Beranda blog Halaman 179

Apple Intelligence “Clean Up”: Fitur AI yang Bikin Foto iPhone Makin Sempurna

0

Pernahkah Anda merasa kesal karena objek tak diinginkan merusak foto sempurna? Entah itu pantulan cahaya yang mengganggu, atau bahkan bayangan orang yang tidak sengaja terabadikan. Apple punya solusi canggih untuk masalah ini, dan mereka baru saja memamerkan kemampuannya dalam iklan terbaru.

Apple Intelligence, inisiatif AI terbaru dari raksasa teknologi asal Cupertino, mungkin belum sepenuhnya memenuhi ekspektasi penggemarnya. Fitur seperti “Personal” Siri yang dijanjikan masih tertunda. Namun, satu fiturnya yang sudah tersedia justru menunjukkan betapa powerful-nya teknologi ini: “Clean Up”.

Bagi pengguna Pixel, konsep ini mungkin tidak asing. Google memiliki “Magic Eraser” yang berfungsi serupa. Tapi menurut banyak pengamat, versi Apple justru lebih baik. Bagaimana cara kerjanya, dan mengapa fitur ini layak Anda coba?

Clean Up: Menghapus yang Tidak Diinginkan dengan Satu Ketuk

Iklan terbaru Apple berjudul “Clean Up Photos: Flex” menunjukkan bagaimana fitur ini bekerja dalam kehidupan nyata. Seorang remaja memamerkan tubuh atletisnya sementara seorang wanita (mungkin ibunya) memotret menggunakan iPhone 16. Saat meninjau hasil foto di tempat tidur, si remaja menyadari bahwa pantulan sang fotografer muncul di setiap gambar. Di sinilah Clean Up beraksi.

Prosesnya sederhana: buka foto di aplikasi Photos, tekan tombol slider, lalu pilih opsi Clean Up. Jika belum terinstal, Anda mungkin perlu menunggu sebentar. Setelah aktif, cukup lingkari area yang ingin dihapus dengan jari Anda. Dalam hitungan detik, objek yang mengganggu akan lenyap seolah tidak pernah ada.

Persyaratan dan Perbandingan dengan Pixel

Untuk menggunakan Clean Up, Anda memerlukan iPhone dengan RAM minimal 8GB. Fitur ini pertama kali diperkenalkan Juni tahun lalu dan sejak itu terus disempurnakan. Banyak pengguna yang mengklaim hasilnya lebih natural dibandingkan Magic Eraser milik Google, terutama dalam hal mengisi bagian yang dihapus dengan tekstur yang sesuai.

Alan Friedman, penulis senior di PhoneArena yang telah menguji kedua fitur ini, menyatakan: “Menurut saya, Clean Up Apple bekerja lebih baik daripada Magic Eraser Pixel.” Pernyataan ini cukup signifikan mengingat Google telah lebih dulu memelopori teknologi serupa.

Strategi Pemasaran Apple

Iklan Clean Up ini akan sering muncul di berbagai program TV populer seperti American Idol, The Voice, serta jeda iklan pertandingan NBA dan NHL. Ini menunjukkan betapa serius Apple memposisikan fitur AI-nya sebagai nilai jual utama.

Meskipun Apple Intelligence belum sepenuhnya matang, Clean Up membuktikan bahwa perusahaan ini tidak main-main dalam perlombaan AI. Dengan pendekatan bertahap namun terukur, Apple tampaknya ingin memastikan setiap fitur yang diluncurkan benar-benar berfungsi optimal sebelum dipasarkan secara besar-besaran.

Jadi, jika Anda memiliki iPhone yang mendukung, tidak ada salahnya mencoba Clean Up. Siapa tahu, foto-foto lama di galeri Anda bisa diselamatkan dari objek-objek mengganggu yang selama ini merusak komposisi sempurna.

TSMC Mulai Pesanan 2nm, Harga Smartphone Bakal Naik?

0

Telset.id – Bayangkan harus merogoh kocek lebih dalam hanya untuk memiliki smartphone dengan chipset terbaru. Itulah yang mungkin terjadi dalam waktu dekat, setelah TSMC dikabarkan mulai menerima pesanan wafer 2nm dengan harga fantastis—sekitar $30.000 per wafer. Bocoran ini datang dari sumber terpercaya di industri semikonduktor, dan jika benar, implikasinya akan dirasakan oleh seluruh rantai pasok, mulai dari Apple hingga konsumen akhir.

Lalu, apa artinya bagi Anda? Secara sederhana, ponsel dan tablet masa depan yang mengusung chipset berbasis 2nm kemungkinan besar akan dijual dengan harga lebih tinggi. Perusahaan seperti Apple, Qualcomm, dan MediaTek terpaksa menaikkan harga chipset mereka untuk menutupi biaya produksi yang melambung. Pertanyaannya: apakah konsumen siap menerima kenaikan ini, atau justru beralih ke perangkat dengan teknologi lebih tua?

Dilema Produsen: Teknologi Mutakhir vs. Biaya Tinggi

Menurut analis TF International Securities, Ming-Chi Kuo, Apple mungkin tidak akan membenamkan chipset 2nm di semua model iPhone 18. Hanya varian Pro dan Pro Max yang akan mendapatkan keuntungan dari proses manufaktur canggih ini. Alasannya jelas: biaya. Dengan harga wafer yang mencapai $30.000, menggunakan teknologi 2nm untuk seluruh lini produk akan membuat harga iPhone melonjak drastis.

Qualcomm dan MediaTek juga menghadapi tantangan serupa. Qualcomm dikabarkan sedang mengembangkan dua chipset 2nm, salah satunya adalah Snapdragon 8 Elite Gen 3. Namun, perusahaan asal San Diego ini juga mempertimbangkan opsi dual-sourcing dengan Samsung untuk mengurangi ketergantungan pada TSMC. Sementara itu, MediaTek mungkin mengambil strategi berbeda—menjual chipset Dimensity 9600 dengan harga lebih terjangkau untuk menarik lebih banyak pembeli.

Masa Depan Harga Smartphone: Naik atau Turun?

Digital Chat Station, seorang tipster terkemuka di Weibo, memprediksi bahwa biaya produksi chipset 2nm akan memaksa produsen untuk menaikkan harga. Namun, ada sedikit harapan: jika permintaan wafer 2nm melampaui ekspektasi, TSMC mungkin akan menurunkan harga seiring dengan peningkatan skala produksi. Tapi, kapan itu terjadi? Tidak ada yang tahu pasti.

Untuk sementara, konsumen bisa bernapas lega karena tahun ini Apple, Qualcomm, dan MediaTek masih mengandalkan proses 3nm generasi ketiga TSMC. Namun, begitu produksi 2nm mencapai puncaknya, bersiaplah untuk melihat smartphone premium dengan label harga yang lebih tinggi. Pertanyaannya: apakah performa ekstra sebanding dengan tambahan biaya?

Sebagai penutup, penting untuk menanggapi kabar ini dengan skeptisisme sehat. Industri semikonduktor penuh dengan rumor, dan tidak semua prediksi menjadi kenyataan. Namun, satu hal yang pasti: persaingan teknologi tidak pernah murah—dan konsumenlah yang akhirnya membayar harganya.

Valorant Mobile Akhirnya Diungkap, Rilis di China Dulu!

0

Telset.id – Setelah hampir empat tahun dinanti, Riot Games akhirnya memperlihatkan sekilas gameplay Valorant Mobile. Kabar gembira bagi para gamer yang ingin merasakan sensasi tembak-menembak kompetitif di ujung jari. Namun, bersiaplah untuk sedikit bersabar—versi mobile ini akan diluncurkan di China terlebih dahulu sebelum menyebar ke negara lain.

Berdasarkan video gameplay singkat yang dirilis, Valorant Mobile mempertahankan kecepatan dan intensitas yang sama dengan versi PC-nya. Meski mengandalkan tombol-tombol di layar, adaptasi yang dilakukan oleh LightSpeed Studios—pengembang di balik kesuksesan PUBG Mobile—terlihat menjanjikan. Riot Games tampaknya yakin bahwa studio ini mampu menghadirkan pengalaman bermain yang setara, meski kontrol berbasis mouse kini harus diubah untuk layar sentuh.

Adaptasi yang Tak Mudah, Tapi Bukan Hal Baru

Lompatan ke platform mobile bukanlah hal baru bagi Valorant. Pada 2024, game ini sudah berhasil beradaptasi dengan kontroler saat diluncurkan di Xbox Series X/S dan PlayStation 5. Jika kontroler bisa diterima, mengapa tidak dengan layar sentuh? Tantangannya mungkin lebih besar, tapi bukan tidak mungkin diatasi.

Popularitas game FPS mobile seperti PUBG Mobile dan Call of Duty: Warzone menjadi bukti bahwa pasar siap menerima Valorant Mobile. Apalagi, komunitas game di China—yang dikenal sangat aktif—sudah bisa melakukan pre-registrasi untuk mengikuti playtest selanjutnya sebelum peluncuran resmi.

Bagaimana dengan Pemain di Indonesia?

Sayangnya, Riot Games belum memberikan timeline pasti untuk rilis global. Namun, melihat track record mereka dengan League of Legends: Wild Rift, kemungkinan besar Valorant Mobile akan menyusul dalam waktu tidak terlalu lama. Sementara menunggu, pemain bisa mempersiapkan diri dengan mencoba versi PC atau konsol untuk memahami mekanik game.

Pertanyaan besarnya: Akankah Valorant Mobile bisa mempertahankan esensi kompetitifnya? Atau justru akan menjadi versi yang lebih kasual? Jawabannya mungkin baru bisa diketahui setelah game ini benar-benar dirilis. Tapi satu hal yang pasti—Riot Games tidak main-main dalam membawa pengalaman Valorant ke genggaman Anda.

Anbernic Hentikan Pengiriman Konsol Retro ke AS Akibat Tarif Baru

0

Telset.id – Bagi penggemar konsol retro, kabar ini mungkin menjadi pukulan telak. Anbernic, salah satu produsen handheld emulasi ternama, secara resmi menghentikan pengiriman perangkatnya dari China ke Amerika Serikat. Penyebabnya? Kebijakan tarif impor baru yang dinilai terlalu memberatkan.

Dalam pengumuman resminya, Anbernic menyatakan, “Mulai hari ini, kami terpaksa menangguhkan semua pesanan yang dikirim dari China ke AS akibat perubahan kebijakan tarif.” Perusahaan ini dikenal lewat produk seperti RG35XX dan RG405M yang kerap masuk daftar “Konsol Handheld Terbaik” di berbagai media teknologi, termasuk Engadget.

Dampak Langsung bagi Konsumen AS

Anbernic sebenarnya telah lama menyediakan opsi pengiriman dari gudang AS untuk menghindari biaya tambahan. Namun, keputusan terbaru ini berarti pelanggan di AS tidak lagi bisa memesan langsung dari China—sebuah opsi yang sering memberikan harga lebih murah atau akses ke model terbaru lebih cepat.

  • Stok Terbatas: Perangkat yang sudah ada di gudang AS masih dijual, tetapi persediaan menipis.
  • Keterlambatan Produk Baru: Peluncuran hardware terbaru Anbernic mungkin tak akan segera sampai ke pasar AS.

Kebijakan Tarif yang Kacau Balau

Latar belakang keputusan Anbernic tak lepas dari gejolak kebijakan perdagangan AS-China. Meski Presiden Donald Trump sempat menghentikan sementara sebagian besar tarif pada 9 April 2025, tarif impor untuk produk China justru dinaikkan. Elektronik sempat dikecualikan, tapi kemudian muncul wacana tarif khusus untuk semikonduktor.

Yang paling menyakitkan: penghapusan “de minimis exemption”, aturan yang sebelumnya membebaskan bea masuk untuk paket bernilai di bawah $800. Kebijakan inilah yang selama ini menjadi tulang punggung bisnis e-commerce murah seperti Temu—dan juga produk-produk budget Anbernic.

Masa Depan Konsol Retro di AS

Anbernic bukan satu-satunya perusahaan yang terkena dampak. Namun, berbeda dengan raksasa seperti Nintendo yang mampu menyerap kenaikan tarif, produsen kecil seperti Anbernic terpaksa mengambil langkah drastis. Kabar baiknya, perusahaan tetap membuka opsi pembelian melalui gudang AS—meski dengan pilihan lebih terbatas.

Pertanyaan besarnya: apakah ini awal dari tren lebih besar? Dengan ketidakpastian kebijakan yang terus berubah, bukan tidak mungkin produsen gadget retro lain akan mengikuti jejak Anbernic. Bagi Anda yang ingin membeli konsol emulasi, mungkin sekarang adalah waktu terbaik—sebelum harga melambung atau stok benar-benar habis.

Sistem Navigasi Kuantum Baru 50 Kali Lebih Akurat dari GPS

0

Telset.id – Bayangkan jika Anda bisa bernavigasi tanpa GPS, bahkan di tempat yang sama sekali tidak terjangkau sinyal satelit. Kini, teknologi kuantum membawa revolusi baru dalam dunia navigasi dengan sistem yang 50 kali lebih akurat daripada GPS konvensional.

Tim peneliti dari Q-CTRL, perusahaan perangkat lunak infrastruktur kuantum asal Sydney, Australia, baru saja mengumumkan keberhasilan demonstrasi sistem navigasi berbasis kuantum bernama “Ironstone Opal.” Sistem ini diklaim sebagai solusi alternatif yang jauh lebih andal dibandingkan sistem cadangan GPS yang ada saat ini.

Mengapa Kita Butuh Alternatif GPS?

Ketergantungan dunia modern pada GPS tidak bisa dipungkiri. Mulai dari kendaraan pribadi, pesawat terbang, hingga operasi militer, semuanya mengandalkan teknologi ini. Namun, GPS memiliki kelemahan mendasar: rentan terhadap gangguan (jamming), spoofing, atau bahkan kegagalan teknis. Ketika GPS down, dampaknya bisa sangat serius—mulai dari pilot yang harus beralih ke sistem navigasi manual hingga kesulitan dalam mengerahkan aset militer.

Inilah yang mendorong para ilmuwan untuk mencari solusi alternatif. Salah satunya adalah sistem navigasi berbasis kuantum yang dikembangkan oleh Q-CTRL. Tidak seperti GPS yang bergantung pada sinyal satelit, sistem baru ini menggunakan medan magnet Bumi sebagai panduan.

Bagaimana Ironstone Opal Bekerja?

Sistem Ironstone Opal memanfaatkan sensor kuantum yang sangat sensitif. Sensor ini mampu membaca variasi medan magnet Bumi dengan presisi tinggi. Setiap lokasi di Bumi memiliki “sidik jari” magnetik yang unik, dan sensor kuantum dapat mendeteksinya dengan akurasi luar biasa.

Data dari sensor kemudian diproses oleh perangkat lunak berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk menentukan koordinat X dan Y—mirip dengan cara kerja GPS, tetapi tanpa bergantung pada sinyal eksternal. Yang lebih menarik, sistem ini bersifat pasif, artinya tidak memancarkan sinyal yang bisa dideteksi atau di-jam oleh pihak lain.

  • Akurasi Tinggi: Dalam uji coba di darat, sistem ini 50 kali lebih akurat daripada sistem cadangan GPS lainnya.
  • Tahan Gangguan: Tidak terpengaruh oleh jamming atau spoofing karena tidak bergantung pada sinyal radio.
  • Kompatibilitas Luas: Dapat dipasang di kendaraan darat, drone, atau pesawat terbang.

Masa Depan Navigasi Tanpa GPS

Dengan keunggulannya, Ironstone Opal berpotensi mengubah cara kita bernavigasi, terutama di lingkungan yang menantang seperti wilayah terpencil, bawah laut, atau bahkan luar angkasa. Sistem ini juga bisa menjadi solusi bagi militer yang membutuhkan navigasi yang aman dan tidak bisa di-ganggu oleh musuh.

Meski masih dalam tahap pengembangan lebih lanjut, teknologi ini sudah menunjukkan hasil yang menjanjikan. Jika berhasil dikomersialkan, bukan tidak mungkin suatu hari nanti kita akan meninggalkan GPS dan beralih ke navigasi kuantum.

Jadi, siapkah Anda menyambut era baru navigasi yang lebih cerdas dan andal?

Vivo X200 Ultra: Inovasi Kamera yang Bikin Samsung Merinding

0

Telset.id – Jika Anda mengira inovasi kamera smartphone sudah mencapai titik jenuh, bersiaplah terkejut. Vivo baru saja meluncurkan X200 Ultra dengan setup kamera yang tak hanya menantang Samsung Galaxy S25 Ultra, tetapi juga membawa konsep baru dalam fotografi mobile. Bagaimana tidak, ponsel ini dilengkapi dengan Photographer Kit yang bisa mengubahnya menjadi “kamera digital” serius.

Di tengah pasar yang dipenuhi smartphone dengan peningkatan kamera bertahap, Vivo memilih jalan berbeda. X200 Ultra datang dengan trio sensor kamera yang masing-masing punya keunggulan spesifik: sensor utama Sony LYT-818 50MP (35mm), ultra-wide Sony LYT-818 50MP, dan telephoto Samsung ISOCELL HP9 200MP dengan zoom optik 3.7x. Tapi yang bikin mata terbelalak adalah Photographer Kit-nya—sebuah aksesori yang memberi sentuhan kamera profesional ke smartphone ini.

Photographer Kit: Ketika Smartphone Berpura-pura Jadi Kamera

Vivo sepertinya bertanya, “Bagaimana jika kita bikin smartphone yang benar-benar fokus pada fotografi?” Jawabannya adalah Photographer Kit. Aksesori ini menambahkan:

  • Grip ergonomis mirip kamera digital
  • Tombol rekaman video khusus
  • Dial pengaturan yang bisa dikustomisasi
  • Strap bahu untuk kenyamanan
  • Baterai tambahan 2.300mAh
  • Lensa konverter Zeiss 2.35x untuk zoom hingga 8.7x

Dengan kit ini, Vivo jelas sedang membidik pengguna yang ingin pengalaman fotografi lebih “authentic” tanpa harus membawa kamera DSLR. “Kami ingin memberikan solusi bagi mereka yang biasanya hanya menggunakan mode auto di kamera profesional,” kira-kira begitu filosofi Vivo.

Lensa Tele Samsung yang Justru Tak Dipakai Samsung

Ironisnya, sensor tele 200MP di X200 Ultra adalah ISOCELL HP9—generasi terbaru Samsung yang justru tidak digunakan di Galaxy S25 Ultra. Samsung memilih bertahan dengan HP2. Padahal, HP9 menawarkan peningkatan signifikan dalam menangkap detail pada zoom tinggi.

Fakta ini menyoroti perbedaan strategi kedua raksasa teknologi ini. Samsung dalam beberapa tahun terakhir lebih fokus pada penyempurnaan software dan AI, sementara Vivo berani melakukan lompatan hardware. Hasilnya? X200 Ultra memiliki beberapa keunggulan teknis:

  • Focal length 35mm yang lebih ideal untuk portrait
  • Depth of field yang lebih kaya
  • Zoom optik yang lebih tajam
  • Dua dedicated ISP untuk pemrosesan gambar

Samsung vs Vivo: Pertarungan Filosofi

Galaxy S25 Ultra sebenarnya tetap ponsel kamera terbaik untuk kebanyakan orang. Tapi yang disayangkan adalah hilangnya “kegilaan” inovasi Samsung. Dulu, merek ini berani meluncurkan Galaxy S4 Zoom—smartphone dengan lensa optik menjulang. Sekarang? Mereka terlihat terlalu bermain aman.

Vivo, di sisi lain, mengambil risiko dengan konsep yang belum tentu laris. Tapi setidaknya mereka mencoba sesuatu yang baru. Photographer Kit mungkin bukan ide sempurna (sensor smartphone tetap terbatas untuk low-light), tapi ini langkah berani untuk mendefinisikan ulang fotografi mobile.

Pertanyaannya sekarang: Apakah konsumen menginginkan smartphone yang “berpura-pura” menjadi kamera? Atau mereka lebih memilih penyempurnaan bertahap ala Samsung? Jawabannya mungkin terletak di antara keduanya. Tapi satu hal pasti—industri smartphone butuh lebih banyak “koki gila” seperti tim kamera Vivo yang berani mencoba resep baru.

Google Photos Kini Bisa Konversi Foto Biasa ke Ultra HDR

0

Telset.id – Pernahkah Anda merasa foto yang diambil dengan smartphone kurang hidup? Warna yang pudar, detail yang hilang di area gelap, atau highlight yang terlalu terang bisa merusak momen berharga. Kini, Google Photos hadir dengan solusi revolusioner: konversi foto standar (SDR) ke Ultra HDR dengan sekali ketuk!

Ultra HDR bukan sekadar buzzword. Format ini membawa pengalaman visual yang lebih kaya dengan rentang dinamis tinggi—highlight lebih terang, shadow lebih dalam, dan warna yang benar-benar “pop”. Yang membedakannya dari HDR konvensional? Ultra HDR menyematkan versi SDR dalam file yang sama, memastikan kompatibilitas dengan semua perangkat, bahkan yang layarnya tidak mendukung HDR.

Mengapa Ultra HDR Lebih Unggul?

Selama ini, mendapatkan hasil foto HDR mengharuskan Anda memotret langsung dalam mode tersebut. Proses konversi manual dari SDR ke HDR pun rumit dan jarang tersedia untuk pengguna biasa. Google Photos mengubah segalanya. Dengan fitur baru ini, foto lama Anda bisa mendapatkan “second life” dalam kualitas Ultra HDR—tanpa ribet.

Menurut laporan eksklusif Android Authority, fitur ini mulai diroll out secara bertahap. Namun, ada dua syarat utama:

  • Google Photos versi 7.24.0.747539053 atau lebih baru
  • Update server-side dari Google (meski aplikasi sudah update, fitur mungkin belum muncul segera)

Cara Mudah Menggunakan Fitur Ultra HDR

Begitu fitur aktif di akun Anda, ikuti langkah berikut:

  1. Buka foto di Google Photos
  2. Ketuk Edit > gulir ke kiri pada menu tools bawah
  3. Pilih Adjust > temukan opsi Ultra HDR (menggantikan “HDR Effect” sebelumnya)

Hasilnya? Foto langsung berubah dengan label “Ultra HDR” di info resolusi. Yang menarik, ukuran file mungkin justru lebih kecil karena gain map (data HDR) lebih ringkas daripada foto asli. Namun, jika ingin bermain aman, simpan salinan originalnya juga.

Fitur ini bukan sekadar filter. Dalam pengujian, peningkatan detail di area gelap/terang terlihat signifikan—seperti membuka tirai di foto yang sebelumnya “datar”. Tertarik mencoba? Pantau update di aplikasi Anda dan siap-siap memugarkan koleksi foto lama!

Google Messages Hadirkan Fitur Baru untuk Blur Gambar Eksplisit

0

Telset.id – Jika Anda sering merasa tidak nyaman menerima gambar eksplisit tanpa permintaan, kabar baik datang dari Google Messages. Aplikasi pesan default Android ini akhirnya merilis fitur “peringatan konten sensitif” yang secara otomatis mengaburkan gambar berpotensi mengandung nuditas sebelum Anda melihatnya. Fitur ini telah lama dinantikan sejak pertama kali diumumkan tahun lalu.

Bagaimana cara kerjanya? Sistem akan menganalisis gambar yang masuk dan mendeteksi kemungkinan konten eksplisit. Jika terdeteksi, gambar akan langsung dikaburkan dengan filter blur. Anda kemudian memiliki tiga opsi: melihat gambarnya, memblokir pengirim, atau membaca penjelasan mengapa peringatan ini muncul. Bahkan jika memilih untuk melihat, ada tombol “blur kembali” jika Anda ingin menyembunyikannya lagi—sempurna untuk situasi ketika harus meminjamkan ponsel ke orang lain.

Perlindungan Tambahan untuk Remaja

Google tidak main-main dalam melindungi pengguna muda. Untuk akun remaja (13-17 tahun) yang diawasi orang tua melalui Family Link, fitur ini diaktifkan secara default dan tidak bisa dimatikan. Sementara itu, remaja dengan akun mandiri bisa menonaktifkannya, meski tidak disarankan.

Yang menarik, semua proses deteksi dilakukan secara lokal di perangkat berkat teknologi SafetyCore Android. Artinya, tidak ada data gambar yang dikirim ke server Google—sebuah langkah privasi yang patut diapresiasi. Namun, fitur ini belum mendukung video dan hanya bekerja di aplikasi Messages yang kompatibel.

Kontrol Saat Mengirim Gambar

Fitur ini juga berlaku saat Anda mengirim atau meneruskan gambar. Jika sistem mendeteksi konten sensitif, pesan peringatan akan muncul meminta konfirmasi sebelum gambar terkirim. Langkah kecil ini bisa mencegah kesalahan yang memalukan, seperti mengirim foto ke grup keluarga alih-alih ke teman dekat.

Sayangnya, fitur ini masih dalam tahap beta dan belum tersedia untuk semua pengguna. Namun, kehadirannya menandai langkah progresif Google dalam menyeimbangkan keamanan dan privasi. Di era di mana batasan digital semakin kabur, tools seperti ini menjadi tameng penting bagi pengguna.

Bagaimana pendapat Anda? Apakah fitur ini akan membuat pengalaman berkirim pesan lebih nyaman, atau justru dianggap terlalu ikut campur? Beri tahu kami di kolom komentar.

HMD Skyline 2 Bocor: Rilis Juli 2025 dengan Peningkatan Spesifikasi?

0

Telset.id – Jika Anda penggemar smartphone dengan performa tangguh dan desain premium, bersiaplah untuk kabar terbaru tentang HMD Skyline 2. Bocoran dari akun X yang dikenal akurat soal HMD mengindikasikan bahwa penerus Skyline akan meluncur tepat setahun setelah pendahulunya, yakni Juli 2025. Namun, apa saja yang bisa kita harapkan dari seri terbaru ini?

HMD Skyline pertama, yang dirilis Juli 2024, sukses menarik perhatian dengan spesifikasi solid seperti layar P-OLED 6,55 inci beresolusi 1080×2400, refresh rate 144 Hz, dan chipset Snapdragon 7s Gen 2. Kamera utamanya 108 MP dengan OIS, didukung lensa telephoto 50 MP (2x zoom) dan ultrawide 13 MP. Dengan baterai 4.600 mAh dan dukungan pengisian nirkabel magnetik 15W, Skyline menjadi salah satu pilihan menarik di kelas menengah atas.

Bocoran dan Ekspektasi untuk Skyline 2

Sayangnya, bocoran kali ini belum mengungkap detail spesifik tentang Skyline 2. Namun, jika mengikuti tren industri, beberapa peningkatan bisa diprediksi:

  • Chipset Lebih Kencang: Snapdragon 7s Gen 2 mungkin digantikan varian terbaru atau bahkan lompat ke seri 8 Gen untuk performa lebih gahar.
  • Layar Lebih Ciamik: Peningkatan brightness HDR atau refresh rate adaptif bisa jadi opsi.
  • Kamera dengan AI Lebih Canggih: Penyempurnaan software processing dan kemungkinan penambahan fitur videografi pro.
  • Baterai dan Pengisian Cepat: Kapasitas mungkin bertambah, atau dukungan wireless charging lebih cepat.

Uniknya, HMD disebutkan akan menulis angka “2” dalam nama Skyline 2 dengan format superscript (pangkat). Detail kecil ini mungkin jadi ciri khas branding mereka, meski belum jelas apakah berpengaruh pada pengalaman pengguna.

Analisis Pasar: Akankah Skyline 2 Bersaing Ketat?

Dengan jadwal rilis pertengahan 2025, Skyline 2 akan berhadapan dengan rival seperti Galaxy A series terbaru atau Xiaomi 14 Lite. Kunci suksesnya terletak pada:

  • Harga Kompetitif: Skyline pertama dijual sekitar Rp6 jutaan. Jika HMD bisa mempertahankan banderol dengan spesifikasi lebih baik, peluang menang besar.
  • Diferensiasi Fitur: Pengisian nirkabel magnetik di Skyline pertama adalah nilai tambah. Skyline 2 perlu membawa inovasi serupa.
  • Dukungan Software Jangka Panjang: Komitmen update Android dan keamanan jadi faktor penting bagi konsumen.

HMD Global, yang dikenal sebagai “penerus” Nokia di era Android, terus berusaha membangun identitas sendiri. Skyline 2 bisa menjadi penentu apakah mereka mampu bertahan di pasar yang didominasi raksasa seperti Samsung dan Xiaomi.

Kami akan terus memantau perkembangan bocoran ini. Pastikan ikuti Telset.id untuk update terbaru seputar HMD Skyline 2 dan gadget terkini lainnya!

Realme 14T Bocor di Google Play Console: Spesifikasi dan Tanggal Rilis

0

Telset.id – Realme kembali memanaskan persaingan smartphone mid-range dengan kehadiran Realme 14T yang baru saja terlihat di Google Play Console. Bocoran ini mengungkap spesifikasi lengkap dan tanggal rilis resmi yang sudah di depan mata. Apakah ponsel ini layak ditunggu?

Menurut daftar yang muncul di Google Play Console, Realme 14T akan ditenagai oleh chipset MediaTek Dimensity 6300, dipadukan dengan RAM 8GB. Yang menarik, ponsel ini akan langsung menjalankan Android 15 begitu dibuka dari kotaknya. Layarnya memiliki resolusi 1080×2400 piksel dan diklaim sebagai panel AMOLED dengan kecerahan puncak mencapai 2.100 nit—cukup untuk penggunaan di bawah terik matahari.

Realme juga telah mengonfirmasi beberapa fitur unggulan lainnya. Realme 14T dilengkapi dengan ketahanan IP69 terhadap debu dan air, baterai berkapasitas besar 6.000 mAh yang mendukung pengisian cepat 45W, serta kamera utama 50 MP. Dengan spesifikasi seperti ini, Realme sepertinya ingin menargetkan pengguna yang mengutamakan daya tahan dan performa harian.

Desain dan Warna yang Menarik

Realme 14T akan tersedia dalam tiga pilihan warna: Silken Green, Violet Grace, dan Stain Ink. Kombinasi warna ini terlihat elegan dan cocok untuk berbagai selera. Sayangnya, belum ada gambar resmi yang bocor untuk memberikan gambaran lebih jelas tentang desain fisiknya.

Ketersediaan dan Pertanyaan Besar

Yang cukup mengejutkan, Realme 14T ternyata sudah beredar di Polandia selama beberapa hari. Namun, sepertinya belum banyak yang menyadarinya. Apakah ini strategi peluncuran bertahap atau sekadar kesalahan distribusi? Realme sendiri belum memberikan penjelasan resmi.

Dengan segala keunggulan yang ditawarkan, Realme 14T berpotensi menjadi pesaing serius di segmen mid-range. Tanggal rilis resminya diumumkan pada 25 April 2025, jadi tunggu saja kejutan apa lagi yang akan dibawa oleh Realme.

6 Film Horor Netflix yang Harus Ditonton Sekarang Juga

0

Telset.id – Jika Anda penggemar film horor dan sedang mencari rekomendasi menegangkan di Netflix, inilah saat yang tepat untuk mengeksplorasi koleksi mereka. Meskipun Netflix tidak selalu dikenal sebagai gudangnya film horor, platform ini menawarkan beberapa judul berkualitas yang terkait dengan rilisan terbaru atau karya para bintang, sutradara, dan penulis ternama. Berikut enam film horor di Netflix yang wajib Anda tonton sekarang juga.

1. Talk to Me: Permainan yang Berujung Maut

Film debut dari duo sutradara Danny dan Michael Philippou ini menjadi sorotan berkat ceritanya yang unik dan menegangkan. Talk to Me mengisahkan tentang sekelompok remaja yang terlibat dalam permainan mengundang roh menggunakan tangan boneka. Namun, permainan ini berubah menjadi mimpi buruk ketika mereka tidak bisa mengendalikan kekuatan gelap yang mereka panggil. Dengan Bring Her Back, film terbaru mereka, yang akan tayang pada 30 Mei, tidak ada salahnya menyegarkan ingatan dengan menonton Talk to Me terlebih dahulu.

2. Cam: Identitas yang Direbut

Dibintangi oleh Madeline Brewer, yang juga dikenal lewat perannya di The Handmaid’s Tale, Cam adalah film horor psikologis yang mengangkat tema teknologi dan identitas. Brewer memerankan seorang model webcam yang terkejut ketika melihat dirinya sendiri—atau seseorang yang mirip dengannya—mengambil alih akunnya. Film ini tidak hanya menegangkan tetapi juga memberikan perspektif unik tentang dunia digital yang penuh bahaya.

3. His House: Horor yang Membawa Trauma

Wunmi Mosaku, yang baru-baru ini memukau penonton lewat penampilannya di Sinners, juga bersinar dalam film horor supernatural ini. His House bercerita tentang sepasang suami-istri pengungsi dari Sudan Selatan yang harus menghadapi teror dari masa lalu mereka di rumah baru mereka di London. Film ini tidak hanya menawarkan ketegangan horor tetapi juga kisah emosional tentang trauma dan harapan.

4. I Know What You Did Last Summer: Nostalgia Slasher Klasik

Dengan reboot film ini yang akan dirilis pada 18 Juli, tidak ada salahnya menonton versi aslinya yang dirilis pada 1997. Dibintangi oleh Jennifer Love Hewitt dan Freddie Prinze Jr., film slasher ini adalah salah satu ikon genre horor tahun 90-an. Ceritanya tentang sekelompok remaja yang dikejar pembunuh setelah menutupi kecelakaan fatal, I Know What You Did Last Summer tetap relevan hingga sekarang.

5. Mr. Harrigan’s Phone: Horor Teknologi ala Stephen King

Diadaptasi dari cerita pendek Stephen King, film ini mengeksplorasi hubungan antara teknologi dan dunia supernatural. Mr. Harrigan’s Phone berkisah tentang seorang anak laki-laki yang menemukan bahwa telepon milik almarhum temannya masih bisa digunakan untuk berkomunikasi—dengan konsekuensi yang mengerikan. Dengan The Life of Chuck, film lain dari sutradara Mike Flanagan, yang akan tayang pada 6 Juni, film ini layak ditonton sebagai pengantar.

6. Little Evil: Komedi Horor yang Menghibur

Bagi Anda yang ingin horor dengan sentuhan komedi, Little Evil adalah pilihan tepat. Dibintangi oleh Adam Scott, film ini menceritakan seorang ayah tiri yang mulai mencurigai anak tirinya adalah antikristus. Sutradara Eli Craig, yang juga dikenal lewat Tucker & Dale vs. Evil, berhasil menciptakan keseimbangan sempurna antara horor dan humor.

Dari horor psikologis hingga slasher klasik, keenam film ini menawarkan pengalaman menonton yang beragam. Jadi, siapkan popcorn dan lampu redup—Anda akan membutuhkannya!

Jangan Ucapkan “Tolong” dan “Terima Kasih” ke ChatGPT, Ini Alasannya

0

Telset.id – Pernahkah Anda mengucapkan “tolong” atau “terima kasih” saat berinteraksi dengan ChatGPT? Jika iya, mungkin Anda termasuk salah satu dari jutaan pengguna yang berusaha bersikap sopan meski sedang berbicara dengan kecerdasan buatan. Namun, tahukah Anda bahwa kebiasaan ini ternyata membebani OpenAI, perusahaan di balik ChatGPT, hingga jutaan dolar?

CEO OpenAI, Sam Altman, baru-baru ini mengungkap fakta mengejutkan ini melalui akun X (sebelumnya Twitter). Menurutnya, setiap kali pengguna menambahkan kata-kata seperti “tolong” atau “terima kasih” dalam prompt mereka, perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk pemrosesan kata-kata tersebut. Biaya ini terkait langsung dengan konsumsi listrik yang dibutuhkan oleh sistem AI.

Mengapa Kata-Kata Sopan Bisa Mahal?

Pertanyaan ini muncul dari seorang pengguna X dengan akun @tomieinlove, yang penasaran berapa besar biaya listrik yang dikeluarkan OpenAI akibat kebiasaan pengguna mengucapkan kata-kata sopan. Altman menjawab dengan santai, “Puluhan juta dolar terpakai dengan baik. Anda tidak akan pernah tahu.”

Jawaban ini mengindikasikan bahwa meskipun biayanya signifikan, OpenAI tidak terlalu mempersoalkan beban tambahan tersebut. Namun, dari sisi teknis, setiap kata yang dimasukkan ke dalam ChatGPT memerlukan pemrosesan oleh model AI, yang berarti mengonsumsi daya listrik lebih banyak.

Bagaimana ChatGPT Mengonsumsi Listrik?

Model AI seperti ChatGPT membutuhkan sumber daya komputasi yang sangat besar. Pelatihan dan operasionalnya bergantung pada hardware canggih seperti GPU (Graphics Processing Unit) dan TPU (Tensor Processing Unit), yang dikenal sangat haus daya. Selain itu, sistem pendingin untuk mencegah overheating juga membutuhkan listrik dalam jumlah besar.

Sebagai gambaran, pelatihan model AI seperti GPT-4 bisa menghabiskan ratusan hingga ribuan megawatt-hour. Setiap prompt yang dimasukkan pengguna, termasuk kata-kata tambahan seperti “tolong” atau “terima kasih”, menambah beban komputasi dan, pada akhirnya, biaya operasional.

Apakah Kita Harus Berhenti Bersikap Sopan ke AI?

Meskipun biayanya tinggi, Altman tampaknya tidak ingin pengguna berhenti bersikap sopan. Jawabannya yang ringan menunjukkan bahwa OpenAI siap menanggung biaya ini sebagai bagian dari interaksi alami antara manusia dan AI. Namun, bagi pengguna yang peduli dengan efisiensi, mungkin lebih baik langsung ke inti permintaan tanpa tambahan kata-kata yang tidak perlu.

Di sisi lain, kebiasaan ini juga mencerminkan bagaimana manusia secara alami memperlakukan AI seperti layaknya manusia lain. Ini menjadi bukti bahwa mesin pun bisa memengaruhi cara kita berkomunikasi, bahkan dalam hal kesopanan.

Jadi, lain kali Anda menggunakan ChatGPT, pertimbangkan untuk langsung ke pokok permintaan. Tapi jika Anda tetap ingin mengucapkan “terima kasih”, setidaknya sekarang Anda tahu bahwa kata-kata itu bernilai jutaan dolar.