Telset.id, Jakarta – Apple masih terus berjuang untuk melindungi data penggunanya. Hal itu dibuktikan perusahaan berlogo Apple kroak itu dengan kembali menolak permintaan pemerintah AS untuk memberikan akses backdoor terkait penyelidikan terorisme.
Permintaan untuk mendapat akses backdoor oleh pemerintah AS ini terkait kasus serangan teroris di San Bernardino, California yang terjadi Desember 2015 silam.
CEO Apple Tim Cook mengatakan dalam sebuah posting di website perusahaan bahwa Apple telah bekerja sama dengan FBI untuk kasus ini, dengan memberikan data yang diminta, sesuai dengan surat perintah dan panggilan dari pengadilan dan mengerahkan insinyurnya membantu menyelidiki perangkat mobile yang mungkin digunakan oleh tersangka.
Namun, Apple menolak permintaan FBI untuk membuat versi baru dari sistem operasi iPhone yang akan menghindari beberapa fitur keamanan penting. Ini akan dipasang pada iPhone yang ditemukan selama penyelidikan dalam upaya memulihkan informasi lebih lanjut.
Cook mengatakan, seperti dilansir Telecompaper, Kamis (18/2/2016), akses ‘backdoor’ seperti itu sudah tidak ada, dan Apple khawatir bahwa kalaupun itu dibuat, perangkat lunak tersebut bisa jatuh ke tangan yang salah.
Keberadaan kode sandi tersebut pada sistem enkripsi iOS akan mengekspos semua pelanggan Apple dan berpotensi pada risiko keamanan serta invasi privasi.
Implikasi dari permintaan FBI sendiri, yang didasarkan pada surat perintah Undang-Undang tahun 1789, bisa berdampak buruk bagi Apple secara bisnis.
“Jika pemerintah dapat menggunakan Undang-Undang untuk memudahkan dalam membuka iPhone Anda, itu akan memiliki kekuatan untuk mencapai ke perangkat siapa pun untuk mengambil data mereka,” katanya.
“Pemerintah bisa memperpanjang pelanggaran privasi ini dan meminta Apple membuat perangkat lunak mata-mata untuk mencegat pesan Anda, mengakses catatan kesehatan Anda atau data keuangan, melacak lokasi Anda, atau bahkan mengakses mikrofon ponsel atau kamera tanpa sepengetahuan Anda,” sambung Cook.
Cook menambahkan, bahwa Apple tidak menentang perintah FBI, tetapi merasa harus angkat bicara dalam menghadapi apa yang dinilainya melampaui batas.
Pernyataan CEO Apple menyusul perintah dari pengadilan federal di California 16 Februari lalu, dimana perusahaan diharuskan untuk memberikan bantuan teknis kepada FBI dalam kasus tersebut.
Bantuan tersebut mencakup pembukaan kode PIN pada iPhone, yang mengunci perangkat secara otomatis setelah beberapa upaya penggunaan PIN yang salah.[IF/HBS]