disturb untuk waktu tertentu, dan lain sebagainya, hanya melalui perintah suara.
Menu-menu aplikasi dan setting yang seringkali harus kita tap berjenjang dan terkadang tidak kita hafal, sekarang bisa digantikan dengan perintah suara. Hal yang tidak banyak orang tahu bagaimana cara menjalankannya, misal membuka aplikasi excel dalam split screen, bisa dengan mudah diperintahkan: “Hi Bixby, open excel in split screen“
Kita juga bisa mengajarkan Bixby beberapa task dengan perintah shortcut sederhana, misalnya kalimat:
“Let’s Run”, berarti Bixby akan mengaktifkan aplikasi health, dan menjalankan menu exercise untuk lari, seperti menghitung jarak, denyut jantung, kalori, dll, memudahkan saat kita akan mulai berolah raga. Atau saat memulai mengemudi, kita memerintahkan Bixby “I’m driving”, maka setiap pesan yang masuk otomatis akan dibalas oleh Bixby dengan pemberitahuan permohonan maaf tidak bisa segera membalas pesan karena sedang mengemudi.
Ini tujuan Samsung dengan Bixby nya, bahwa sekarang mesin yang harus belajar bahasa manusia, sehingga “orang gaptek” pun bisa menggunakan smartphonenya lebih optimal.
2. Sudah ada Google Assistant, Kenapa Samsung butuh smart asisten lain?
Walau ada Bixby, akses ke Ok Google juga tetap bisa dilakukan, dan tombol home tetap digunakan untuk shortcut ke Ok Google. Tetapi ada keterbatasan dari Ok Google untuk berinteraksi lebih jauh dengan smartphone. Smart asisten google dibuat untuk keperluan global, yang bisa melayani merata begitu banyak model smartphone/tablet Android yang berbeda-beda.
Untuk bisa mengontrol seluruh bagian setting, aplikasi, telepon, tidak bisa dilakukan oleh smart asisten Google karena keberagaman tersebut. Untuk itu Samsung membutuhkan smart asistennya sendiri, sebagai pembuat smartphone, agar semua fungsinya bisa diakses oleh Bixby.
Bixby akan memudahkan orang tua “yang gaptek” untuk bisa mengirim foto ke anaknya dengan mudah, mengatur smartphonenya tanpa harus menguasai dan mengetahui fungsi-fungsi menu. Untuk mereka pengguna advance, akan mendapat kemudahan dengan kecepatan eksekusi sebuah perintah tanpa harus men-tap satu-satu menu berurutan.
Bukan hanya untuk smartphone, karena Samsung juga membuat berbagai perangkat elektronik, Bixby juga akan diimplementasikan, untuk kulkas, tv, mesin cuci, AC, dan lain sebagainya. Ini grand design dari Bixby nantinya, Internet of Things yang mudah dioperasikan cukup dengan perintah suara dan saling terhubung, seperti berganti channel tv langsung ke stasiun film yang diinginkan, memesan online barang yang habis di kulkas, bahkan AC akan mengerti idiom perintah tidak langsung seperti ini:
“Rasanya agak panas ya di sini…” dan ac akan otomatis jalan membantu mendinginkan ruang, bahkan Bixby juga punya sisi lucu, misalnya bisa diminta untuk menyanyikan lagu Rap:
3. Tombol khusus Bixby untuk apa?
Saat ini memang ada beberapa perdebatan dari pengguna Galaxy S8 karena ada tombol khusus untuk Bixby, apakah berguna atau tidak. Ada saatnya panggilan “Hi Bixby” di area yang ramai selain mungkin terganggu oleh bising, seringkali juga mungkin mengundang terlalu banyak perhatian. Kemudian banyak smart asisten memiliki kendala untuk mengira-ngira apakah kalimat perintah yang kita berikan sudah selesai atau belum.
Saat ditengah kalimat kita jeda sebentar karena berpikir kalimat lanjutannya, smart asisten sudah bereaksi memberi jawaban dari pertanyaan yang belum komplit. Tombol khusus ini bisa mengatasi problem tersebut. Sama seperti tombol home ditekan lama untuk mengaktifkan Google Assistant secara langsung lebih cepat, demikian tombol khusus Bixby.
Seperti kita bicara di walkie talkie, selama bicara kita menekan tombol dan memastikan kalimat kita selesai baru melepasnya, demikian juga tombol Bixby, baru akan bereaksi saat dilepas yang memastikan perintah suara sudah komplit. Tombol ini memudahkan kita memberikan perintah kapan saja tanpa terlalu mengundang perhatian, walaupun di tempat yang ramai seperti di MRT, karena bisa diaktifkan dengan posisi seperti layaknya kita bertelepon.
4. Bixby Vision banyak salah mengenali benda
Bixby Vision dimaksudkan untuk kamera menjadi “mata” dari smart asisten. Salah satu cara kerja artificial intelligence untuk bisa mengenali benda adalah database yang masif. Untuk AI mengenali benda, mirip seperti kita mengajari anak-anak mengenali benda, dimulai dari bentuk dasarnya misal kotak atau bundar atau segitiga.
Dasar bentuk potongan pizza adalah gabungan segitiga dan bundar. Ketika disodorkan sebuah foto, AI ini sebenarnya mengenali bentuk dasar dan coba membandingkan dari sekian banyak database, data yang memiliki kemiripan dengan foto tersebut. Ketika tidak ada data yang benar mirip, maka akan disajikan gambar dengan prosentase termirip.
Untuk mesin bisa mengenali benda sesuai kategori, sudah bisa dikatakan smart, misalnya foto makanan dikenali sebagai makanan, foto apel sebagi buah-buahan, handphone sebagai gadget, cangkir sebagai utilitas minum, walau banyak orang berharap lebih dari itu, misalnya foto handphone merek A tipe B, akan dikenali sampai sedetail itu. Bukankah saat kita diberi gambar deretan smartphone yang sekarang ini modelnya mirip-mirip, kita juga tidak mudah mengenali merek dan tipenya?
Bixby Vision dibuat bukan hanya sekedar mengenali benda, karena pointless jika sekedar mengenali nama benda saja seperti ini buah apel, ini pizza, tanpa diolah lebih jauh. Bixby lebih ke tujuan praktis untuk mencari benda tersebut bisa dibeli di online store mana. Jadi database yang ada di online store menentukan seberapa tepat pengenalan Bixby Vision ini.
Tergantung di release di negara mana, database Bixby Vision untuk pengenalan benda ini bisa berbeda-beda hasil, misal di Amerika bekerjasama dengan Amazon.com, yang item data basenya akan lebih banyak di banding negara lain yang online storenya lebih kecil. Untuk negara-negara di mana Bixby Vision belum terhubung dengan online store, database-nya diambil dari Pinterest.
Beda dengan Google yang telah lebih dahulu menapaki jalur pengenalan benda ini , database Google jauh lebih masif yang nanti akan digunakan salah satunya untuk aplikasi Google Lens. Mungkin saja nanti Bixby juga bekerjasama dengan Google untuk databasenya agar lebih lengkap.
Bixby Vision juga memiliki fungsi utama lain yang dirasa akan berguna, seperti pengenalan tulisan dari 40 bahasa dan bisa diterjemahkan menjadi 140 bahasa bekerjasama dengan Google. Dengan kemampuan OCR, Bixby vision bisa digunakan sebagai scanner untuk tulisan cetak pada lembaran majalah, buku, koran, dll, dan dikembalikan kepada data digital yang bisa di edit.
Dengan algoritma yang mirip, Bixby Vision bisa digunakan untuk mengenali kartu nama untuk mengubahnya langsung menjadi data digital dan di save di kontak, termasuk mengenali barcode / QRcode, terutama untuk produk anggur. Memang fungsi ini bisa dilakukan juga dengan menggunakan beberapa aplikasi pihak ke-3, tetapi membuatnya dalam satu kesatuan akan terasa memudahkan.
Bixby Vision juga berguna untuk mengenali foto-foto gedung, landscape, dimana kita berada, untuk bisa memberikan informasi yang lebih, seperti informasi wisata, area sekitar, dan lain sebagainya yang dianggap berguna saat kita bepergian ke tempat yang baru. Hanya saja memang informasi ini masih terbatas gedung-gedung yang iconic.
5. Bixby Reminder, bukankah kita sudah banyak memiliki aplikasi pengingat?
Jadwal dan janji yang sering harus kita catat agar tidak terlewat. Tetapi seringkali kita juga malas atau lupa mencatat. Ini mengapa para pemimpin perusahaan senantiasa memiliki sekretaris yang salah satu tugasnya mengingatkan jadwal. Jadwal ini paling mudah dibuat dengan perintah suara, seperti kita meminta kepada sekretaris untuk mencatatnya.
Bixby reminder dibuat dengan AI, untuk bisa mengingatkan pesan bukan berdasarkan waktu saja, tetapi juga tempat dan kondisi. Misalnya mengingatkan untuk mampir ke toko setelah selesai jam kerja, dan mengingatkan untuk membeli apa setelah tiba di toko tersebut. Untuk catatan penting yang ingin kita ingat secara lebih, tinggal kita pin ke AOD (always on display), sehingga akan tampil di halaman depan smartphone saat standby.
Jika kita tidak sempat membalas telepon atau pesan, karena sedang dalam kondisi yang tidak memungkinkan, misal sedang meeting, kita tinggal menekan send to reminder, agar nanti diingatkan untuk membalasnya.
Kita senantiasa juga perlu mencatat atau mengingat berbagai hal lain selain janji atau jadwal, dan Bixby reminder dipersiapkan untuk itu, misalnya ada bacaan penting di sebuah web yang ingin kita baca kembali nanti, maka tinggal share link nya ke Bixby, atau bahkan hanya sebuah gambar yang dikirim oleh kolega yang kita anggap penting, supaya tidak terkubur di galeri, kirim gambar tersebut ke Bixby reminder.
Yang menarik BIxby reminder juga bisa mengingatkan ketika kita sedang menonton sebuah film, yang terkadang harus kita tinggalkan sementara. Tinggal share ke Bixby, maka nanti kita bisa melanjutkan menonton di posisi film ketika kita tinggalkan.
6. Bixby Home apakah seperti Google feed?
Karena kebutuhan data dan ketertarikan kita banyak, maka perlu ada data yang diprioritaskan untuk tampil, atau seperti sebuah halaman resume. Resume ini yang dikenal sebagai Bixby Home. Sebelumnya Google juga memiliki halaman resume seperti ini, hanya saja google membagi 2 halamannya sekarang, 1 halaman untuk berita dengan kategori yang kita suka, dan satu halaman berisi jadwal.
Bedanya Bixby Home memiliki resume dalam satu halaman yang dinamis dan lebih bisa dipilih macamnya. Misalnya bisa ditambahkan info foto galeri terakhir yang kita ambil, info media sosial kita, misalnya pada FB notifikasi yang kita terima, pada twitter trending topic, skedul, berita, dll.
Bixby home ini juga bekerjasama dengan aplikasi-aplikasi lain, seperti CNN, Uber, Facebook, Linkedin, dll, yang ke depan kemungkinan akan bertambah. Aplikasi-aplikasi ini bisa tampil menjadi bagian Bixby home sesuai kebiasaan kita. Misalnya setiap pulang kantor, kita senantiasa memesan Uber dari kantor ke rumah, maka saat pulang kantor, kita membuka Bixby home, uber akan ada paling atas sudah dengan pickup dan tujuan.
Kita tinggal klik untuk memesan uber. Jika saat makan siang kita sering membaca berita di smartphone, maka BIxby home akan mempersiapkan berita baru pada jam tersebut. Beberapa hal ini yang menjadikan Bixby dinamis, smart, dan berbeda dengan aplikasi pengingat biasa.
7. Bixby apa benar makin sering digunakan akan semakin pintar?
Bixby bagian dari neural network dan deep learning artificial intelligence. Ia bisa dikoreksi jika salah. Ada senantiasa pilihan suggestion jika apa yang kita perintahkan ditanggapi dengan salah oleh Bixby, dari situ ia akan memperbaikinya. Semakin sering kita gunakan, semakin ia mengenal kita secara personal dan lebih akan bertindak sesuai kebiasaan kita.
Saat pertama mulai mungkin Bixby masih banyak melakukan kesalahan, anggap saja seperti kita memiliki sekretaris baru yang mungkin belum satu ritme dengan kebiasaan kita. Seiring sering berinteraksi dengannya, Bixby akan semakin baik, selain baik karena mengenal kita, tentu saja baik karena perkembangan aplikasinya sendiri.
Sekarang ini belum semua bisa diakomodir dengan sempurna oleh Bixby, misalnya Bixby Voice sendiri baru saja dinikmati dibelahan Amerika, setelah sebelumnya di Korea. Untuk Indonesia sendiri, sekarang sedang tahap ujicoba. Hanya saja untuk bisa berbahasa Indonesia masih membutuhkan waktu lagi, sementara ini ketika aktif untuk Indonesia, akan masih menggunakan bahasa Inggris.
Walau belum lama keluar, tetapi dari beberapa update terlihat perkembangan Bixby cukup pesat, walau masih banyak juga bagian yang harus diperbaiki dan bisa ditingkatkan. Butuh waktu untuk lebih sempurna, tapi mungkin tanpa kita sadari, tidak berapa lama kemudian kita akan bergantung padanya.
Seperti boss Bixby di Samsung juga mengatakan dalam visinya:
“We do have a bold vision of revolutionizing the human-to-machine interface, but that vision won’t be realized overnight. Ambition takes time” – Injong Rhee –