Beranda blog Halaman 198

HUAWEI Mate XT: Smartphone Lipat Tiga Pertama yang Mengubah Cara Bekerja dan Hiburan

0

Telset.id – Bayangkan bisa mengelola email, mengikuti video call, dan meninjau presentasi dalam satu layar yang luas tanpa perlu beralih antar-aplikasi. HUAWEI Mate XT bukan sekadar smartphone—ini adalah revolusi produktivitas dan hiburan dalam genggaman Anda.

Sebagai smartphone lipat tiga pertama di industri, HUAWEI Mate XT menawarkan fleksibilitas tak tertandingi. Layarnya dengan refresh rate 1–90 Hz memastikan pengalaman bebas lag, bahkan saat baru diaktifkan. Bagi para profesional, ini berarti akses instan ke laporan bisnis tanpa jeda mengganggu.

Multitasking Tanpa Batas

HUAWEI Mate XT menghadirkan tiga mode penggunaan:

  • Single-screen: Untuk aktivitas kasual dengan layar yang nyaman.
  • Dual-screen: Fitur split screen memungkinkan multitasking efisien.
  • Triple-screen: Pengalaman tablet dengan kemampuan membuka tiga aplikasi sekaligus.

Teknologi LTPO 2.0 pada layar memastikan kejernihan next-level, bahkan di bawah sinar matahari langsung.

Fotografi Profesional dalam Genggaman

Dilengkapi Ultra Aperture XMAGE Camera dengan aperture yang bisa diatur hingga 10 tingkat, HUAWEI Mate XT memastikan hasil foto sempurna di berbagai kondisi pencahayaan. Fitur speed snapshot mampu menangkap objek bergerak dengan detail tajam, sementara AI photo enhancement mengubah hasil bidikan menjadi karya layaknya fotografer profesional—tanpa perlu editing manual.

Daya Tahan untuk Segala Aktivitas

Dengan baterai super tipis dan pengisian cepat 66W (kabel) serta 50W (nirkabel), HUAWEI Mate XT siap menemani hari sibuk Anda tanpa khawatir kehabisan daya. Bahkan untuk hiburan, perangkat ini mampu memutar video hingga 10,55 jam dalam mode single-screen, atau 8,9 jam saat menggunakan triple-screen.

Jangan lewatkan kesempatan melihat langsung inovasi ini di Innovative Foldable Exhibition, Grand Indonesia, 30 April–4 Mei 2025. HUAWEI Mate XT bukan sekadar ponsel—ini adalah masa depan teknologi mobile yang hadir hari ini.

Google Play x Unity Game Developer Training Program 2025 Resmi Diluncurkan

0

Telset.id – Kabar gembira bagi para calon pengembang game dan antusias gim di seluruh Indonesia! Google, Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf), dan Asosiasi Game Indonesia (AGI) secara resmi meluncurkan program Google Play x Unity Game Developer Training Program 2025. Acara pembukaan yang berlangsung meriah ini dihadiri oleh Teuku Rie, Direktur Eksekutif AGI, serta perwakilan dari Google dan Kemenekraf.

Program ini menjadi angin segar bagi industri game lokal yang terus menunjukkan pertumbuhan signifikan. Dengan dukungan teknologi dari Unity—platform pengembangan game terkemuka—dan akses eksklusif ke ekosistem Google Play, peserta akan mendapatkan pelatihan intensif untuk menciptakan gim berkualitas global.

Mengapa Program Ini Penting?

Industri game Indonesia sedang berada di puncak momentum. Data dari Kemenekraf menunjukkan bahwa sektor ini menyumbang Rp 5,7 triliun pada 2024, dengan pertumbuhan tahunan mencapai 22%. Namun, tantangan terbesar masih terletak pada ketersediaan sumber daya manusia yang mumpuni.

“Program ini bukan sekadar pelatihan biasa. Kami ingin menciptakan generasi baru pengembang yang siap bersaing di pasar global,” ujar Teuku Rie dalam sambutannya. Peserta akan dibimbing langsung oleh ahli dari Unity dan Google, mencakup aspek teknis seperti coding, desain level, hingga strategi monetisasi.

Apa yang Ditawarkan?

  • Pelatihan Gratis: Materi komprehensif mulai dari dasar hingga advanced, termasuk workshop langsung.
  • Mentorship Eksklusif: Akses ke developer berpengalaman dari studio game ternama.
  • Dukungan Publikasi: Gim terbaik berkesempatan ditampilkan di Google Play dengan promosi khusus.

Pendaftaran sudah dibuka secara online melalui situs resmi AGI. Kuota terbatas, jadi pastikan Anda tidak melewatkan kesempatan emas ini. Program ini terbuka untuk semua kalangan, baik pemula maupun profesional yang ingin mengasah kemampuan.

“Kami percaya Indonesia memiliki potensi besar menjadi salah satu hub pengembangan game terkemuka di Asia Tenggara. Ini adalah langkah awal,” tambah perwakilan Google dalam acara tersebut.

Bagi Anda yang tertarik, segera persiapkan portofolio dan ide gim inovatif. Siapa tahu, karya Andalah yang akan menjadi game lokal berikutnya yang mendunia!

Redmi Turbo 4 Pro Siap Meluncur: Baterai Raksasa dan Performa Premium

0

Bayangkan smartphone yang bisa bertahan berhari-hari tanpa perlu di-charge. Bukan mimpi lagi—Xiaomi segera mewujudkannya dengan Redmi Turbo 4 Pro. Bocoran terbaru mengungkap baterai berkapasitas fantastis 7.550 mAh, rekor baru untuk ponsel Xiaomi. Bagaimana performanya di dunia nyata? Simak analisis lengkapnya.

Xiaomi terus berinovasi di segmen mid-range. Setelah sukses dengan Redmi Turbo 4 pada Januari lalu, perusahaan asal Tiongkok ini bersiap meluncurkan varian Pro-nya pada 24 April. Tidak sekadar upgrade minor, Turbo 4 Pro datang dengan senjata utama: chipset Snapdragon 8s Gen 4 dan baterai terbesar dalam sejarah lineup Redmi.

Lantas, apa saja yang membuat ponsel ini layak ditunggu? Mari kita kupas tuntas berdasarkan bocoran resmi dan listing China Telecom.

Desain Familiar dengan Sentuhan Premium

Redmi Turbo 4 Pro mempertahankan DNA desain seri Turbo 4: panel datar, bezel tipis, dan konfigurasi kamera ganda di belakang. Namun, varian Pro ini menawarkan pilihan warna lebih eksklusif. Bocoran dari laman teaser Xiaomi menunjukkan finishing matte yang tahan sidik jari—solusi sempurna bagi Anda yang gemar estetika minimalis.

Baterai 7.550 mAh: Game-Changer Sejati

Inilah fitur yang paling dinanti. Dengan kapasitas 7.550 mAh, Turbo 4 Pro mengalahkan semua ponsel Xiaomi sebelumnya. Sebagai perbandingan, varian reguler Turbo 4 “hanya” memiliki baterai 6.550 mAh. Bocoran China Telecom mengklaim:

  • Daya tahan hingga 2 hari untuk penggunaan intensif
  • Dukungan fast charging 120W (0-100% dalam 35 menit)
  • Teknologi pengisian cerdas untuk memperpanjang umur baterai

Snapdragon 8s Gen 4: Kekuatan di Balik Layar

Redmi Turbo 4 Pro akan menjadi salah satu ponsel pertama yang mengusung chipset Snapdragon 8s Gen 4. Prosesor 4nm ini menjanjikan:

  • Peningkatan performa 25% dibanding generasi sebelumnya
  • Efisiensi daya 30% lebih baik
  • Dukungan gaming AAA dengan frame rate stabil

Kamera dan Ketangguhan yang Tak Tertandingi

Meski hanya memiliki sistem kamera ganda, Redmi Turbo 4 Pro tidak main-main dengan kualitas:

  • Sensor utama 50 MP dengan aperture f/1.8
  • Kamera ultrawide 8 MP untuk bidangan luas
  • Rekaman video 4K@60fps dengan stabilisasi canggih

Yang lebih mengesankan, bodi ponsel ini memiliki sertifikasi IP66, IP68, dan IP69—level ketahanan tertinggi terhadap debu, air, bahkan tekanan air berdaya tinggi.

Dengan harga sekitar Rp 3,3 juta (berdasarkan konversi CNY 2.099), Redmi Turbo 4 Pro berpotensi menjadi “flagship killer” sejati. Tunggu tanggal 24 April untuk konfirmasi spesifikasi resmi dan ketersediaan global.

Samsung Galaxy S24 FE Akhirnya Dapat Android 15, Ini Fitur Barunya

0

Setelah penantian yang cukup panjang, kabar gembira akhirnya datang untuk pengguna Samsung Galaxy S24 FE. Raksasa teknologi asal Korea Selatan itu secara resmi mulai merilis pembaruan stabil berbasis Android 15 dengan lapisan One UI 7.0 untuk perangkat tersebut. Bagaimana performanya? Apakah layak dinantikan?

Berdasarkan informasi yang beredar, pembaruan ini pertama kali diluncurkan di Korea Selatan dengan nomor firmware S721NKSU2BYD9 dan ukuran file yang cukup besar, yakni sekitar 5.250,97MB. Ini menandakan bahwa Samsung tidak sekadar memberikan pembaruan minor, melainkan membawa sejumlah fitur dan peningkatan signifikan.

Lantas, apa saja yang baru di One UI 7.0? Mengapa pembaruan ini begitu dinanti? Mari kita kupas lebih dalam.

One UI 7.0: Lebih Cerdas dan Personal

Samsung dikenal selalu menghadirkan pengalaman pengguna yang mulus dengan pembaruan One UI-nya. Kali ini, One UI 7.0 dikabarkan membawa sejumlah penyempurnaan antarmuka, termasuk animasi yang lebih halus, pengoptimalan baterai, serta peningkatan keamanan. Beberapa fitur eksklusif yang diunggulkan antara lain:

  • Mode Kustomisasi Lanjutan: Pengguna bisa menyesuaikan tampilan UI lebih detail, termasuk warna, ikon, dan transisi.
  • AI-Enhanced Performance: Optimasi berbasis AI untuk memperpanjang usia baterai dan meningkatkan kecepatan respons.
  • Integrasi Aplikasi Lebih Baik: Dukungan lebih baik untuk aplikasi pihak ketiga dengan fitur multitasking yang ditingkatkan.

Kapan Pembaruan Tersedia di Indonesia?

Saat ini, pembaruan baru tersedia di Korea Selatan. Namun, berdasarkan pola rilis sebelumnya, Samsung biasanya memperluas distribusi pembaruan ke wilayah lain dalam beberapa minggu. Pengguna di Indonesia bisa memantau notifikasi pembaruan atau memeriksanya secara manual melalui Settings > Software Update.

Jika Anda termasuk yang tidak sabar menunggu, pastikan perangkat memiliki ruang penyimpanan yang cukup dan daya baterai di atas 50% untuk menghindari masalah selama proses pembaruan.

Apakah Galaxy S24 FE Layak Diupgrade?

Dengan pembaruan besar seperti ini, Galaxy S24 FE semakin menunjukkan nilai tambahnya di segmen menengah-tinggi. Performa yang lebih halus, fitur AI yang canggih, serta dukungan pembaruan jangka panjang membuatnya menjadi pilihan menarik bagi yang menginginkan pengalaman flagship tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam.

Jadi, siap-siap untuk menjelajahi Android 15 dengan sentuhan khas Samsung. Tunggu saja kabar selanjutnya, karena pembaruan ini diprediksi segera menyebar ke lebih banyak wilayah!

Rental PS5 Laris Manis di Jepang, Solusi Cerdas untuk Gamer

Telset.id – Ingin merasakan sensasi bermain PS5 tanpa harus mengeluarkan uang jutaan rupiah? Ternyata, solusinya bukan membeli, tapi menyewa. Di Jepang, tren rental PS5 sedang naik daun dan bahkan membuat toko-toko kehabisan stok konsol untuk disewakan.

Menurut laporan terbaru dari IT Media News yang dilansir VGC, layanan rental PS5 di Jepang telah menjadi pilihan populer bagi para gamer. Dengan harga sewa mulai dari ¥980 (sekitar Rp106.000) untuk 8 hari atau ¥1.780 (sekitar Rp192.000) untuk 15 hari, banyak orang memanfaatkan opsi ini untuk mencoba konsol sebelum memutuskan membeli. Layanan ini baru tersedia di Jepang sejak awal tahun sebagai respons atas kelangkaan stok PS5 di pasaran.

Antusiasme Gamer Jepang Melebihi Ekspektasi

GEO, salah satu retailer terkemuka di Jepang, mengaku kewalahan dengan tingginya permintaan. “Layanan ini lebih populer dari yang kami perkirakan,” ujar perwakilan GEO kepada IT Media News. Dari 400 gerai mereka, sebagian besar sudah kehabisan stok PS5 untuk disewakan.

Fenomena ini semakin memanas dengan rilisnya Monster Hunter Wilds, yang membuat banyak gamer ingin mencoba PS5 tanpa harus berkomitmen membeli. “Ini cara yang sangat terjangkau untuk menikmati pengalaman gaming terbaru,” tambahnya.

Rental PS5: Tren Global atau Fenomena Lokal?

Meski Jepang menjadi sorotan, layanan serupa juga tersedia di negara lain. Misalnya, Raylo di Inggris menawarkan rental PS5 dengan durasi lebih panjang. Namun, kepopuleran di Jepang bisa menjadi indikator bahwa model bisnis ini berpotensi berkembang di pasar lain.

Yang menarik, harga PS5 justru terus naik sejak peluncurannya pada 2020—berbeda dengan tren penurunan harga di generasi konsol sebelumnya. Bagi yang belum bisa membeli PS5 selama lima tahun terakhir, opsi rental seharga Rp192.000 untuk dua minggu tentu sangat menarik.

Pertanyaannya sekarang: Akankah Sony merespons dengan meningkatkan pasokan PS5 di Jepang? Atau justru melihat peluang baru dalam bisnis rental? Hanya waktu yang bisa menjawab.

Apple Intelligence “Clean Up”: Fitur AI yang Bikin Foto iPhone Makin Sempurna

0

Pernahkah Anda merasa kesal karena objek tak diinginkan merusak foto sempurna? Entah itu pantulan cahaya yang mengganggu, atau bahkan bayangan orang yang tidak sengaja terabadikan. Apple punya solusi canggih untuk masalah ini, dan mereka baru saja memamerkan kemampuannya dalam iklan terbaru.

Apple Intelligence, inisiatif AI terbaru dari raksasa teknologi asal Cupertino, mungkin belum sepenuhnya memenuhi ekspektasi penggemarnya. Fitur seperti “Personal” Siri yang dijanjikan masih tertunda. Namun, satu fiturnya yang sudah tersedia justru menunjukkan betapa powerful-nya teknologi ini: “Clean Up”.

Bagi pengguna Pixel, konsep ini mungkin tidak asing. Google memiliki “Magic Eraser” yang berfungsi serupa. Tapi menurut banyak pengamat, versi Apple justru lebih baik. Bagaimana cara kerjanya, dan mengapa fitur ini layak Anda coba?

Clean Up: Menghapus yang Tidak Diinginkan dengan Satu Ketuk

Iklan terbaru Apple berjudul “Clean Up Photos: Flex” menunjukkan bagaimana fitur ini bekerja dalam kehidupan nyata. Seorang remaja memamerkan tubuh atletisnya sementara seorang wanita (mungkin ibunya) memotret menggunakan iPhone 16. Saat meninjau hasil foto di tempat tidur, si remaja menyadari bahwa pantulan sang fotografer muncul di setiap gambar. Di sinilah Clean Up beraksi.

Prosesnya sederhana: buka foto di aplikasi Photos, tekan tombol slider, lalu pilih opsi Clean Up. Jika belum terinstal, Anda mungkin perlu menunggu sebentar. Setelah aktif, cukup lingkari area yang ingin dihapus dengan jari Anda. Dalam hitungan detik, objek yang mengganggu akan lenyap seolah tidak pernah ada.

Persyaratan dan Perbandingan dengan Pixel

Untuk menggunakan Clean Up, Anda memerlukan iPhone dengan RAM minimal 8GB. Fitur ini pertama kali diperkenalkan Juni tahun lalu dan sejak itu terus disempurnakan. Banyak pengguna yang mengklaim hasilnya lebih natural dibandingkan Magic Eraser milik Google, terutama dalam hal mengisi bagian yang dihapus dengan tekstur yang sesuai.

Alan Friedman, penulis senior di PhoneArena yang telah menguji kedua fitur ini, menyatakan: “Menurut saya, Clean Up Apple bekerja lebih baik daripada Magic Eraser Pixel.” Pernyataan ini cukup signifikan mengingat Google telah lebih dulu memelopori teknologi serupa.

Strategi Pemasaran Apple

Iklan Clean Up ini akan sering muncul di berbagai program TV populer seperti American Idol, The Voice, serta jeda iklan pertandingan NBA dan NHL. Ini menunjukkan betapa serius Apple memposisikan fitur AI-nya sebagai nilai jual utama.

Meskipun Apple Intelligence belum sepenuhnya matang, Clean Up membuktikan bahwa perusahaan ini tidak main-main dalam perlombaan AI. Dengan pendekatan bertahap namun terukur, Apple tampaknya ingin memastikan setiap fitur yang diluncurkan benar-benar berfungsi optimal sebelum dipasarkan secara besar-besaran.

Jadi, jika Anda memiliki iPhone yang mendukung, tidak ada salahnya mencoba Clean Up. Siapa tahu, foto-foto lama di galeri Anda bisa diselamatkan dari objek-objek mengganggu yang selama ini merusak komposisi sempurna.

TSMC Mulai Pesanan 2nm, Harga Smartphone Bakal Naik?

0

Telset.id – Bayangkan harus merogoh kocek lebih dalam hanya untuk memiliki smartphone dengan chipset terbaru. Itulah yang mungkin terjadi dalam waktu dekat, setelah TSMC dikabarkan mulai menerima pesanan wafer 2nm dengan harga fantastis—sekitar $30.000 per wafer. Bocoran ini datang dari sumber terpercaya di industri semikonduktor, dan jika benar, implikasinya akan dirasakan oleh seluruh rantai pasok, mulai dari Apple hingga konsumen akhir.

Lalu, apa artinya bagi Anda? Secara sederhana, ponsel dan tablet masa depan yang mengusung chipset berbasis 2nm kemungkinan besar akan dijual dengan harga lebih tinggi. Perusahaan seperti Apple, Qualcomm, dan MediaTek terpaksa menaikkan harga chipset mereka untuk menutupi biaya produksi yang melambung. Pertanyaannya: apakah konsumen siap menerima kenaikan ini, atau justru beralih ke perangkat dengan teknologi lebih tua?

Dilema Produsen: Teknologi Mutakhir vs. Biaya Tinggi

Menurut analis TF International Securities, Ming-Chi Kuo, Apple mungkin tidak akan membenamkan chipset 2nm di semua model iPhone 18. Hanya varian Pro dan Pro Max yang akan mendapatkan keuntungan dari proses manufaktur canggih ini. Alasannya jelas: biaya. Dengan harga wafer yang mencapai $30.000, menggunakan teknologi 2nm untuk seluruh lini produk akan membuat harga iPhone melonjak drastis.

Qualcomm dan MediaTek juga menghadapi tantangan serupa. Qualcomm dikabarkan sedang mengembangkan dua chipset 2nm, salah satunya adalah Snapdragon 8 Elite Gen 3. Namun, perusahaan asal San Diego ini juga mempertimbangkan opsi dual-sourcing dengan Samsung untuk mengurangi ketergantungan pada TSMC. Sementara itu, MediaTek mungkin mengambil strategi berbeda—menjual chipset Dimensity 9600 dengan harga lebih terjangkau untuk menarik lebih banyak pembeli.

Masa Depan Harga Smartphone: Naik atau Turun?

Digital Chat Station, seorang tipster terkemuka di Weibo, memprediksi bahwa biaya produksi chipset 2nm akan memaksa produsen untuk menaikkan harga. Namun, ada sedikit harapan: jika permintaan wafer 2nm melampaui ekspektasi, TSMC mungkin akan menurunkan harga seiring dengan peningkatan skala produksi. Tapi, kapan itu terjadi? Tidak ada yang tahu pasti.

Untuk sementara, konsumen bisa bernapas lega karena tahun ini Apple, Qualcomm, dan MediaTek masih mengandalkan proses 3nm generasi ketiga TSMC. Namun, begitu produksi 2nm mencapai puncaknya, bersiaplah untuk melihat smartphone premium dengan label harga yang lebih tinggi. Pertanyaannya: apakah performa ekstra sebanding dengan tambahan biaya?

Sebagai penutup, penting untuk menanggapi kabar ini dengan skeptisisme sehat. Industri semikonduktor penuh dengan rumor, dan tidak semua prediksi menjadi kenyataan. Namun, satu hal yang pasti: persaingan teknologi tidak pernah murah—dan konsumenlah yang akhirnya membayar harganya.

Valorant Mobile Akhirnya Diungkap, Rilis di China Dulu!

0

Telset.id – Setelah hampir empat tahun dinanti, Riot Games akhirnya memperlihatkan sekilas gameplay Valorant Mobile. Kabar gembira bagi para gamer yang ingin merasakan sensasi tembak-menembak kompetitif di ujung jari. Namun, bersiaplah untuk sedikit bersabar—versi mobile ini akan diluncurkan di China terlebih dahulu sebelum menyebar ke negara lain.

Berdasarkan video gameplay singkat yang dirilis, Valorant Mobile mempertahankan kecepatan dan intensitas yang sama dengan versi PC-nya. Meski mengandalkan tombol-tombol di layar, adaptasi yang dilakukan oleh LightSpeed Studios—pengembang di balik kesuksesan PUBG Mobile—terlihat menjanjikan. Riot Games tampaknya yakin bahwa studio ini mampu menghadirkan pengalaman bermain yang setara, meski kontrol berbasis mouse kini harus diubah untuk layar sentuh.

Adaptasi yang Tak Mudah, Tapi Bukan Hal Baru

Lompatan ke platform mobile bukanlah hal baru bagi Valorant. Pada 2024, game ini sudah berhasil beradaptasi dengan kontroler saat diluncurkan di Xbox Series X/S dan PlayStation 5. Jika kontroler bisa diterima, mengapa tidak dengan layar sentuh? Tantangannya mungkin lebih besar, tapi bukan tidak mungkin diatasi.

Popularitas game FPS mobile seperti PUBG Mobile dan Call of Duty: Warzone menjadi bukti bahwa pasar siap menerima Valorant Mobile. Apalagi, komunitas game di China—yang dikenal sangat aktif—sudah bisa melakukan pre-registrasi untuk mengikuti playtest selanjutnya sebelum peluncuran resmi.

Bagaimana dengan Pemain di Indonesia?

Sayangnya, Riot Games belum memberikan timeline pasti untuk rilis global. Namun, melihat track record mereka dengan League of Legends: Wild Rift, kemungkinan besar Valorant Mobile akan menyusul dalam waktu tidak terlalu lama. Sementara menunggu, pemain bisa mempersiapkan diri dengan mencoba versi PC atau konsol untuk memahami mekanik game.

Pertanyaan besarnya: Akankah Valorant Mobile bisa mempertahankan esensi kompetitifnya? Atau justru akan menjadi versi yang lebih kasual? Jawabannya mungkin baru bisa diketahui setelah game ini benar-benar dirilis. Tapi satu hal yang pasti—Riot Games tidak main-main dalam membawa pengalaman Valorant ke genggaman Anda.

Anbernic Hentikan Pengiriman Konsol Retro ke AS Akibat Tarif Baru

0

Telset.id – Bagi penggemar konsol retro, kabar ini mungkin menjadi pukulan telak. Anbernic, salah satu produsen handheld emulasi ternama, secara resmi menghentikan pengiriman perangkatnya dari China ke Amerika Serikat. Penyebabnya? Kebijakan tarif impor baru yang dinilai terlalu memberatkan.

Dalam pengumuman resminya, Anbernic menyatakan, “Mulai hari ini, kami terpaksa menangguhkan semua pesanan yang dikirim dari China ke AS akibat perubahan kebijakan tarif.” Perusahaan ini dikenal lewat produk seperti RG35XX dan RG405M yang kerap masuk daftar “Konsol Handheld Terbaik” di berbagai media teknologi, termasuk Engadget.

Dampak Langsung bagi Konsumen AS

Anbernic sebenarnya telah lama menyediakan opsi pengiriman dari gudang AS untuk menghindari biaya tambahan. Namun, keputusan terbaru ini berarti pelanggan di AS tidak lagi bisa memesan langsung dari China—sebuah opsi yang sering memberikan harga lebih murah atau akses ke model terbaru lebih cepat.

  • Stok Terbatas: Perangkat yang sudah ada di gudang AS masih dijual, tetapi persediaan menipis.
  • Keterlambatan Produk Baru: Peluncuran hardware terbaru Anbernic mungkin tak akan segera sampai ke pasar AS.

Kebijakan Tarif yang Kacau Balau

Latar belakang keputusan Anbernic tak lepas dari gejolak kebijakan perdagangan AS-China. Meski Presiden Donald Trump sempat menghentikan sementara sebagian besar tarif pada 9 April 2025, tarif impor untuk produk China justru dinaikkan. Elektronik sempat dikecualikan, tapi kemudian muncul wacana tarif khusus untuk semikonduktor.

Yang paling menyakitkan: penghapusan “de minimis exemption”, aturan yang sebelumnya membebaskan bea masuk untuk paket bernilai di bawah $800. Kebijakan inilah yang selama ini menjadi tulang punggung bisnis e-commerce murah seperti Temu—dan juga produk-produk budget Anbernic.

Masa Depan Konsol Retro di AS

Anbernic bukan satu-satunya perusahaan yang terkena dampak. Namun, berbeda dengan raksasa seperti Nintendo yang mampu menyerap kenaikan tarif, produsen kecil seperti Anbernic terpaksa mengambil langkah drastis. Kabar baiknya, perusahaan tetap membuka opsi pembelian melalui gudang AS—meski dengan pilihan lebih terbatas.

Pertanyaan besarnya: apakah ini awal dari tren lebih besar? Dengan ketidakpastian kebijakan yang terus berubah, bukan tidak mungkin produsen gadget retro lain akan mengikuti jejak Anbernic. Bagi Anda yang ingin membeli konsol emulasi, mungkin sekarang adalah waktu terbaik—sebelum harga melambung atau stok benar-benar habis.

Sistem Navigasi Kuantum Baru 50 Kali Lebih Akurat dari GPS

0

Telset.id – Bayangkan jika Anda bisa bernavigasi tanpa GPS, bahkan di tempat yang sama sekali tidak terjangkau sinyal satelit. Kini, teknologi kuantum membawa revolusi baru dalam dunia navigasi dengan sistem yang 50 kali lebih akurat daripada GPS konvensional.

Tim peneliti dari Q-CTRL, perusahaan perangkat lunak infrastruktur kuantum asal Sydney, Australia, baru saja mengumumkan keberhasilan demonstrasi sistem navigasi berbasis kuantum bernama “Ironstone Opal.” Sistem ini diklaim sebagai solusi alternatif yang jauh lebih andal dibandingkan sistem cadangan GPS yang ada saat ini.

Mengapa Kita Butuh Alternatif GPS?

Ketergantungan dunia modern pada GPS tidak bisa dipungkiri. Mulai dari kendaraan pribadi, pesawat terbang, hingga operasi militer, semuanya mengandalkan teknologi ini. Namun, GPS memiliki kelemahan mendasar: rentan terhadap gangguan (jamming), spoofing, atau bahkan kegagalan teknis. Ketika GPS down, dampaknya bisa sangat serius—mulai dari pilot yang harus beralih ke sistem navigasi manual hingga kesulitan dalam mengerahkan aset militer.

Inilah yang mendorong para ilmuwan untuk mencari solusi alternatif. Salah satunya adalah sistem navigasi berbasis kuantum yang dikembangkan oleh Q-CTRL. Tidak seperti GPS yang bergantung pada sinyal satelit, sistem baru ini menggunakan medan magnet Bumi sebagai panduan.

Bagaimana Ironstone Opal Bekerja?

Sistem Ironstone Opal memanfaatkan sensor kuantum yang sangat sensitif. Sensor ini mampu membaca variasi medan magnet Bumi dengan presisi tinggi. Setiap lokasi di Bumi memiliki “sidik jari” magnetik yang unik, dan sensor kuantum dapat mendeteksinya dengan akurasi luar biasa.

Data dari sensor kemudian diproses oleh perangkat lunak berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk menentukan koordinat X dan Y—mirip dengan cara kerja GPS, tetapi tanpa bergantung pada sinyal eksternal. Yang lebih menarik, sistem ini bersifat pasif, artinya tidak memancarkan sinyal yang bisa dideteksi atau di-jam oleh pihak lain.

  • Akurasi Tinggi: Dalam uji coba di darat, sistem ini 50 kali lebih akurat daripada sistem cadangan GPS lainnya.
  • Tahan Gangguan: Tidak terpengaruh oleh jamming atau spoofing karena tidak bergantung pada sinyal radio.
  • Kompatibilitas Luas: Dapat dipasang di kendaraan darat, drone, atau pesawat terbang.

Masa Depan Navigasi Tanpa GPS

Dengan keunggulannya, Ironstone Opal berpotensi mengubah cara kita bernavigasi, terutama di lingkungan yang menantang seperti wilayah terpencil, bawah laut, atau bahkan luar angkasa. Sistem ini juga bisa menjadi solusi bagi militer yang membutuhkan navigasi yang aman dan tidak bisa di-ganggu oleh musuh.

Meski masih dalam tahap pengembangan lebih lanjut, teknologi ini sudah menunjukkan hasil yang menjanjikan. Jika berhasil dikomersialkan, bukan tidak mungkin suatu hari nanti kita akan meninggalkan GPS dan beralih ke navigasi kuantum.

Jadi, siapkah Anda menyambut era baru navigasi yang lebih cerdas dan andal?

Vivo X200 Ultra: Inovasi Kamera yang Bikin Samsung Merinding

0

Telset.id – Jika Anda mengira inovasi kamera smartphone sudah mencapai titik jenuh, bersiaplah terkejut. Vivo baru saja meluncurkan X200 Ultra dengan setup kamera yang tak hanya menantang Samsung Galaxy S25 Ultra, tetapi juga membawa konsep baru dalam fotografi mobile. Bagaimana tidak, ponsel ini dilengkapi dengan Photographer Kit yang bisa mengubahnya menjadi “kamera digital” serius.

Di tengah pasar yang dipenuhi smartphone dengan peningkatan kamera bertahap, Vivo memilih jalan berbeda. X200 Ultra datang dengan trio sensor kamera yang masing-masing punya keunggulan spesifik: sensor utama Sony LYT-818 50MP (35mm), ultra-wide Sony LYT-818 50MP, dan telephoto Samsung ISOCELL HP9 200MP dengan zoom optik 3.7x. Tapi yang bikin mata terbelalak adalah Photographer Kit-nya—sebuah aksesori yang memberi sentuhan kamera profesional ke smartphone ini.

Photographer Kit: Ketika Smartphone Berpura-pura Jadi Kamera

Vivo sepertinya bertanya, “Bagaimana jika kita bikin smartphone yang benar-benar fokus pada fotografi?” Jawabannya adalah Photographer Kit. Aksesori ini menambahkan:

  • Grip ergonomis mirip kamera digital
  • Tombol rekaman video khusus
  • Dial pengaturan yang bisa dikustomisasi
  • Strap bahu untuk kenyamanan
  • Baterai tambahan 2.300mAh
  • Lensa konverter Zeiss 2.35x untuk zoom hingga 8.7x

Dengan kit ini, Vivo jelas sedang membidik pengguna yang ingin pengalaman fotografi lebih “authentic” tanpa harus membawa kamera DSLR. “Kami ingin memberikan solusi bagi mereka yang biasanya hanya menggunakan mode auto di kamera profesional,” kira-kira begitu filosofi Vivo.

Lensa Tele Samsung yang Justru Tak Dipakai Samsung

Ironisnya, sensor tele 200MP di X200 Ultra adalah ISOCELL HP9—generasi terbaru Samsung yang justru tidak digunakan di Galaxy S25 Ultra. Samsung memilih bertahan dengan HP2. Padahal, HP9 menawarkan peningkatan signifikan dalam menangkap detail pada zoom tinggi.

Fakta ini menyoroti perbedaan strategi kedua raksasa teknologi ini. Samsung dalam beberapa tahun terakhir lebih fokus pada penyempurnaan software dan AI, sementara Vivo berani melakukan lompatan hardware. Hasilnya? X200 Ultra memiliki beberapa keunggulan teknis:

  • Focal length 35mm yang lebih ideal untuk portrait
  • Depth of field yang lebih kaya
  • Zoom optik yang lebih tajam
  • Dua dedicated ISP untuk pemrosesan gambar

Samsung vs Vivo: Pertarungan Filosofi

Galaxy S25 Ultra sebenarnya tetap ponsel kamera terbaik untuk kebanyakan orang. Tapi yang disayangkan adalah hilangnya “kegilaan” inovasi Samsung. Dulu, merek ini berani meluncurkan Galaxy S4 Zoom—smartphone dengan lensa optik menjulang. Sekarang? Mereka terlihat terlalu bermain aman.

Vivo, di sisi lain, mengambil risiko dengan konsep yang belum tentu laris. Tapi setidaknya mereka mencoba sesuatu yang baru. Photographer Kit mungkin bukan ide sempurna (sensor smartphone tetap terbatas untuk low-light), tapi ini langkah berani untuk mendefinisikan ulang fotografi mobile.

Pertanyaannya sekarang: Apakah konsumen menginginkan smartphone yang “berpura-pura” menjadi kamera? Atau mereka lebih memilih penyempurnaan bertahap ala Samsung? Jawabannya mungkin terletak di antara keduanya. Tapi satu hal pasti—industri smartphone butuh lebih banyak “koki gila” seperti tim kamera Vivo yang berani mencoba resep baru.

Google Photos Kini Bisa Konversi Foto Biasa ke Ultra HDR

0

Telset.id – Pernahkah Anda merasa foto yang diambil dengan smartphone kurang hidup? Warna yang pudar, detail yang hilang di area gelap, atau highlight yang terlalu terang bisa merusak momen berharga. Kini, Google Photos hadir dengan solusi revolusioner: konversi foto standar (SDR) ke Ultra HDR dengan sekali ketuk!

Ultra HDR bukan sekadar buzzword. Format ini membawa pengalaman visual yang lebih kaya dengan rentang dinamis tinggi—highlight lebih terang, shadow lebih dalam, dan warna yang benar-benar “pop”. Yang membedakannya dari HDR konvensional? Ultra HDR menyematkan versi SDR dalam file yang sama, memastikan kompatibilitas dengan semua perangkat, bahkan yang layarnya tidak mendukung HDR.

Mengapa Ultra HDR Lebih Unggul?

Selama ini, mendapatkan hasil foto HDR mengharuskan Anda memotret langsung dalam mode tersebut. Proses konversi manual dari SDR ke HDR pun rumit dan jarang tersedia untuk pengguna biasa. Google Photos mengubah segalanya. Dengan fitur baru ini, foto lama Anda bisa mendapatkan “second life” dalam kualitas Ultra HDR—tanpa ribet.

Menurut laporan eksklusif Android Authority, fitur ini mulai diroll out secara bertahap. Namun, ada dua syarat utama:

  • Google Photos versi 7.24.0.747539053 atau lebih baru
  • Update server-side dari Google (meski aplikasi sudah update, fitur mungkin belum muncul segera)

Cara Mudah Menggunakan Fitur Ultra HDR

Begitu fitur aktif di akun Anda, ikuti langkah berikut:

  1. Buka foto di Google Photos
  2. Ketuk Edit > gulir ke kiri pada menu tools bawah
  3. Pilih Adjust > temukan opsi Ultra HDR (menggantikan “HDR Effect” sebelumnya)

Hasilnya? Foto langsung berubah dengan label “Ultra HDR” di info resolusi. Yang menarik, ukuran file mungkin justru lebih kecil karena gain map (data HDR) lebih ringkas daripada foto asli. Namun, jika ingin bermain aman, simpan salinan originalnya juga.

Fitur ini bukan sekadar filter. Dalam pengujian, peningkatan detail di area gelap/terang terlihat signifikan—seperti membuka tirai di foto yang sebelumnya “datar”. Tertarik mencoba? Pantau update di aplikasi Anda dan siap-siap memugarkan koleksi foto lama!