Beranda blog Halaman 192

Sistem Navigasi Kuantum Baru 50 Kali Lebih Akurat dari GPS

0

Telset.id – Bayangkan jika Anda bisa bernavigasi tanpa GPS, bahkan di tempat yang sama sekali tidak terjangkau sinyal satelit. Kini, teknologi kuantum membawa revolusi baru dalam dunia navigasi dengan sistem yang 50 kali lebih akurat daripada GPS konvensional.

Tim peneliti dari Q-CTRL, perusahaan perangkat lunak infrastruktur kuantum asal Sydney, Australia, baru saja mengumumkan keberhasilan demonstrasi sistem navigasi berbasis kuantum bernama “Ironstone Opal.” Sistem ini diklaim sebagai solusi alternatif yang jauh lebih andal dibandingkan sistem cadangan GPS yang ada saat ini.

Mengapa Kita Butuh Alternatif GPS?

Ketergantungan dunia modern pada GPS tidak bisa dipungkiri. Mulai dari kendaraan pribadi, pesawat terbang, hingga operasi militer, semuanya mengandalkan teknologi ini. Namun, GPS memiliki kelemahan mendasar: rentan terhadap gangguan (jamming), spoofing, atau bahkan kegagalan teknis. Ketika GPS down, dampaknya bisa sangat serius—mulai dari pilot yang harus beralih ke sistem navigasi manual hingga kesulitan dalam mengerahkan aset militer.

Inilah yang mendorong para ilmuwan untuk mencari solusi alternatif. Salah satunya adalah sistem navigasi berbasis kuantum yang dikembangkan oleh Q-CTRL. Tidak seperti GPS yang bergantung pada sinyal satelit, sistem baru ini menggunakan medan magnet Bumi sebagai panduan.

Bagaimana Ironstone Opal Bekerja?

Sistem Ironstone Opal memanfaatkan sensor kuantum yang sangat sensitif. Sensor ini mampu membaca variasi medan magnet Bumi dengan presisi tinggi. Setiap lokasi di Bumi memiliki “sidik jari” magnetik yang unik, dan sensor kuantum dapat mendeteksinya dengan akurasi luar biasa.

Data dari sensor kemudian diproses oleh perangkat lunak berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk menentukan koordinat X dan Y—mirip dengan cara kerja GPS, tetapi tanpa bergantung pada sinyal eksternal. Yang lebih menarik, sistem ini bersifat pasif, artinya tidak memancarkan sinyal yang bisa dideteksi atau di-jam oleh pihak lain.

  • Akurasi Tinggi: Dalam uji coba di darat, sistem ini 50 kali lebih akurat daripada sistem cadangan GPS lainnya.
  • Tahan Gangguan: Tidak terpengaruh oleh jamming atau spoofing karena tidak bergantung pada sinyal radio.
  • Kompatibilitas Luas: Dapat dipasang di kendaraan darat, drone, atau pesawat terbang.

Masa Depan Navigasi Tanpa GPS

Dengan keunggulannya, Ironstone Opal berpotensi mengubah cara kita bernavigasi, terutama di lingkungan yang menantang seperti wilayah terpencil, bawah laut, atau bahkan luar angkasa. Sistem ini juga bisa menjadi solusi bagi militer yang membutuhkan navigasi yang aman dan tidak bisa di-ganggu oleh musuh.

Meski masih dalam tahap pengembangan lebih lanjut, teknologi ini sudah menunjukkan hasil yang menjanjikan. Jika berhasil dikomersialkan, bukan tidak mungkin suatu hari nanti kita akan meninggalkan GPS dan beralih ke navigasi kuantum.

Jadi, siapkah Anda menyambut era baru navigasi yang lebih cerdas dan andal?

Vivo X200 Ultra: Inovasi Kamera yang Bikin Samsung Merinding

0

Telset.id – Jika Anda mengira inovasi kamera smartphone sudah mencapai titik jenuh, bersiaplah terkejut. Vivo baru saja meluncurkan X200 Ultra dengan setup kamera yang tak hanya menantang Samsung Galaxy S25 Ultra, tetapi juga membawa konsep baru dalam fotografi mobile. Bagaimana tidak, ponsel ini dilengkapi dengan Photographer Kit yang bisa mengubahnya menjadi “kamera digital” serius.

Di tengah pasar yang dipenuhi smartphone dengan peningkatan kamera bertahap, Vivo memilih jalan berbeda. X200 Ultra datang dengan trio sensor kamera yang masing-masing punya keunggulan spesifik: sensor utama Sony LYT-818 50MP (35mm), ultra-wide Sony LYT-818 50MP, dan telephoto Samsung ISOCELL HP9 200MP dengan zoom optik 3.7x. Tapi yang bikin mata terbelalak adalah Photographer Kit-nya—sebuah aksesori yang memberi sentuhan kamera profesional ke smartphone ini.

Photographer Kit: Ketika Smartphone Berpura-pura Jadi Kamera

Vivo sepertinya bertanya, “Bagaimana jika kita bikin smartphone yang benar-benar fokus pada fotografi?” Jawabannya adalah Photographer Kit. Aksesori ini menambahkan:

  • Grip ergonomis mirip kamera digital
  • Tombol rekaman video khusus
  • Dial pengaturan yang bisa dikustomisasi
  • Strap bahu untuk kenyamanan
  • Baterai tambahan 2.300mAh
  • Lensa konverter Zeiss 2.35x untuk zoom hingga 8.7x

Dengan kit ini, Vivo jelas sedang membidik pengguna yang ingin pengalaman fotografi lebih “authentic” tanpa harus membawa kamera DSLR. “Kami ingin memberikan solusi bagi mereka yang biasanya hanya menggunakan mode auto di kamera profesional,” kira-kira begitu filosofi Vivo.

Lensa Tele Samsung yang Justru Tak Dipakai Samsung

Ironisnya, sensor tele 200MP di X200 Ultra adalah ISOCELL HP9—generasi terbaru Samsung yang justru tidak digunakan di Galaxy S25 Ultra. Samsung memilih bertahan dengan HP2. Padahal, HP9 menawarkan peningkatan signifikan dalam menangkap detail pada zoom tinggi.

Fakta ini menyoroti perbedaan strategi kedua raksasa teknologi ini. Samsung dalam beberapa tahun terakhir lebih fokus pada penyempurnaan software dan AI, sementara Vivo berani melakukan lompatan hardware. Hasilnya? X200 Ultra memiliki beberapa keunggulan teknis:

  • Focal length 35mm yang lebih ideal untuk portrait
  • Depth of field yang lebih kaya
  • Zoom optik yang lebih tajam
  • Dua dedicated ISP untuk pemrosesan gambar

Samsung vs Vivo: Pertarungan Filosofi

Galaxy S25 Ultra sebenarnya tetap ponsel kamera terbaik untuk kebanyakan orang. Tapi yang disayangkan adalah hilangnya “kegilaan” inovasi Samsung. Dulu, merek ini berani meluncurkan Galaxy S4 Zoom—smartphone dengan lensa optik menjulang. Sekarang? Mereka terlihat terlalu bermain aman.

Vivo, di sisi lain, mengambil risiko dengan konsep yang belum tentu laris. Tapi setidaknya mereka mencoba sesuatu yang baru. Photographer Kit mungkin bukan ide sempurna (sensor smartphone tetap terbatas untuk low-light), tapi ini langkah berani untuk mendefinisikan ulang fotografi mobile.

Pertanyaannya sekarang: Apakah konsumen menginginkan smartphone yang “berpura-pura” menjadi kamera? Atau mereka lebih memilih penyempurnaan bertahap ala Samsung? Jawabannya mungkin terletak di antara keduanya. Tapi satu hal pasti—industri smartphone butuh lebih banyak “koki gila” seperti tim kamera Vivo yang berani mencoba resep baru.

Google Photos Kini Bisa Konversi Foto Biasa ke Ultra HDR

0

Telset.id – Pernahkah Anda merasa foto yang diambil dengan smartphone kurang hidup? Warna yang pudar, detail yang hilang di area gelap, atau highlight yang terlalu terang bisa merusak momen berharga. Kini, Google Photos hadir dengan solusi revolusioner: konversi foto standar (SDR) ke Ultra HDR dengan sekali ketuk!

Ultra HDR bukan sekadar buzzword. Format ini membawa pengalaman visual yang lebih kaya dengan rentang dinamis tinggi—highlight lebih terang, shadow lebih dalam, dan warna yang benar-benar “pop”. Yang membedakannya dari HDR konvensional? Ultra HDR menyematkan versi SDR dalam file yang sama, memastikan kompatibilitas dengan semua perangkat, bahkan yang layarnya tidak mendukung HDR.

Mengapa Ultra HDR Lebih Unggul?

Selama ini, mendapatkan hasil foto HDR mengharuskan Anda memotret langsung dalam mode tersebut. Proses konversi manual dari SDR ke HDR pun rumit dan jarang tersedia untuk pengguna biasa. Google Photos mengubah segalanya. Dengan fitur baru ini, foto lama Anda bisa mendapatkan “second life” dalam kualitas Ultra HDR—tanpa ribet.

Menurut laporan eksklusif Android Authority, fitur ini mulai diroll out secara bertahap. Namun, ada dua syarat utama:

  • Google Photos versi 7.24.0.747539053 atau lebih baru
  • Update server-side dari Google (meski aplikasi sudah update, fitur mungkin belum muncul segera)

Cara Mudah Menggunakan Fitur Ultra HDR

Begitu fitur aktif di akun Anda, ikuti langkah berikut:

  1. Buka foto di Google Photos
  2. Ketuk Edit > gulir ke kiri pada menu tools bawah
  3. Pilih Adjust > temukan opsi Ultra HDR (menggantikan “HDR Effect” sebelumnya)

Hasilnya? Foto langsung berubah dengan label “Ultra HDR” di info resolusi. Yang menarik, ukuran file mungkin justru lebih kecil karena gain map (data HDR) lebih ringkas daripada foto asli. Namun, jika ingin bermain aman, simpan salinan originalnya juga.

Fitur ini bukan sekadar filter. Dalam pengujian, peningkatan detail di area gelap/terang terlihat signifikan—seperti membuka tirai di foto yang sebelumnya “datar”. Tertarik mencoba? Pantau update di aplikasi Anda dan siap-siap memugarkan koleksi foto lama!

Google Messages Hadirkan Fitur Baru untuk Blur Gambar Eksplisit

0

Telset.id – Jika Anda sering merasa tidak nyaman menerima gambar eksplisit tanpa permintaan, kabar baik datang dari Google Messages. Aplikasi pesan default Android ini akhirnya merilis fitur “peringatan konten sensitif” yang secara otomatis mengaburkan gambar berpotensi mengandung nuditas sebelum Anda melihatnya. Fitur ini telah lama dinantikan sejak pertama kali diumumkan tahun lalu.

Bagaimana cara kerjanya? Sistem akan menganalisis gambar yang masuk dan mendeteksi kemungkinan konten eksplisit. Jika terdeteksi, gambar akan langsung dikaburkan dengan filter blur. Anda kemudian memiliki tiga opsi: melihat gambarnya, memblokir pengirim, atau membaca penjelasan mengapa peringatan ini muncul. Bahkan jika memilih untuk melihat, ada tombol “blur kembali” jika Anda ingin menyembunyikannya lagi—sempurna untuk situasi ketika harus meminjamkan ponsel ke orang lain.

Perlindungan Tambahan untuk Remaja

Google tidak main-main dalam melindungi pengguna muda. Untuk akun remaja (13-17 tahun) yang diawasi orang tua melalui Family Link, fitur ini diaktifkan secara default dan tidak bisa dimatikan. Sementara itu, remaja dengan akun mandiri bisa menonaktifkannya, meski tidak disarankan.

Yang menarik, semua proses deteksi dilakukan secara lokal di perangkat berkat teknologi SafetyCore Android. Artinya, tidak ada data gambar yang dikirim ke server Google—sebuah langkah privasi yang patut diapresiasi. Namun, fitur ini belum mendukung video dan hanya bekerja di aplikasi Messages yang kompatibel.

Kontrol Saat Mengirim Gambar

Fitur ini juga berlaku saat Anda mengirim atau meneruskan gambar. Jika sistem mendeteksi konten sensitif, pesan peringatan akan muncul meminta konfirmasi sebelum gambar terkirim. Langkah kecil ini bisa mencegah kesalahan yang memalukan, seperti mengirim foto ke grup keluarga alih-alih ke teman dekat.

Sayangnya, fitur ini masih dalam tahap beta dan belum tersedia untuk semua pengguna. Namun, kehadirannya menandai langkah progresif Google dalam menyeimbangkan keamanan dan privasi. Di era di mana batasan digital semakin kabur, tools seperti ini menjadi tameng penting bagi pengguna.

Bagaimana pendapat Anda? Apakah fitur ini akan membuat pengalaman berkirim pesan lebih nyaman, atau justru dianggap terlalu ikut campur? Beri tahu kami di kolom komentar.

HMD Skyline 2 Bocor: Rilis Juli 2025 dengan Peningkatan Spesifikasi?

0

Telset.id – Jika Anda penggemar smartphone dengan performa tangguh dan desain premium, bersiaplah untuk kabar terbaru tentang HMD Skyline 2. Bocoran dari akun X yang dikenal akurat soal HMD mengindikasikan bahwa penerus Skyline akan meluncur tepat setahun setelah pendahulunya, yakni Juli 2025. Namun, apa saja yang bisa kita harapkan dari seri terbaru ini?

HMD Skyline pertama, yang dirilis Juli 2024, sukses menarik perhatian dengan spesifikasi solid seperti layar P-OLED 6,55 inci beresolusi 1080×2400, refresh rate 144 Hz, dan chipset Snapdragon 7s Gen 2. Kamera utamanya 108 MP dengan OIS, didukung lensa telephoto 50 MP (2x zoom) dan ultrawide 13 MP. Dengan baterai 4.600 mAh dan dukungan pengisian nirkabel magnetik 15W, Skyline menjadi salah satu pilihan menarik di kelas menengah atas.

Bocoran dan Ekspektasi untuk Skyline 2

Sayangnya, bocoran kali ini belum mengungkap detail spesifik tentang Skyline 2. Namun, jika mengikuti tren industri, beberapa peningkatan bisa diprediksi:

  • Chipset Lebih Kencang: Snapdragon 7s Gen 2 mungkin digantikan varian terbaru atau bahkan lompat ke seri 8 Gen untuk performa lebih gahar.
  • Layar Lebih Ciamik: Peningkatan brightness HDR atau refresh rate adaptif bisa jadi opsi.
  • Kamera dengan AI Lebih Canggih: Penyempurnaan software processing dan kemungkinan penambahan fitur videografi pro.
  • Baterai dan Pengisian Cepat: Kapasitas mungkin bertambah, atau dukungan wireless charging lebih cepat.

Uniknya, HMD disebutkan akan menulis angka “2” dalam nama Skyline 2 dengan format superscript (pangkat). Detail kecil ini mungkin jadi ciri khas branding mereka, meski belum jelas apakah berpengaruh pada pengalaman pengguna.

Analisis Pasar: Akankah Skyline 2 Bersaing Ketat?

Dengan jadwal rilis pertengahan 2025, Skyline 2 akan berhadapan dengan rival seperti Galaxy A series terbaru atau Xiaomi 14 Lite. Kunci suksesnya terletak pada:

  • Harga Kompetitif: Skyline pertama dijual sekitar Rp6 jutaan. Jika HMD bisa mempertahankan banderol dengan spesifikasi lebih baik, peluang menang besar.
  • Diferensiasi Fitur: Pengisian nirkabel magnetik di Skyline pertama adalah nilai tambah. Skyline 2 perlu membawa inovasi serupa.
  • Dukungan Software Jangka Panjang: Komitmen update Android dan keamanan jadi faktor penting bagi konsumen.

HMD Global, yang dikenal sebagai “penerus” Nokia di era Android, terus berusaha membangun identitas sendiri. Skyline 2 bisa menjadi penentu apakah mereka mampu bertahan di pasar yang didominasi raksasa seperti Samsung dan Xiaomi.

Kami akan terus memantau perkembangan bocoran ini. Pastikan ikuti Telset.id untuk update terbaru seputar HMD Skyline 2 dan gadget terkini lainnya!

Realme 14T Bocor di Google Play Console: Spesifikasi dan Tanggal Rilis

0

Telset.id – Realme kembali memanaskan persaingan smartphone mid-range dengan kehadiran Realme 14T yang baru saja terlihat di Google Play Console. Bocoran ini mengungkap spesifikasi lengkap dan tanggal rilis resmi yang sudah di depan mata. Apakah ponsel ini layak ditunggu?

Menurut daftar yang muncul di Google Play Console, Realme 14T akan ditenagai oleh chipset MediaTek Dimensity 6300, dipadukan dengan RAM 8GB. Yang menarik, ponsel ini akan langsung menjalankan Android 15 begitu dibuka dari kotaknya. Layarnya memiliki resolusi 1080×2400 piksel dan diklaim sebagai panel AMOLED dengan kecerahan puncak mencapai 2.100 nit—cukup untuk penggunaan di bawah terik matahari.

Realme juga telah mengonfirmasi beberapa fitur unggulan lainnya. Realme 14T dilengkapi dengan ketahanan IP69 terhadap debu dan air, baterai berkapasitas besar 6.000 mAh yang mendukung pengisian cepat 45W, serta kamera utama 50 MP. Dengan spesifikasi seperti ini, Realme sepertinya ingin menargetkan pengguna yang mengutamakan daya tahan dan performa harian.

Desain dan Warna yang Menarik

Realme 14T akan tersedia dalam tiga pilihan warna: Silken Green, Violet Grace, dan Stain Ink. Kombinasi warna ini terlihat elegan dan cocok untuk berbagai selera. Sayangnya, belum ada gambar resmi yang bocor untuk memberikan gambaran lebih jelas tentang desain fisiknya.

Ketersediaan dan Pertanyaan Besar

Yang cukup mengejutkan, Realme 14T ternyata sudah beredar di Polandia selama beberapa hari. Namun, sepertinya belum banyak yang menyadarinya. Apakah ini strategi peluncuran bertahap atau sekadar kesalahan distribusi? Realme sendiri belum memberikan penjelasan resmi.

Dengan segala keunggulan yang ditawarkan, Realme 14T berpotensi menjadi pesaing serius di segmen mid-range. Tanggal rilis resminya diumumkan pada 25 April 2025, jadi tunggu saja kejutan apa lagi yang akan dibawa oleh Realme.

6 Film Horor Netflix yang Harus Ditonton Sekarang Juga

0

Telset.id – Jika Anda penggemar film horor dan sedang mencari rekomendasi menegangkan di Netflix, inilah saat yang tepat untuk mengeksplorasi koleksi mereka. Meskipun Netflix tidak selalu dikenal sebagai gudangnya film horor, platform ini menawarkan beberapa judul berkualitas yang terkait dengan rilisan terbaru atau karya para bintang, sutradara, dan penulis ternama. Berikut enam film horor di Netflix yang wajib Anda tonton sekarang juga.

1. Talk to Me: Permainan yang Berujung Maut

Film debut dari duo sutradara Danny dan Michael Philippou ini menjadi sorotan berkat ceritanya yang unik dan menegangkan. Talk to Me mengisahkan tentang sekelompok remaja yang terlibat dalam permainan mengundang roh menggunakan tangan boneka. Namun, permainan ini berubah menjadi mimpi buruk ketika mereka tidak bisa mengendalikan kekuatan gelap yang mereka panggil. Dengan Bring Her Back, film terbaru mereka, yang akan tayang pada 30 Mei, tidak ada salahnya menyegarkan ingatan dengan menonton Talk to Me terlebih dahulu.

2. Cam: Identitas yang Direbut

Dibintangi oleh Madeline Brewer, yang juga dikenal lewat perannya di The Handmaid’s Tale, Cam adalah film horor psikologis yang mengangkat tema teknologi dan identitas. Brewer memerankan seorang model webcam yang terkejut ketika melihat dirinya sendiri—atau seseorang yang mirip dengannya—mengambil alih akunnya. Film ini tidak hanya menegangkan tetapi juga memberikan perspektif unik tentang dunia digital yang penuh bahaya.

3. His House: Horor yang Membawa Trauma

Wunmi Mosaku, yang baru-baru ini memukau penonton lewat penampilannya di Sinners, juga bersinar dalam film horor supernatural ini. His House bercerita tentang sepasang suami-istri pengungsi dari Sudan Selatan yang harus menghadapi teror dari masa lalu mereka di rumah baru mereka di London. Film ini tidak hanya menawarkan ketegangan horor tetapi juga kisah emosional tentang trauma dan harapan.

4. I Know What You Did Last Summer: Nostalgia Slasher Klasik

Dengan reboot film ini yang akan dirilis pada 18 Juli, tidak ada salahnya menonton versi aslinya yang dirilis pada 1997. Dibintangi oleh Jennifer Love Hewitt dan Freddie Prinze Jr., film slasher ini adalah salah satu ikon genre horor tahun 90-an. Ceritanya tentang sekelompok remaja yang dikejar pembunuh setelah menutupi kecelakaan fatal, I Know What You Did Last Summer tetap relevan hingga sekarang.

5. Mr. Harrigan’s Phone: Horor Teknologi ala Stephen King

Diadaptasi dari cerita pendek Stephen King, film ini mengeksplorasi hubungan antara teknologi dan dunia supernatural. Mr. Harrigan’s Phone berkisah tentang seorang anak laki-laki yang menemukan bahwa telepon milik almarhum temannya masih bisa digunakan untuk berkomunikasi—dengan konsekuensi yang mengerikan. Dengan The Life of Chuck, film lain dari sutradara Mike Flanagan, yang akan tayang pada 6 Juni, film ini layak ditonton sebagai pengantar.

6. Little Evil: Komedi Horor yang Menghibur

Bagi Anda yang ingin horor dengan sentuhan komedi, Little Evil adalah pilihan tepat. Dibintangi oleh Adam Scott, film ini menceritakan seorang ayah tiri yang mulai mencurigai anak tirinya adalah antikristus. Sutradara Eli Craig, yang juga dikenal lewat Tucker & Dale vs. Evil, berhasil menciptakan keseimbangan sempurna antara horor dan humor.

Dari horor psikologis hingga slasher klasik, keenam film ini menawarkan pengalaman menonton yang beragam. Jadi, siapkan popcorn dan lampu redup—Anda akan membutuhkannya!

Jangan Ucapkan “Tolong” dan “Terima Kasih” ke ChatGPT, Ini Alasannya

0

Telset.id – Pernahkah Anda mengucapkan “tolong” atau “terima kasih” saat berinteraksi dengan ChatGPT? Jika iya, mungkin Anda termasuk salah satu dari jutaan pengguna yang berusaha bersikap sopan meski sedang berbicara dengan kecerdasan buatan. Namun, tahukah Anda bahwa kebiasaan ini ternyata membebani OpenAI, perusahaan di balik ChatGPT, hingga jutaan dolar?

CEO OpenAI, Sam Altman, baru-baru ini mengungkap fakta mengejutkan ini melalui akun X (sebelumnya Twitter). Menurutnya, setiap kali pengguna menambahkan kata-kata seperti “tolong” atau “terima kasih” dalam prompt mereka, perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk pemrosesan kata-kata tersebut. Biaya ini terkait langsung dengan konsumsi listrik yang dibutuhkan oleh sistem AI.

Mengapa Kata-Kata Sopan Bisa Mahal?

Pertanyaan ini muncul dari seorang pengguna X dengan akun @tomieinlove, yang penasaran berapa besar biaya listrik yang dikeluarkan OpenAI akibat kebiasaan pengguna mengucapkan kata-kata sopan. Altman menjawab dengan santai, “Puluhan juta dolar terpakai dengan baik. Anda tidak akan pernah tahu.”

Jawaban ini mengindikasikan bahwa meskipun biayanya signifikan, OpenAI tidak terlalu mempersoalkan beban tambahan tersebut. Namun, dari sisi teknis, setiap kata yang dimasukkan ke dalam ChatGPT memerlukan pemrosesan oleh model AI, yang berarti mengonsumsi daya listrik lebih banyak.

Bagaimana ChatGPT Mengonsumsi Listrik?

Model AI seperti ChatGPT membutuhkan sumber daya komputasi yang sangat besar. Pelatihan dan operasionalnya bergantung pada hardware canggih seperti GPU (Graphics Processing Unit) dan TPU (Tensor Processing Unit), yang dikenal sangat haus daya. Selain itu, sistem pendingin untuk mencegah overheating juga membutuhkan listrik dalam jumlah besar.

Sebagai gambaran, pelatihan model AI seperti GPT-4 bisa menghabiskan ratusan hingga ribuan megawatt-hour. Setiap prompt yang dimasukkan pengguna, termasuk kata-kata tambahan seperti “tolong” atau “terima kasih”, menambah beban komputasi dan, pada akhirnya, biaya operasional.

Apakah Kita Harus Berhenti Bersikap Sopan ke AI?

Meskipun biayanya tinggi, Altman tampaknya tidak ingin pengguna berhenti bersikap sopan. Jawabannya yang ringan menunjukkan bahwa OpenAI siap menanggung biaya ini sebagai bagian dari interaksi alami antara manusia dan AI. Namun, bagi pengguna yang peduli dengan efisiensi, mungkin lebih baik langsung ke inti permintaan tanpa tambahan kata-kata yang tidak perlu.

Di sisi lain, kebiasaan ini juga mencerminkan bagaimana manusia secara alami memperlakukan AI seperti layaknya manusia lain. Ini menjadi bukti bahwa mesin pun bisa memengaruhi cara kita berkomunikasi, bahkan dalam hal kesopanan.

Jadi, lain kali Anda menggunakan ChatGPT, pertimbangkan untuk langsung ke pokok permintaan. Tapi jika Anda tetap ingin mengucapkan “terima kasih”, setidaknya sekarang Anda tahu bahwa kata-kata itu bernilai jutaan dolar.

Viral di TikTok, Apa Itu Italian Brainrot dan Meme Anomali?

0

Telset.id – Jika Anda pengguna aktif TikTok, pasti sudah tidak asing dengan deretan karakter absurd bernama Italian Brainrot atau meme anomali. Dari hiu bersepatu hingga kentungan berkaki manusia, tren ini membanjiri linimasa dengan keanehan yang justru membuatnya viral. Tapi, apa sebenarnya fenomena ini?

Italian Brainrot adalah kreasi animasi berbasis Artificial Intelligence (AI) yang menggabungkan makhluk hidup dengan benda mati, sering kali dalam bentuk antropomorfik. Karakter-karakter ini muncul dalam format video, gambar, atau meme dengan gaya “brainrot”—istilah slang internet untuk konten absurd yang sengaja dibuat tidak masuk akal.

Dari Tralalero Tralala hingga Tung Tung Tung Sahur

Meme anomali ini memiliki banyak variasi, masing-masing dengan nama unik. Salah satu yang paling populer adalah Tralalero Tralala, seekor hiu dengan sirip menyerupai kaki yang mengenakan sepatu. Ada juga Tung Tung Tung Sahur, karakter kentungan berkaki dan berwajah manusia yang konon muncul jika Anda tidak bangun sahur. Tidak ketinggalan Bombardiro Crocodillo, buaya dengan badan pesawat tempur.

Uniknya, video-video ini biasanya dilengkapi narasi berbahasa Italia yang dibacakan oleh suara AI. Namun, seiring perkembangannya, bahasa dan cerita pun beradaptasi, termasuk versi bahasa Indonesia yang dipopulerkan oleh akun TikTok @noxaasht.

Asal-Usul dan Popularitas

Menurut Know Your Meme, Italian Brainrot pertama kali muncul di TikTok sekitar awal Januari 2024. Video awal menampilkan Tralalero Tralala dengan narasi Italia, yang kemudian memicu munculnya variasi karakter lain. Di Indonesia, tren ini meledak berkat video Tung Tung Tung Sahur yang telah ditonton lebih dari 65 juta kali.

Fenomena ini menunjukkan bagaimana AI dan kreativitas internet bisa menciptakan tren global dalam hitungan minggu. Meski terlihat absurd, Italian Brainrot justru menjadi contoh sempurna bagaimana konten “brainrot” bisa menjadi viral karena daya tariknya yang tidak biasa.

Jadi, jika Anda melihat makhluk aneh berkeliaran di linimasa TikTok, sekarang Anda sudah tahu: itu bukan bug, tapi Italian Brainrot sedang beraksi.

AS Soroti QRIS dan Produk Bajakan di Mangga Dua Sebagai Hambatan Perdagangan

0

Telset.id – Pemerintahan Donald Trump kembali menyoroti kebijakan ekonomi Indonesia, kali ini melalui laporan terbaru Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR). Dalam dokumen bertajuk “2025 National Trade Estimate Report on Foreign Trade Barriers”, AS menuding sistem pembayaran QRIS (Quick Response Indonesia Standard) dan maraknya produk bajakan di Mangga Dua sebagai penghambat perdagangan. Apa implikasinya bagi hubungan dagang kedua negara?

USTR secara khusus menyoroti kebijakan Bank Indonesia (BI) yang mewajibkan penggunaan QRIS untuk transaksi domestik. Menurut mereka, aturan ini berpotensi meminggirkan sistem pembayaran lintas batas (cross-border payment) yang dikelola perusahaan AS. “Pemangku kepentingan internasional tidak diberi tahu tentang perubahan potensial dalam sistem QRIS,” tulis USTR dalam laporannya. Kritik ini muncul di tengah upaya Indonesia memperkuat ekosistem pembayaran digital nasional.

QRIS dan GPN: Perlindungan atau Proteksionisme?

Laporan USTR menyebut, aturan Bank Indonesia tentang Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) turut menjadi perhatian. BI mewajibkan semua transaksi kartu debit dan kredit ritel diproses melalui lembaga switching berlisensi yang berlokasi di Indonesia. Tak hanya itu, pembatasan ekuitas asing sebesar 20% bagi perusahaan yang ingin berpartisipasi dalam GPN dinilai membatasi kompetisi.

Peraturan BI Nomor 19/08/2017 dan 19/10/PADG/2017 memang secara eksplisit mengatur bahwa perusahaan asing harus bermitra dengan penyedia lokal untuk mengelola transaksi pembayaran dalam negeri. Bagi AS, kebijakan ini dianggap tidak transparan dan berpotensi menghambat inovasi fintech global di Indonesia. Namun, dari sisi BI, aturan ini justru dibutuhkan untuk melindungi kedaulatan sistem pembayaran nasional.

Mangga Dua: Surga Bajakan yang Tak Kunjung Padam

Selain isu pembayaran digital, USTR juga menyoroti maraknya produk bajakan di pusat perbelanjaan Mangga Dua, Jakarta. “Mangga Dua masih menjadi pusat perbelanjaan populer untuk barang bajakan, mulai dari tas, dompet, mainan, hingga pakaian,” tulis laporan tersebut. AS menilai pemerintah Indonesia kurang serius menangani masalah ini, dengan minimnya tindakan hukum terhadap para pelaku.

Ironisnya, Mangga Dua justru menjadi destinasi belanja favorit turis asing yang mencari produk branded dengan harga murah. USTR mendesak Indonesia untuk memperkuat penegakan hukum di pasar ini, termasuk melalui Satgas Penegakan Hukum Kekayaan Intelektual (HKI). Namun, akar masalahnya mungkin lebih dalam: permintaan pasar yang tinggi dan pengawasan yang longgar.

Laporan USTR ini muncul di tengah ketegangan dagang AS-Indonesia yang terus memanas. Sebelumnya, AS juga sempat mempertanyakan kebijakan mineral mentah Indonesia. Respons pemerintah Indonesia terhadap laporan terbaru ini patut ditunggu, terutama menyangkut dua isu sensitif: kedaulatan sistem pembayaran nasional dan penegakan hukum HKI. Bagaimana Indonesia akan menyeimbangkan kepentingan nasional dan tekanan dagang global?

Pembuat Sepatu Australia Beralih ke iPhone, Efisiensi Meningkat Drastis

0

Bayangkan toko sepatu mewah dengan deretan mesin kasir kuno yang berderit. Kini, bayangkan semua itu digantikan oleh iPhone yang ramping dan canggih. Itulah yang terjadi di R.M. Williams, pembuat sepatu ternama asal Australia yang memutuskan untuk meninggalkan teknologi lama dan beralih sepenuhnya ke perangkat Apple.

R.M. Williams bukan sekadar merek sepatu biasa. Didirikan pada 1932 oleh Reginald Murray Williams, perusahaan ini telah menjadi ikon budaya Australia dengan produk handmade-nya yang terkenal tahan lama. Namun, di balik kesan tradisionalnya, mereka justru menjadi pelopor dalam adopsi teknologi modern untuk operasional bisnis.

Lalu, bagaimana sebuah merek sepatu kelas atas bisa mengubah cara kerja mereka secara revolusioner? Jawabannya terletak pada iPhone dan aplikasi khusus yang mengubah segalanya.

Revolusi Ritel dengan iPhone

Dalam episode terbaru seri ‘Apple at Work’, Apple mengungkap bagaimana R.M. Williams menggunakan iPhone di hampir semua aspek bisnis ritel mereka. Kepala Teknologi perusahaan, Peter Ratcliffe, mengungkapkan bahwa peralihan ini telah membawa dampak signifikan.

“(iPhone) merevolusi pengalaman di dalam toko kami, menghasilkan peningkatan penjualan yang signifikan dan pengalaman pelanggan yang lebih personal,” kata Ratcliffe. Pernyataan ini bukan sekadar klaim kosong. Data internal menunjukkan bahwa penggunaan iPhone menghemat rata-rata satu jam per hari untuk setiap karyawan.

Aplikasi NewStore: Otak di Balik Transformasi

Kunci keberhasilan transformasi digital R.M. Williams terletak pada aplikasi NewStore yang dijalankan di iPhone perusahaan. Aplikasi ini memungkinkan:

  • Pengecekan stok secara real-time
  • Pencarian produk super cepat
  • Pemesanan barang khusus langsung dari lantai toko
  • Penerimaan pembayaran tanpa perlu mesin kasir terpisah

Dengan lebih dari 60 gerai di 15 negara, solusi ini terbukti sangat efektif untuk bisnis yang tersebar secara global. Kyle Grimshaw, Kepala Eksekutif Toko, menambahkan, “Beralih ke iPhone merupakan pengubah permainan. Kami bisa memberikan layanan pelanggan tingkat berikutnya.”

Dampak di Balik Layar

Manfaat iPhone tidak hanya terasa di lini depan. Perangkat ini juga digunakan untuk:

  1. Manajemen inventaris yang lebih akurat
  2. Penjadwalan 1.100+ karyawan
  3. Pemantauan metrik kinerja real-time
  4. Komunikasi internal yang lebih efisien

Bahkan proses pelatihan karyawan baru pun menjadi lebih sederhana. Materi pelatihan dan video penjualan dapat diakses langsung melalui iPhone, memungkinkan staf baru untuk beradaptasi dengan cepat.

Transformasi digital R.M. Williams menjadi bukti nyata bagaimana teknologi mobile bisa mengubah bisnis tradisional. Di era di banyak perusahaan masih bergantung pada sistem warisan (legacy system), langkah berani mereka patut diapresiasi. Pertanyaannya sekarang: bisnis tradisional mana lagi yang akan mengikuti jejak mereka?

Vivo X200 Ultra Resmi Rilis: Kamera Pro dengan Teknologi Mengerikan

0

Telset.id – Jika Anda mengira smartphone flagship 2025 hanya soal performa dan desain, Vivo X200 Ultra siap mengubah persepsi itu. Resmi diluncurkan di China, perangkat ini membawa sistem kamera yang disebut “mengerikan” berkat kolaborasi dengan ZEISS dan teknologi pencitraan mutakhir. Tak hanya unggul di fotografi, videografi pun menjadi sorotan utama.

Layar dan Ketahanan: Premium Tanpa Kompromi

Vivo X200 Ultra mengusung layar LTPO AMOLED 6,82 inci dengan resolusi 2K (1440 x 3168 piksel) dan rasio screen-to-body 93,3%. Teknologi 10-bit dan dukungan Dolby Vision menjanjikan warna yang hidup dan akurat, sementara refresh rate 120Hz adaptif memastikan pengalaman visual yang mulus. Ketahanan ekstra dihadirkan melalui Armor Glass serta sertifikasi IP68/IP69, membuatnya tahan debu, air, bahkan kondisi ekstrem.

Dapur Pacu: Snapdragon 8 Elite dan Pendinginan Canggih

Di balik bodinya, Vivo X200 Ultra ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 8 Elite berfabrikasi 3nm, dipadukan RAM LPDDR5X 16GB dan penyimpanan UFS 4.0 hingga 1TB. Sistem pendingin canggih menjaga suhu tetap stabil selama penggunaan berat, sementara OriginOS 5 berbasis Android 15 menghadirkan fitur AI seperti transkripsi instan dan terjemahan real-time.

Baterai dan Fitur Tambahan: Daya Tahan Luar Biasa

Baterai 6000mAh dengan teknologi 3rd-Gen Silicon Anode dan Semi-Solid Battery tetap berfungsi optimal hingga suhu -20°C. Dukungan pengisian cepat 90W (50% dalam 10 menit) dan nirkabel 50W melengkapi paket ini, bersama sensor sidik jari ultrasonik, Wi-Fi 7, dan speaker stereo ganda.

Sistem Kamera: Kolaborasi Vivo dan ZEISS yang Memukau

Inilah jantung Vivo X200 Ultra:

  • Kamera Utama: Sensor Sony LYT-818 50MP (1/1.28 inci, f/1.69) dengan low-light superior.
  • Ultrawide: Sensor LYT-818 50MP (14mm) untuk bidangan luas.
  • Telephoto Periscope: Samsung HP9 200MP dengan zoom optik 3.7x dan HyperZoom 100x.
  • Depan: 50MP untuk selfie dan video call berkualitas tinggi.

Teknologi ZEISS APO Color Correction, perekaman 4K HDR 60 fps dengan Dolby Vision, serta dual-chip pencitraan (VS1 dan V3+) memastikan hasil profesional. Aksesori Photography Kit opsional termasuk grip kamera dan telekonverter 2,35x buatan ZEISS semakin menegaskan posisinya sebagai perangkat serius.

Harga dan Ketersediaan

Vivo X200 Ultra tersedia dalam tiga varian warna (hitam, merah, putih) dengan harga mulai CNY 6,499 (Rp14,9 juta) untuk versi 12GB+256GB. Varian tertinggi 16GB+1TB dengan Satellite Communication dan Photography Kit dibanderol CNY 9,699 (Rp22,3 juta). Peluncuran global belum diumumkan, tetapi antusiasme pasar sudah terasa.

Dengan spesifikasi dan harga ini, Vivo X200 Ultra tak hanya menantang dominasi Huawei dan Xiaomi, tetapi juga memberi opsi menarik bagi fotografer mobile yang mengutamakan kualitas tanpa kompromi.