Samsung Galaxy Note 8: Cerita dari New York

Layar

Satu bagian paling krusial di smartphone sebenarnya adalah layar. Karena bagian ini yang senantiasa kita tatap. Sadar tidak sadar, sekarang ini sebagian besar pengguna smartphone menuntut baterai besar, yang sebenarnya berarti semakin lama setiap hari mereka menatap layar smartphone.

Banyak pengguna smartphone baru sampai tahap melihat layar hanya dari sisi ukuran layar dan resolusi layar. Teknologi layar ini sebenarnya salah satu teknologi yang rumit, bukan hanya sekedar menampilkan gambar, tetapi di dalamnya banyak faktor lain.

Seperti standar warna apa yang bisa dihasilkan, apakah bisa menghasilkan warna sesuai objek aslinya. Begitu juga ketika memutar video/film, apakah warnanya sesuai dengan keinginan pembuat film, apa bisa beradaptasi dengan pengaruh pencahayaan sekitar, dan banyak lagi faktor yang menentukan kualitas layar. Karena hal ini, walaupun sama ukuran layarnya, bisa jadi harga part layar antara brand A dan brand B bisa sangat berbeda.

Kalau kita perhatikan, walau sekarang banyak flagship dari berbagai brand memiliki prosesor yang sama dan RAM yang besar, banyak yang memilih untuk menggunakan resolusi layar hanya full HD dan tidak begitu peduli dengan kalibrasi warna, hanya memerlukan tampil pop up. Hal ini dilakukan untuk menghindari  menambah rumit dalam pengaturan software, juga demi penghematan harga.

Ketika pertama menyalakan Galaxy Note 8 dan melihat layarnya, saya menduga tidak berapa lama lagi Displaymate akan mengeluarkan hasil test lab-nya dan mengatakan smartphone ini memiliki layar yang baik. Agak sulit membayangkan setelah beberapa lama menggunakan Galaxy S8, kualitas layar masih bisa ditingkatkan.

Ketika mencobanya beberapa saat bekeliling kota NY saat siang hari panas terik, sebenarnya sudah terlihat bahwa layar Galaxy Note 8 ini istimewa. Memang salah satu cara mencoba kualitas layar adalah di bawah sinar matahari. Biasanya di bawah sinar matahari banyak smartphone akan sulit dibaca layarnya, gambar yang ditampilkan pun menjadi wash out.

Kita menyalakan smartphone di bawah sinar matahari  biasanya untuk mengambil foto dan melihat peta. Ada 2 faktor utama yang membuat smartphone bisa mudah dibaca di bawah sinar matahari. Pertama, harus punya brightness yang cukup. Kedua, tingkat reflektif dari layarnya sendiri harus rendah, agar tidak banyak memantulkan cahaya sinar matahari.

Benar saja sekarang ini hasil lab Displaymate sudah keluar, dan menganugerahi Galaxy Note 8 sebagai smartphone dengan kualitas terbaik saat ini, bahkan mendapat predikat Excellent A+. Salah satu hasil test lab Displaymate yang menonjol di Galaxy Note 8 adalah brightness-nya 22% lebih terang dibandingkan Galaxy S8, dengan maksimum kecerahan 1240 nits atau cd/m2.

Ini kira-kira sama terang dengan kita menyalakan 1240 lilin bersamaaan dalam area 1M2.  Sebagai perbandingan, kecerahan maksimum dari Galaxy S8 adalah 1020 nits, sedangkan Galaxy S7 875 nits. Kecerahan maksimum ini bisa didapat dengan setting kecerahan otomatis, dimana ketika sensor ambient menangkap bahwa cahaya sekitar sangat terang, akan terus mengimbanginya dengan meningkatkan kecerahan layar.

Terus sebenarnya apa kegunaan layar smartphone sedemikian terang? Apakah hanya berguna supaya tetap terbaca jelas di bawah matahari?

Kecerahan yang tinggi ini dibutuhkan sebagai persyaratan untuk layar bisa menampilkan konten HDR (High Dynamic Range) sesuai standar UHD Alliance for Mobile Premium HDR yang berlaku, dimana salah satu syaratnya adalah kecerahan minimum 1000 nits.

Sementara syarat lainnya minimal kedalaman warna 10-bit , color gamut dengan standar DCI-P3 minimal 90%, yang semuanya dapat dicapai oleh Galaxy Note8 bahkan dengan colour gamut DCI-P3 112%. Dengan dicapainya standar ini, smartphone Galaxy Note8 sanggup memutar film 4K UHD HDR premium.

Mungkin dari banyak pemilik S8 sekalipun -yang juga sudah support layar HDR-  tidak sadar bahwa smartphone-nya bisa menampilkan film yang tidak/sulit bisa diputar di smartphone lain dengan baik.  Coba saja download sample film Life of Pi 4K HDR di link ini https://goo.gl/3Zh2db atau film Exodus di link ini https://goo.gl/m2qaNW.

Set layar dengan resolusi WQHD+ dan screen mode AMOLED Cinema, putar dengan aplikasi video bawaan smartphone Galaxy. Kita akan menyadari, selama ini warna hijau yang ditampilkan di Algae Island, pulau pemakan daging kemungkinan besar salah, dan warna keemasan jubah Firaun benar-benar nyata di Exodus. Jika smartphone tidak support layar HDR, tidak akan bisa memutar film tersebut, atau kalau bisa memutarnya akan menampilkan warna-warna yang wash-out.

Konten-konten 4K dan HDR sekarang mulai marak termasuk dilayanan video steraming seperti Netflix. Youtube dan Amazon juga sudah mempunyai layanan ini. Sebenarnya hampir semua film Hollywood dibuat dengan konten HDR, hanya saja keterbatasan alat pemutar kita mengharuskan semua film ini di tone down. Intinya dengan standar layar yang sesuai, kita bisa menampilkan film dengan warna-warna dan kedalaman seperti yang dibuat susah payah oleh si pembuat film.

Layar Galaxy Note 8 yang memanjang dengan rasio 18.5:9 memang berbeda dengan kebanyakan smartphone yang masih menggunakan standar rasio layar 16:9. Kita akan mendengar Samsung akan mengatakan layar sepanjang ini akan menampilkan konten lebih banyak dalam satu halaman, sehingga kita tidak perlu terlalu banyak scroll (less scrolling), misalnya untuk membaca berita di website.

Tetapi selain itu saya sangat menyukai layar memanjang ini untuk menonton konten video dan bermain game. Saat kita menonton film-film bioskop, kebanyakan film-film tersebut berformat memanjang, sehingga pada layar smartphone standar kita akan mendapatkan bar hitam di atas dan di bawah dan gambar terasa kecil.

Pada Galaxy Note8 film-film bioskop ini tampil prima, kebanyakan film bisokop yang menggunakan format 21:9 akan menyisakan sedikit bar hitam kecil dibagian atas dan bawah, tetapi jika kita menginginkannya akan bisa memenuhi layar dengan mode crop to fit.

Pengalaman menonton dengan layar memanjang ini akan terasa berbeda sekali dengan layar standar 16:9, seperti kita menyukai menonton film di bioskop karena layarnya yang besar dan memanjang. Hal ini karena pada dasarnya mata kita memiliki FOV (Field of View) atau cakupan area pandang yang berbeda antara cakupan horisontal dan vertikal.

Secara horisontal mata kita bisa melihat lebih luas, 210 derajat, dibanding vertikal yang hanya 150 derajat. Makanya kita mudah kagum ketika pergi ke pantai atau berdiri di atas gunung dengan pandangan lepas, karena mata kita bebas memandang horison yang memanjang tanpa hambatan seperi sehari-hari pandangan kita terkungkung dengan dinding ruangan dan gedung-gedung di sekitar kita.

Sementara ini memang konten-konten pada smartphone seperti aplikasi, game, bahkan youtube dibuat lebih banyak dengan rasio 16:9, tetapi bagusnya Samsung mempersiapkan hal ini dalam setting display, untuk bisa menyesuaikan konten tampil full screen, baik aplikasi maupun game. Bahkan saya lebih menyukai tampilan video YouTube tampil full screen (crop to fit), karena terasa lebih sinematik, dibanding menyisakan bar hitam di kiri dan kanan.

Layar dalam format yang lebih panjang ini juga sekarang terasa lebih lega untuk menampilkan dua aplikasi secara bersamaan (split screen), dengan rasio 1:1 untuk setiap aplikasi dan masih bisa di geser. Karena format yang lebih lega ini di Galaxy Note 8 diberikan satu fitur tambahan Apps Pair yang bisa kita tentukan beberapa kombinasi pasangan aplikasi yang dalam satu klik langsung ditampilkan dan jalan berbarengan.

Misalnya saat berkendara, dalam satu klik kita bisa mengaktifkan aplikasi Google Map dan musik secara bersamaan, satu aplikasi untuk memandu jalan, satu aplikasi lagi langsung memutar lagu-lagu yang kita suka.

Bicara kualitas layar Super AMOLED di Galaxy Note 8 bisa sangat panjang. Salah satu bagian mengapa Samsung di seri flagship nya senantiasa mendapat predikat layar terbaik adalah fitur layarnya yang sulit ditemui di smartphone lain. Seperti kemampuannya mengubah resolusi secara instant dari WQHD+ (2960×1440) ke FHD+ (2220×1080), bahkan ke HD+ (1480×720), atau mengubah standar color gamut, dengan pilihan:

Basic, memimik rentang warna yang dihasilkan kebanyak layar monitor IPS LCD. Saat mengedit foto dan ingin ditampilkan sesuai dengan cakupan warna layar LCD, kita bisa menggunakan standar gamut ini.

AMOLED Cinema, menghasilkan warna sesuai color gamut DCI-P3 industri per-film an, untuk bisa menonton konten film dengan warna sesuai aslinya.

AMOLED Photo, menghasilkan warna sesuai kamera DSLR modern berstandar adobe RGB yang memiliki rentang warna lebih besar dibanding RGB standar.

Adaptive Display, secara otomatis menyesuaikan rentang warna, ketajaman, dan kontras pada layar, tergantung pencahayaan sekitar. Misal layar akan beradaptasi di lingkungan cafe yang memiliki banyak lampu bercahaya kuning, dan berubah lagi ketika berada di ruang belajar.

Kemampuan ini seperti kita memiliki banyak smartphone dengan beragam layar, dalam satu smartphone.

Untuk mereka yang merasa S-pen bukan pemikat untuk menggunakan seri Note, kualitas layar Galaxy Note8 ini sendiri dan apa yang bisa dilakukan dengannya, bisa menjadi pemikat yang kuat.

Next..

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Related Articles

HARGA DAN SPESIFIKASI
REKOMENDASI
ARTIKEL TEKINI