Beranda blog Halaman 196

Samsung Galaxy A Series Bakal Dapat Android 16 & One UI 8, Ini Daftarnya!

0

Pernahkah Anda merasa ponsel mid-range Anda mulai tertinggal? Kabar baik datang dari Samsung. Bocoran terbaru mengindikasikan deretan Galaxy A series akan mendapatkan pembaruan besar ke Android 16 dengan lapisan One UI 8. Padahal, update tersebut masih beberapa bulan lagi dirilis.

Samsung dikenal konsisten memberikan update untuk jajaran mid-range-nya. Setelah bocoran daftar Galaxy S series pekan lalu, kini giliran lini A series yang diprediksi akan menerima sentuhan terbaru dari Google dan Samsung. Yang mengejutkan, daftarnya cukup panjang—mulai dari flagship killer seperti A73 hingga entry-level seperti A06.

Lantas, apa saja yang perlu Anda ketahui tentang pembaruan ini? Mari kita kupas lebih dalam.

Daftar Lengkap Galaxy A Series yang Dapat Android 16

Berdasarkan bocoran dari Tarun Vats, berikut model Galaxy A series yang diprediksi akan mendapatkan One UI 8 berbasis Android 16:

  • Galaxy A73
  • Galaxy A56
  • Galaxy A55
  • Galaxy A54
  • Galaxy A53
  • Galaxy A36
  • Galaxy A35
  • Galaxy A34
  • Galaxy A33
  • Galaxy A25
  • Galaxy A24
  • Galaxy A23
  • Galaxy A15 (LTE dan 5G)
  • Galaxy A14 (LTE dan 5G)
  • Galaxy A16 (LTE dan 5G)
  • Galaxy A06

Analisis: Strategi Update Samsung untuk Mid-Range

Daftar ini menunjukkan komitmen Samsung terhadap pengguna mid-range. Beberapa poin menarik:

  • Konsistensi Update: Model seperti A54 dan A34 yang baru setahun masih masuk daftar, sesuai janji update 4 tahun Samsung.
  • Entry-Level Tak Terlupakan: Kehadiran A06 mengejutkan karena biasanya ponsel entry-level jarang dapat update besar.
  • Model yang Terlewat: Beberapa seri populer seperti A52 dan A32 tidak masuk daftar, menandakan akhir siklus update mereka.

Apa yang Bisa Diharapkan dari One UI 8?

Meski detail resmi belum dirilis, berdasarkan track record Samsung, One UI 8 kemungkinan akan membawa:

  • Penyempurnaan antarmuka dengan animasi lebih halus
  • Fitur AI baru dari Android 16
  • Peningkatan performa dan efisiensi baterai
  • Pembaruan keamanan yang lebih ketat

Bagi pengguna Galaxy A54 atau A34, update ini bisa memperpanjang masa pakai perangkat hingga 1-2 tahun ke depan. Sementara untuk pengguna entry-level seperti A06, ini adalah bonus tak terduga yang jarang didapatkan di segmen harga tersebut.

Samsung memang belum mengkonfirmasi daftar ini secara resmi. Namun jika melihat pola update sebelumnya, bocoran ini cukup kredibel. Kami akan terus memantau perkembangan terbaru seputar Android 16 dan One UI 8.

vivo Watch GT: Smartwatch Andal untuk Gaya Hidup Sehat Pasca Lebaran

0

Telset.id – Setelah libur panjang Lebaran, banyak dari kita kesulitan kembali ke rutinitas sehat. Makanan tinggi santan, pola tidur berantakan, dan aktivitas fisik yang minim sering menjadi penghalang. Namun, dengan vivo Watch GT, transisi menuju gaya hidup aktif dan produktif menjadi lebih mudah. Smartwatch ini tidak hanya mendukung kebugaran, tetapi juga menjadi asisten digital yang cerdas.

Yup, pasca Lebaran, tubuh butuh adaptasi untuk kembali bugar. vivo Watch GT hadir dengan lebih dari 100 mode olahraga, mulai dari yoga hingga latihan intens seperti HIIT. Fitur Professional Racket Sports Mode khususnya menarik bagi penggemar bulu tangkis, tenis, atau squash. Dengan sensor gerakan canggih, smartwatch ini mampu menganalisis kecepatan ayunan, frekuensi pukulan, dan pola pergerakan.

Tak hanya itu, Workout Trainer memberikan panduan latihan real-time yang dipersonalisasi. Sistem ini secara otomatis menyesuaikan tingkat kesulitan berdasarkan performa pengguna, ideal bagi yang baru memulai olahraga setelah liburan panjang. Bagi wanita, fitur Menstrual Cycle Tracking membantu memantau siklus bulanan dan menyesuaikan aktivitas fisik sesuai kondisi tubuh.

Pemantauan Kesehatan 24/7 dan Tidur Berkualitas

Selain olahraga, vivo Watch GT juga fokus pada pemantauan kesehatan harian. Fitur Heart Rate Monitoring bekerja non-stop, memberikan peringatan jika detak jantung tidak normal. SpO₂ Monitor mengukur kadar oksigen darah, sementara Stress Level Monitor membantu mengenali tingkat stres dan menawarkan latihan pernapasan.

Pola tidur yang terganggu pasca Lebaran? vivo Watch GT dilengkapi Sleep Tracking yang menganalisis fase tidur ringan, dalam, dan REM. Dengan data akurat ini, pengguna bisa menyesuaikan waktu istirahat agar tetap produktif keesokan harinya.

Baterai 21 Hari dan Fitur NFC untuk Gaya Hidup Modern

Berdasarkan survei Market.us Scoop, daya tahan baterai menjadi pertimbangan utama 60% pengguna smartwatch. vivo Watch GT menjawab kebutuhan ini dengan baterai tahan hingga 21 hari. Pengguna aktif tak perlu khawatir kehabisan daya di tengah rutinitas padat.

Dilengkapi BlueOS, sistem operasi ringan dan responsif, vivo Watch GT memastikan akses fitur lebih cepat. Fitur NFC Access Card memudahkan pembayaran digital dan akses pintu tanpa kontak, cocok untuk gaya hidup urban yang serba praktis.

Smartwatch ini telah resmi dijual di Indonesia dengan harga Rp1.499.000. Dengan kombinasi fitur kebugaran, pemantauan kesehatan, dan efisiensi digital, vivo Watch GT bukan sekadar aksesori, melainkan pendamping cerdas untuk hidup lebih sehat dan produktif.

Lenovo Siapkan Tablet Gaming Legion Tab Gen 4 dengan Snapdragon 8 Elite

0

Telset.id – Jika Anda mencari tablet Android yang pas untuk gaming, bocoran terbaru mengindikasikan Lenovo sedang mempersiapkan penerus Legion Tab Gen 3 dengan peningkatan signifikan. Kabarnya, tablet gaming ini akan hadir dengan chipset Snapdragon 8 Elite dan layar 3K yang lebih tajam.

Legion Tab Gen 3 sebelumnya telah menarik perhatian dengan ukuran 8,8 inci yang kompak dan performa tangguh berkat Snapdragon 8 Gen 3. Namun, Lenovo tampaknya tidak ingin berpuas diri. Bocoran dari Digital Chat Station di Weibo mengungkap bahwa generasi berikutnya mungkin akan meluncur secepat bulan Mei.

Layar Lebih Tajam, Performa Lebih Gahar

Menurut sumber terpercaya, Legion Tab Gen 4 akan mempertahankan ukuran layar 8,8 inci tetapi meningkatkan resolusi ke 3K dengan refresh rate 165Hz. Meski masih menggunakan panel LCD, peningkatan resolusi ini diharapkan bisa memberikan pengalaman visual yang lebih memukau. Namun, beberapa penggemar mungkin berharap Lenovo beralih ke AMOLED untuk kontras yang lebih dalam.

Di bawah kap mesin, tablet ini diprediksi akan ditenagai Snapdragon 8 Elite, chipset flagship terbaru Qualcomm yang menjanjikan performa gaming tanpa kompromi. Kabar baiknya, baterainya juga dikabarkan akan lebih besar, berkisar antara 7.000 hingga 8.000mAh, meski desainnya disebut lebih ramping dari pendahulunya.

Upgrade Fitur Pendukung Gaming

Tak hanya soal performa, Legion Tab Gen 4 juga dikabarkan akan menyertakan dual X-axis haptic motors dan dual speaker untuk pengalaman bermain yang lebih imersif. Fitur-fitur ini bisa menjadi nilai tambah bagi gamer yang menginginkan feedback taktil dan audio yang lebih responsif.

Sayangnya, belum ada kepastian kapan tablet ini akan tersedia di pasar global, termasuk AS. Legion Tab Gen 3 sebelumnya membutuhkan waktu cukup lama untuk meluncur di luar China. Jika pola yang sama berulang, penggemar mungkin harus bersabar sedikit lebih lama.

Dengan semua peningkatan ini, apakah Legion Tab Gen 4 akan menjadi tablet gaming Android terbaik di kelasnya? Kita tunggu saja kabar resmi dari Lenovo dalam waktu dekat.

Nintendo Switch 2 vs Android Gaming Handheld: Mana yang Lebih Worth It?

0

Telset.id – Dengan harga $450 untuk konsol dan $90 per game, Nintendo Switch 2 memang menjanjikan pengalaman gaming premium. Tapi, apakah itu satu-satunya pilihan? Android gaming handheld justru menawarkan alternatif yang tak kalah menarik—bahkan lebih fleksibel.

Jika Anda sedang mempertimbangkan untuk membeli Switch 2, mungkin sudah saatnya melihat opsi lain. Dari AYANEO hingga Retroid, perangkat Android ini tidak hanya lebih terjangkau, tetapi juga membuka pintu ke dunia emulasi dan game streaming yang lebih luas.

AYANEO Pocket EVO: Premium dengan Performa Tinggi

AYANEO Pocket EVO adalah jawaban bagi gamer yang ingin sesuatu lebih dari sekadar Switch 2. Dengan layar OLED 7 inci dan joystick Hall-effect, perangkat ini jauh lebih nyaman digunakan dibandingkan Switch 2 yang masih mengandalkan LCD dan joystick biasa.

Ditenagai Snapdragon G3 Gen 2, Pocket EVO mampu menjalankan game Android berat hingga emulasi Nintendo Switch. Sayangnya, harganya sedikit lebih mahal—mulai dari $469 untuk varian dasar. Namun, jika Anda ingin pengalaman gaming tanpa kompromi, ini pilihan yang sulit ditolak.

AYN Odin 2: Performa Konsisten dengan Harga Lebih Terjangkau

Bagi yang mencari keseimbangan antara harga dan performa, AYN Odin 2 layak dipertimbangkan. Dengan Snapdragon 8 Gen 2, perangkat ini unggul dalam emulasi PS2 hingga Switch. Bahkan, dukungan Linux memungkinkan emulasi Xbox dan PS3—sesuatu yang tidak bisa dilakukan Switch 2.

Harga mulai dari $329 untuk varian dasar, menjadikannya lebih murah daripada Switch 2. Plus, dengan tiga pilihan ukuran layar, Anda bisa memilih sesuai kebutuhan.

Retroid Pocket 5 & Flip 2: Nilai Terbaik untuk Budget Terbatas

Jika anggaran Anda terbatas, Retroid menawarkan solusi cerdas. Dengan Snapdragon 865 yang masih tangguh, Pocket 5 dan Flip 2 bisa menjalankan game retro hingga PS2 dengan lancar. Harganya? Hanya $219 untuk Pocket 5 dan $229 untuk Flip 2.

Keduanya juga mendukung Linux, menambah fleksibilitas penggunaan. Dan yang terbaik? Desainnya lebih ergonomis dibanding Switch 2, terutama Flip 2 yang mengadopsi bentuk clamshell mirip Nintendo DS.

ANBERNIC: Pilihan Budget Tanpa Kompromi

ANBERNIC RG-556 dan RG-406H adalah bukti bahwa Anda tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam untuk mendapatkan handheld gaming yang layak. Dengan harga mulai $160, perangkat ini ideal untuk emulasi retro. Meski tidak sekuat Switch 2, mereka tetap bisa memainkan game PS2 dengan baik.

Bagi penggemar desain unik, RG Cube dengan layar 1:1 adalah pilihan menarik. Harganya terjangkau, dan performanya cukup untuk memuaskan hasrat gaming retro.

Smartphone + Controller: Solusi Paling Fleksibel

Jangan lupa, ponsel Anda sendiri bisa menjadi handheld gaming yang handal. Dengan Snapdragon 8 Elite, bahkan emulasi Switch 1 bisa dilakukan. Tambahkan controller telescopic seperti Backbone One atau Razer Kishi V2, dan Anda memiliki pengalaman mirip Switch dengan biaya lebih rendah.

Jadi, sebelum memutuskan membeli Switch 2, pertimbangkan dulu alternatif Android ini. Siapa tahu, salah satunya justru lebih cocok dengan kebutuhan dan budget Anda.

9 Pintasan Tersembunyi Android yang Bisa Diakses dengan Memilih Teks

0

Telset.id – Tahukah Anda bahwa memilih teks di Android bisa membuka pintasan tersembunyi yang mempercepat produktivitas? Fitur ini sering diabaikan, padahal bisa menghemat waktu Anda setiap hari. Dari mengonversi ukuran hingga langsung membuka peta, inilah rahasia kecil yang membuat pengalaman Android lebih efisien.

Android dikenal dengan fleksibilitasnya, dan salah satu fitur yang kurang dimanfaatkan adalah pintasan berbasis teks. Ketika Anda menyorot teks tertentu, sistem secara cerdas menawarkan opsi kontekstual berdasarkan jenis konten. Misalnya, alamat email langsung membuka aplikasi surel, atau nomor telepon memunculkan opsi panggilan. Namun, tidak semua pengguna menyadari betapa luasnya fungsionalitas ini.

Pintasan yang Paling Berguna

Berikut adalah beberapa pintasan berbasis teks yang bisa Anda manfaatkan:

  • Alamat Fisik: Sorot nama tempat atau alamat lengkap, lalu ketuk opsi “Peta” untuk langsung membukanya di Google Maps atau aplikasi navigasi lain.
  • Tanggal Kalender: Sorot tanggal seperti “2025/04/07” untuk menambahkan acara ke kalender dengan satu ketuk.
  • Nomor Telepon: Sorot nomor untuk memunculkan opsi panggilan—meskipun tidak selalu bekerja di semua aplikasi.
  • Alamat Email: Sorot teks dengan format email untuk langsung membuka aplikasi surel dengan penerima yang sudah terisi.
  • Konversi Ukuran: Sorot suhu, jarak, atau berat untuk mengonversinya ke satuan lain secara instan.

Ketidakkonsistenan yang Mengganggu

Sayangnya, tidak semua pintasan bekerja sempurna. Misalnya, “Bandara JFK” mungkin tidak terdeteksi sebagai lokasi, sementara “New York” bisa. Demikian pula, opsi “Terjemahkan” hanya muncul jika bahasa tujuan sudah diunduh sebelumnya. Ketidakkonsistenan ini membuat fitur ini kurang bisa diandalkan sepenuhnya.

Google sebenarnya bisa memperbaiki sistem ini dengan memungkinkan pengguna mengatur prioritas pintasan atau menambahkan lebih banyak dukungan bahasa secara otomatis. Namun, meski belum sempurna, fitur ini tetap layak dicoba untuk mempercepat pekerjaan sehari-hari.

Jadi, apakah Anda sudah memanfaatkan pintasan teks di Android? Jika belum, cobalah sorot teks berikutnya yang Anda temui—siapa tahu ada opsi tersembunyi yang bisa menghemat waktu Anda!

Android 16 Bebaskan Penyimpanan untuk Linux Terminal di Pixel

0

Telset.id – Bayangkan menjalankan aplikasi desktop Linux langsung dari smartphone Anda. Kini, dengan Android 16 Beta 4, Google menghilangkan batasan penyimpanan untuk Linux Terminal di Pixel, membuka pintu bagi pengguna yang ingin menjelajahi dunia komputasi yang lebih luas.

Fitur Linux Terminal, yang diperkenalkan dalam pembaruan Maret 2025, memungkinkan pengguna Pixel menjalankan mesin virtual Debian lengkap di perangkat mereka. Namun, sebelumnya, fitur ini dibatasi hanya 16GB penyimpanan—sebuah hambatan serius bagi mereka yang ingin menginstal aplikasi atau menyimpan file besar. Kini, Google telah mendengarkan keluhan pengguna.

Revolusi Penyimpanan di Linux Terminal

Dalam Android 16 Beta 4, slider pengatur ukuran disk di Linux Terminal tidak lagi dibatasi. Pengguna kini dapat mengalokasikan hampir seluruh ruang penyimpanan yang tersedia di perangkat mereka untuk mesin virtual Linux, dengan sistem secara otomatis menyisakan 1GB untuk memastikan operasi normal perangkat.

Dalam pengujian yang dilakukan oleh Mishaal Rahman dari Android Authority, disk Linux Terminal berhasil diubah menjadi 42,3GB di Pixel 9 Pro. Proses ini hanya memakan waktu beberapa detik, dan setelah me-restart mesin virtual, ruang tambahan langsung dapat digunakan. Menurut pengaturan penyimpanan Android, total penggunaan ruang oleh Linux Terminal (termasuk aplikasi dasar dan disk VM) mencapai sekitar 45,52GB.

Masa Depan: Penyimpanan Dinamis Tanpa Batas

Google tidak berhenti di sini. Perusahaan berencana menghapus slider pengatur ukuran disk sepenuhnya di masa depan, menggantinya dengan teknologi storage ballooning. Fitur canggih ini akan memungkinkan sistem secara dinamis menyesuaikan ruang penyimpanan yang tersedia untuk VM Debian—mengembang saat ada ruang kosong dan mengempis ketika sistem host membutuhkan ruang.

Pendekatan ini menawarkan dua keuntungan utama: pengguna tidak perlu menentukan ukuran penyimpanan di awal, dan sistem host terlindungi dari kehabisan ruang penyimpanan karena VM akan secara otomatis mengurangi penggunaan saat diperlukan.

Lebih dari Sekadar Terminal

Meskipun Linux Terminal saat ini masih memiliki keterbatasan—seperti tidak adanya dukungan untuk antarmuka grafis atau audio—Google jelas serius dalam pengembangannya. Fitur ini bukan sekadar eksperimen, melainkan bagian dari strategi jangka panjang Google untuk menyatukan Chrome OS dan Android.

Yang menarik, Google menegaskan bahwa tujuan utama Linux Terminal adalah memungkinkan aplikasi Linux berjalan berdampingan dengan aplikasi Android, bukan menggantikan mode desktop bawaan Android. Namun, dengan perkembangan saat ini, tidak sulit membayangkan masa depan di mana Pixel bisa menjadi pengganti laptop untuk banyak pengguna.

Dengan penghapusan batasan penyimpanan ini, Google memberikan kebebasan lebih kepada pengguna untuk mengeksplorasi potensi penuh perangkat Pixel mereka. Pertanyaan sekarang adalah: seberapa jauh pengguna akan membawa kemampuan baru ini? Mungkin kita akan segera melihat pengembang membuat aplikasi hybrid Android-Linux, atau profesional kreatif menggunakan Pixel mereka untuk tugas-tugas yang sebelumnya memerlukan komputer desktop.

Bagaimana pendapat Anda tentang fitur Linux Terminal yang semakin powerful ini? Apakah Anda akan memanfaatkannya untuk pekerjaan atau eksperimen pribadi? Ceritakan pengalaman Anda di kolom komentar!

Robot Humanoid Gagap di Marathon Pertama Dunia, Hasilnya Kocak

Telset.id – Bayangkan lari marathon 21 kilometer, tetapi pesertanya adalah robot humanoid. Itulah yang terjadi di Beijing baru-baru ini, ketika kota tersebut menggelar apa yang disebut sebagai marathon setengah jarak pertama di dunia untuk robot. Hasilnya? Lebih mirip komedi slapstick daripada perlombaan serius.

Dari 21 robot yang mendaftar, hanya empat yang berhasil menyelesaikan balapan dalam batas waktu empat jam. Sisanya? Ada yang terjatuh di garis start, kepala terlepas dan menggelinding, bahkan ada yang hancur berkeping-keping di tengah jalan. “Ini seperti menonton bayi belajar berjalan, tapi dengan budget riset miliaran,” komentar salah satu penonton, seperti dilaporkan Bloomberg.

Pemenangnya Butuh Tiga Baterai dan Waktu Dua Kali Lipat Manusia

Robot bernama Tiangong Ultra, buatan X Humanoid, keluar sebagai juara dengan catatan waktu 2 jam 40 menit—lebih dari dua kali lipat waktu pelari manusia tercepat. Uniknya, robot setinggi 178 cm ini harus mengganti baterai tiga kali selama balapan. Aturan memang memperbolehkan tim melakukan pergantian baterai atau bahkan robot cadangan, meski dengan penalti waktu.

Selain Tiangong Ultra, peserta lain termasuk N2 dari Noetix Robotics, robot bergaya Gundam, robot “berpenampilan perempuan” bernama Huan Huan, dan Little Giant—robot setinggi 76 cm buatan mahasiswa lokal. Lucunya, sebagian besar robot ini memakai sepatu lari manusia, seolah ingin terlihat lebih atletis.

Mengapa Marathon Robot Ini Penting?

Meski terlihat seperti lelucon, acara ini sebenarnya uji coba serius untuk ketahanan dan mobilitas robot humanoid. “Ini seperti era awal mobil yang sering mogok. Suatu hari, robot-robot ini akan berlari lebih baik daripada kita,” kata Dr. Wei Zhang, pakar robotika dari Universitas Tsinghua.

Bagi perusahaan seperti X Humanoid dan Noetix, kegagalan robot mereka justru memberikan data berharga untuk pengembangan keseimbangan, efisiensi energi, dan ketahanan material. Bagaimanapun, seperti kata pepatah lama: “Kegagalan adalah batu loncatan menuju kesuksesan.” Kecuali jika batu loncatannya adalah kepala robot yang terlepas dan menggelinding.

Video balapan ini viral di media sosial, dengan netizen membuat meme seperti “Ketika kamu memaksakan diri ikut marathon padahal cuma bisa lari 5 menit di treadmill.” Namun, di balik semua kelucuan itu, marathon robot Beijing mungkin akan dikenang sebagai momen bersejarah—langkah pertama menuju masa depan di mana robot bisa menjadi partner manusia dalam aktivitas fisik ekstrem.

Bocoran Benchmark MediaTek Dimensity 9500: 17% Lebih Cepat dari Snapdragon 8 Elite

0

Telset.id – Jika Anda mengira pertarungan chipset flagship tahun ini sudah selesai, pikirkan lagi. Bocoran terbaru dari Digital Chat Station (DCS), tipster ternama asal China, mengungkap fakta mengejutkan: MediaTek Dimensity 9500 kabarnya berhasil mencetak skor AnTuTu di atas 4 juta poin. Angka ini melampaui Snapdragon 8 Elite 2 dari Qualcomm dengan selisih signifikan—sekitar 17% lebih cepat!

Meski masih dalam tahap pengembangan, hasil benchmark ini memberi gambaran jelas tentang lanskap persaingan chipset mobile 2025. MediaTek tampaknya tidak main-main dalam merombak arsitektur Dimensity 9500. Selain peningkatan skor mentah, DCS juga mengonfirmasi upgrade cache L3 dari 12MB menjadi 16MB—langkah strategis untuk mengurangi latency memori dan mempercepat multitasking.

Spesifikasi dan Arsitektur: Di Balik Angka Benchmark

Menurut rincian yang beredar, Dimensity 9500 akan diproduksi menggunakan proses 3nm N3E TSMC. Chipset ini mengadopsi konfigurasi core hybrid dengan:

  • 2 core Cortex-X930 “Travis” (kecepatan hingga 4GHz—naik 10% dari generasi sebelumnya)
  • 6 core Cortex-A730 “Gelas” untuk efisiensi daya

Peningkatan frekuensi clock dan cache yang lebih besar ini menjelaskan lonjakan performa dalam tes sintetis. Namun, ingat: angka benchmark awal bisa berubah seiring penyempurnaan firmware sebelum peluncuran resmi.

Masa Depan Chipset 2nm: Revolusi atau Kenaikan Harga?

Bocoran DCS juga menyentuh rencana jangka panjang industri. Apple, Qualcomm, dan MediaTek dikabarkan akan beralih ke proses 2nm TSMC untuk generasi chipset berikutnya (A20, Snapdragon 8 Elite 3, dan Dimensity 9600). Meski menjanjikan efisiensi dan performa lebih baik, teknologi node lebih kecil ini datang dengan konsekuensi: biaya produksi yang melambung tinggi.

“Smartphone flagship 2026 mungkin akan lebih mahal,” tulis DCS dalam postingannya. Ini menjadi pertimbangan serius bagi konsumen yang mengincar perangkat high-end di masa depan.

Lantas, bagaimana dengan posisi Dimensity 9500 di pasar? Dengan keunggulan benchmark sementara dan upgrade arsitektur yang terukur, MediaTek berpotensi menggeser dominasi Qualcomm di segmen premium. Tapi pertarungan sesungguhnya baru akan terlihat ketika kedua chipset ini diuji dalam kondisi real-world.

Untuk terus memantau perkembangan terbaru seputar teknologi chipset, pantau terus Telset.id. Kami akan memberikan update eksklusif segera setelah informasi resmi dirilis oleh MediaTek dan Qualcomm.

Huawei Kembangkan Kirin 9020 untuk Pura X, Lawan Sanksi AS

0

Telset.id – Di tengah tekanan sanksi teknologi dari Amerika Serikat, Huawei tak berhenti berinovasi. Kabar terbaru mengungkap bahwa raksasa teknologi asal Tiongkok ini tengah mempersiapkan prosesor Kirin 9020 yang akan menghidupkan seri Pura X—sebuah langkah berani yang membuktikan ketahanan Huawei di tengah keterbatasan.

Sejak sanksi AS pada 2020 memutus akses Huawei terhadap chip canggih, perusahaan ini beralih ke SMIC, foundry terbesar di China. Kolaborasi ini menghasilkan Kirin 9000s untuk Mate 60, yang mengembalikan kemampuan 5G ke produk Huawei setelah absen sejak era Mate 40. Namun, tantangan tak berhenti di situ. Tanpa akses ke mesin lithography canggih dari ASML, SMIC terpaksa memproduksi chip 7nm—jauh di belakang TSMC dan Samsung yang sudah merambah 2nm.

Teknologi LDP: Harapan Baru Huawei

Spekulasi berkembang bahwa Huawei dan SMIC tengah mengembangkan alternatif untuk mesin Extreme Ultraviolet Lithography (EUV) milik ASML. Teknologi yang dijuluki laser-induced discharge plasma (LDP) ini diklaim mampu menciptakan panjang gelombang 13.5nm—kunci untuk memproduksi chip paling mutakhir. Jika berhasil, ini bisa menjadi terobosan yang mengubah peta persaingan chip global.

Untuk Pura X, Huawei menyiapkan Kirin 9020 dengan peningkatan efisiensi daya hingga 5% dibanding versi di Mate 70 Pro. “Ini bukan sekadar upgrade kecil,” kata seorang analis industri yang enggan disebutkan namanya. “Perubahan packaging chip ini meningkatkan efisiensi transmisi, mengurangi panas, dan mengoptimalkan kinerja—sebuah lompatan signifikan di tengah kendala sanksi.”

Pura X: Ujian Nyata Kirin 9020

Pura X, flip phone dengan bukaan samping yang inovatif, akan menjadi perangkat pertama yang mengandalkan Kirin 9020. Bocoran menyebutkan, ponsel ini tak hanya lebih efisien, tapi juga mengatasi masalah drainase baterai yang kerap dikeluhkan pengguna flagship sebelumnya.

Sementara itu, Huawei dikabarkan telah mulai menggarap Pura 80 series yang ditargetkan rilis awal 2026. Masih menjadi misteri apakah seri ini akan menggunakan chipset baru atau varian Kirin yang lebih disempurnakan. Yang pasti, langkah Huawei ini menjadi bukti bahwa inovasi bisa tumbuh bahkan di tengah tekanan paling keras sekalipun.

Bagaimana pendapat Anda tentang strategi Huawei ini? Apakah Kirin 9020 bisa menjadi game changer? Simak terus perkembangan terbarunya hanya di Telset.id.

WhatsApp Uji Coba Fitur Terjemahan Pesan untuk Pengguna Beta Android

0

Pernahkah Anda kesulitan memahami pesan WhatsApp yang dikirim dalam bahasa asing? Kabar baik datang dari raksasa pesan instan tersebut. WhatsApp dikabarkan sedang menguji fitur terjemahan pesan dan pembaruan channel untuk pengguna beta Android. Fitur ini telah dikembangkan sejak tahun lalu dan kini mulai dirilis secara terbatas.

Menurut laporan WABetaInfo, fitur terjemahan ini tersedia bagi sebagian pengguna yang memasang WhatsApp beta versi 2.25.12.25 di perangkat Android. Rencananya, fitur ini akan diperluas ke lebih banyak pengguna beta dalam beberapa minggu mendatang. Dengan adanya fitur ini, pengguna bisa menerjemahkan pesan dalam lima bahasa: Spanyol, Arab, Portugis, Hindi, dan Rusia.

Yang menarik, proses terjemahan dilakukan secara on-device, artinya tidak memerlukan koneksi internet aktif. Namun, pengguna perlu mengunduh paket bahasa sesuai dengan bahasa yang ingin diterjemahkan. Ada juga opsi untuk mengunduh paket yang bisa mendeteksi bahasa secara otomatis dari pesan masuk.

Cara Mengaktifkan Fitur Terjemahan di WhatsApp

Untuk menggunakan fitur ini, pengguna bisa mengaktifkannya melalui menu info chat. Di sana, Anda bisa memilih bahasa yang ingin diterjemahkan secara otomatis. Pengaturan ini bisa diterapkan per chat, baik untuk obrolan privat maupun grup. Jika tidak ingin menerjemahkan otomatis, pengguna bisa melakukannya secara manual dengan membuka opsi pesan dan mengetuk “Terjemahkan”.

Akurasi Terjemahan dan Umpan Balik Pengguna

Meski praktis, jangan berharap terjemahan WhatsApp seakurat layanan berbasis cloud seperti Google Translate. Pasalnya, proses terjemahan di WhatsApp mengandalkan paket bahasa ringan yang diproses di perangkat. Untuk meningkatkan kualitas terjemahan, WhatsApp memungkinkan pengguna memberikan umpan balik tanpa membagikan pesan asli atau terjemahan ke Meta.

Bagi Anda yang sudah mencoba fitur ini dalam versi beta WhatsApp Android, bagaimana pengalaman Anda sejauh ini? Apakah terjemahannya cukup akurat atau masih perlu banyak penyempurnaan?

One UI 8 Bocoran: Fitur Baru, Jadwal Rilis, dan Daftar Perangkat yang Mendukung

0

Telset.id – Jika Anda pengguna setia Samsung, bersiaplah untuk menyambut One UI 8. Meskipun One UI 7 masih belum merata di seluruh perangkat Galaxy, Samsung sudah melangkah lebih jauh dengan mengembangkan One UI 8 berbasis Android 16. Kabar terbaru mengungkap bahwa update ini akan membawa sejumlah penyempurnaan, meski tidak terlalu revolusioner. Lantas, kapan One UI 8 resmi dirilis, dan perangkat apa saja yang akan mendapatkannya?

One UI 8: Rilis Tanpa Update Incremental

Berbeda dengan pola biasanya, Samsung dikabarkan akan melompat langsung dari One UI 7 ke One UI 8 tanpa melalui versi 7.1 atau 7.1.1. Hal ini diduga karena lambatnya distribusi One UI 7, yang membuat Samsung tak punya waktu untuk menyiapkan update tambahan. Meski belum ada pengumuman resmi, bocoran terbaru mengindikasikan bahwa Galaxy Z Fold 7 dan Z Flip 7 akan langsung menjalankan One UI 8 saat diluncurkan.

Google sendiri telah mengonfirmasi bahwa Android 16 akan dirilis pada kuartal kedua 2025, kemungkinan besar Juni mendatang. Dengan demikian, program beta One UI 8 bisa dimulai pada Juli 2025. Jika Samsung tetap konsisten dengan jadwal peluncuran foldable-nya, kedua perangkat baru tersebut akan hadir sekitar Juli atau awal Agustus.

Daftar Perangkat yang Mendukung One UI 8

Samsung belum merilis daftar resmi perangkat yang akan mendapatkan One UI 8, tetapi berdasarkan kebijakan update mereka dan beberapa spekulasi, berikut perangkat yang diperkirakan memenuhi syarat:

  • Seri Galaxy S: S25, S24, S23, S22, dan S21 FE
  • Seri Galaxy Z: Z Fold 6/5/4, Z Flip 6/5/4
  • Seri Galaxy Tab: Tab S10, Tab S9, Tab S8, Tab A9
  • Seri Galaxy A/M/F: A55, A54, M55, M54, F55, F54
  • Seri XCover: XCover 7 dan XCover 7 Pro

Perlu diingat, daftar ini masih bersifat prediksi dan bisa berubah tergantung kebijakan Samsung di masa depan.

Fitur Baru yang Ditunggu di One UI 8

One UI 8 tidak membawa perubahan drastis, tetapi beberapa fitur baru cukup menarik perhatian:

  • Log Video Recording: Fitur yang sebelumnya eksklusif untuk Galaxy S25 dan S24 kini akan hadir di lebih banyak perangkat.
  • Now Brief: Fitur yang semula hanya tersedia untuk flagship 2024 akan diperluas ke perangkat lain.
  • Penyempurnaan UI: Menu Quick Share dibagi menjadi “Receive” dan “Send”, sementara aplikasi seperti Gallery dan My Files mendapat pembaruan visual.

Karena One UI 8 masih dalam tahap pengembangan, tidak menutup kemungkinan akan ada lebih banyak fitur yang diumumkan mendekati rilis resminya. Pantau terus Telset.id untuk update terbaru seputar One UI 8!

Luxeed R7 EREV: Huawei dan Chery Hadirkan SUV Listrik dengan Jarak Tempuh Luar Biasa

Telset.id – Jika Anda mencari SUV listrik dengan jarak tempuh fantastis dan teknologi mutakhir, Huawei dan Chery mungkin punya jawabannya. Lewat aliansi Harmony Intelligent Mobility Alliance (HIMA), keduanya baru saja meluncurkan Luxeed R7 Extended Range Electric Vehicle (EREV) di China. Dengan harga mulai dari ¥299.800 (sekitar Rp 670 juta), mobil ini siap bersaing ketat dengan Tesla Model Y dan NIO ES8.

Luxeed R7 bukan sekadar mobil listrik biasa. Dengan panjang lima meter dan drag coefficient hanya 0.247 Cd, desainnya terlihat modern dan aerodinamis. Fitur seperti pintu tanpa gagang, atap panoramic, serta LED light bar di bagian depan dan belakang menambah kesan premium. Tersedia dalam delapan pilihan warna, termasuk Tourmaline Blue yang baru.

Interior Mewah dengan Fitur Canggih

Kabinya dirancang untuk kenyamanan jarak jauh. Kursi penumpang depan dilengkapi fitur zero-gravity dengan 18-way adjustment, leg rest, pemanas, ventilasi, dan pijatan. Untuk hiburan, Huawei menyematkan sistem audio 17-speaker berdaya 1000W. Tidak ketinggalan, kapasitas bagasi mencapai 52L di bagian depan dan 2130L di belakang dengan kursi yang bisa dilipat.

Daya Jelajah Luar Biasa

Di bawah kap (atau lebih tepatnya di bawah lantai), Luxeed R7 menggunakan mesin 1.5L empat-silinder sebagai range extender dan baterai LFP 53.4kWh dari CATL. Dengan platform Jujing 400V Huawei, mobil ini bisa mengisi daya dari 20% ke 80% hanya dalam 15 menit. Yang lebih mengesankan, versi Max (penggerak roda belakang) mengklaim jarak tempuh total 1.673km dengan baterai dan tangki bahan bakar penuh—naik 7% dari model sebelumnya.

Performanya Juga Tak Kalah

Untuk urusan kecepatan, versi Max bisa melesat dari 0-100km/jam dalam 7.4 detik. Jika ingin lebih bertenaga, pilih Ultra dengan penggerak all-wheel drive dan dual motor yang menghasilkan 510 tenaga kuda. Versi ini bisa mencapai 100km/jam hanya dalam 4.9 detik, meski jarak tempuhnya sedikit berkurang menjadi 1.551km.

Teknologi Autonomous Kelas Atas

Huawei memamerkan keunggulan teknologi mereka melalui Qiankun ADS 3.0, sistem otonom yang dilengkapi LiDAR 192-line, 3 radar milimeter-wave, 12 sensor ultrasonik, dan 11 kamera. Sistem ini mendukung navigasi NOA di kota dan jalan tol, serta fitur parkir otomatis. Dashboardnya ditenagai oleh HarmonyOS 4 dengan layar sentral 15,6 inci dan digital cluster 12,3 inci.

Untuk pengendalian, R7 menggunakan sasis cerdas Huawei Turing dengan suspensi double wishbone di depan dan multi-link di belakang. Jarak pengereman dari 100km/jam ke 0 hanya 35,6 meter, sementara sistem iVSE-nya secara otomatis menyesuaikan dengan kondisi jalan.

Dengan spesifikasi dan fitur yang ditawarkan, Luxeed R7 EREV jelas menjadi pesaing serius di pasar SUV listrik premium. Apakah mobil ini akan meluas ke pasar global? Kita tunggu kabar selanjutnya.