Beranda blog Halaman 120

Meta Luncurkan Solusi AI Terbaru untuk Dongkrak Bisnis di Indonesia

Telset.id – Jika Anda berpikir kecerdasan buatan (AI) masih sekadar jargon teknologi, siap-siap terkejut dengan gebrakan terbaru Meta di Indonesia. Dalam Meta Marketing Summit 2025 yang digelar di Jakarta, raksasa teknologi ini memperkenalkan solusi AI mutakhir yang dirancang khusus untuk mendongkrak pertumbuhan bisnis lokal di era digital.

Data terbaru dari laporan Deloitte Access Economics berjudul AI for Business: Tren Adopsi AI-Platform di Asia Pasifik mengungkap fakta mengejutkan: 79% bisnis di Indonesia telah memanfaatkan perangkat AI, terutama untuk pemasaran produk baru (65%) dan komunikasi dengan pelanggan (61%). Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan bukti nyata bagaimana AI telah menjadi tulang punggung transformasi digital di Tanah Air.

Pieter Lydian, Country Director Meta Indonesia, dengan tegas menyatakan, “Populasi muda dan melek teknologi di Indonesia menjadi pendorong utama transformasi digital. Meta berada pada posisi strategis untuk membantu bisnis memanfaatkan tren ini.” Pernyataan ini bukan tanpa dasar. Data menunjukkan bahwa AI berperan krusial dalam mendorong pertumbuhan bisnis dan memaksimalkan pengembalian investasi (ROI).

Senjata Baru Meta untuk Bisnis Indonesia

Dalam gelaran puncaknya, Meta memperkenalkan dua solusi unggulan yang telah terbukti memberikan dampak signifikan:

  • Opportunity Score: Alat revolusioner yang memungkinkan bisnis menilai dan mengoptimalkan kinerja kampanye hampir secara real-time melalui Ads Manager. Dalam pengujian awal, alat ini berhasil mengurangi cost per lead hingga 14%.
  • Advantage+ Campaigns: Didukung optimalisasi berbasis AI, solusi ini mencatat pertumbuhan adopsi 70% year-on-year. Yang lebih mencengangkan, setiap dolar yang diinvestasikan dalam Advantage+ Shopping Campaigns menghasilkan rata-rata ROAS $4,52.

Bukti nyata datang dari studi kasus Wookey Weight yang mengalami penurunan biaya per prospek signifikan selama Mega Sales Days berkat alokasi anggaran pada kampanye Advantage+. Demikian pula Masela Adawiyah 99 mencatat peningkatan prospek 17% dengan biaya 15% lebih rendah selama Ramadan.

AI yang Mengubah Cara Bisnis Beroperasi

Meta tidak main-main dalam investasi AI-nya. Platform ini telah mengubah cara 3,4 miliar pengguna aktif harian berinteraksi, dengan 50% konten Instagram kini direkomendasikan oleh AI. Bagi pemasar, ini berarti peluang emas untuk:

  • Mendiversifikasi konten dan menghasilkan teks iklan secara otomatis
  • Mengoptimalkan kampanye secara real-time berdasarkan preferensi konsumen
  • Mengidentifikasi platform dengan performa terbaik untuk merek mereka

Fakta menarik lainnya: video katalog dan iklan kemitraan Meta mampu meningkatkan konversi hingga 20% sekaligus menekan biaya per akuisisi 19%. Sementara itu, iklan Facebook Reels mencatat peningkatan konversi 5% pada kuartal terakhir.

Seperti diungkapkan dalam artikel kami tentang Vivo Chip V2, revolusi AI tidak hanya terjadi di platform digital, tetapi juga merambah ke perangkat keras. Pieter menegaskan, “Dalam dunia di mana perhatian kita terbagi, Meta menjadi tempat untuk brand terhubung dengan banyak orang dan mengubah mereka menjadi pelanggan.”

Dengan lebih dari 4 juta pengiklan global yang telah menggunakan perangkat kreatif iklan generatif berbasis AI Meta, dan ROAS di Asia-Pasifik yang meningkat 15% menjadi $3,47 per dolar, masa depan bisnis digital Indonesia tampaknya semakin cerah dengan dukungan teknologi mutakhir ini.

Harga Lensa Sony FE 50-150mm F2 GM: Investasi Profesional dengan Bokeh Memukau

Telset.id – Jika Anda seorang fotografer profesional yang mencari lensa telephoto zoom dengan aperture konstan F2, bersiaplah untuk merogoh kocek dalam-dalam. Sony baru saja mengumumkan Harga Lensa Sony FE 50-150mm F2 GM di Indonesia, dan angka yang tertera mungkin membuat Anda menghela napas—Rp 59.999.000. Namun, apakah harganya sebanding dengan performanya? Mari kita kupas tuntas.

Lensa ini bukan sekadar tambahan biasa di lini G Masterâ„¢ Sony. Dengan rentang zoom 50-150mm dan aperture F2 yang konsisten, FE 50-150mm F2 GM menjadi lensa telephoto zoom pertama di dunia dengan spesifikasi ini. Kombinasi tersebut menjadikannya solusi serbaguna untuk fotografi portrait, pernikahan, olahraga indoor, hingga produksi video sinematik. Tapi, apa yang membuatnya bernilai hampir Rp 60 juta?

Kualitas Gambar dan Bokeh yang Tak Tertandingi

Desain optik FE 50-150mm F2 GM mencerminkan standar tinggi Sony. Dengan dua elemen XA (asferis ekstrem), dua elemen kaca Super ED, dan tiga elemen ED, lensa ini mampu menekan aberasi secara efektif. Hasilnya? Gambar yang tajam dan kontras tinggi di seluruh rentang zoom. Bokeh yang dihasilkan juga memukau berkat aperture melingkar 11 bilah, menjadikannya pilihan ideal untuk fotografer yang ingin mengisolasi subjek dengan kedalaman bidang yang dangkal.

Fitur lain yang patut diperhatikan adalah “Nano AR Coating II”, yang mengurangi bayangan dan flare bahkan dalam kondisi backlit. Bagi Anda yang sering bekerja di lingkungan dengan pencahayaan kompleks, ini adalah nilai tambah yang signifikan.

Portabilitas dan Desain Tangguh

Dengan berat 1.340g dan panjang sekitar 200mm, lensa ini tergolong ringkas untuk ukuran telephoto zoom dengan aperture F2. Desain zoom internal memastikan keseimbangan tetap terjaga meskipun panjang fokus berubah, membuatnya nyaman digunakan baik handheld maupun dengan gimbal. Lapisan fluorin pada elemen depan juga memudahkan perawatan, terutama bagi yang sering bekerja di lokasi outdoor.

Autofokus Cepat dan Kompatibilitas Video

Ditenagai oleh empat motor linear XD, FE 50-150mm F2 GM menawarkan autofokus yang cepat, akurat, dan senyap—sangat cocok untuk pemotretan beruntun hingga 120 fps pada Sony Alpha 9 III. Bagi videografer, lensa ini meminimalkan focus breathing dan kompatibel dengan fitur Breathing Compensation Sony, menjadikannya alat yang andal untuk produksi sinematik.

Lantas, apakah Harga Lensa Sony FE 50-150mm F2 GM sepadan? Jika Anda membutuhkan performa tinggi dalam rentang telefoto standar dengan aperture cerah, jawabannya adalah ya. Namun, bagi yang budget-nya terbatas, mungkin perlu mempertimbangkan alternatif seperti Sony FE 70-200mm yang harganya lebih terjangkau.

Promo pre-order hingga 18 Mei 2025 juga menawarkan bonus SSD 2TB dan garansi 27 bulan, yang bisa menjadi pertimbangan tambahan. Jadi, siapkah Anda berinvestasi pada lensa premium ini?

Sony FE 50-150mm F2 GM: Lensa Telephoto Zoom Pertama di Dunia dengan Aperture F2

Telset.id – Bayangkan sebuah lensa yang mampu menggantikan tiga lensa sekaligus dalam tas fotografer Anda. Sony baru saja mewujudkannya dengan meluncurkan FE 50-150mm F2 GM, lensa telephoto zoom pertama di dunia dengan aperture konstan F2 yang dirancang khusus untuk para profesional.

Dalam dunia fotografi, jarang ada inovasi yang benar-benar mengubah cara kita memotret. Namun, lensa ini bukan sekadar upgrade biasa. Dengan rentang zoom 50-150mm dan aperture F2 yang konsisten, Sony memberikan solusi serbaguna untuk fotografer pernikahan, portrait, hingga olahraga indoor. Bagaimana performanya? Mari kita kupas tuntas.

Kualitas Gambar yang Mengesankan

FE 50-150mm F2 GM bukan hanya tentang angka. Desain optiknya mengintegrasikan dua elemen XA (asferis ekstrem), dua elemen kaca Super ED, dan tiga elemen ED untuk menekan aberasi secara efektif. Hasilnya? Gambar yang tajam dan kontras tinggi di seluruh rentang zoom, bahkan pada aperture terbesar.

Bokeh yang dihasilkan juga layak diperhatikan. Dengan aperture melingkar 11 bilah dan coating Nano AR Coating II, lensa ini menghasilkan bokeh halus yang khas seri G Master. Cocok untuk fotografer yang ingin mengisolasi subjek dengan kedalaman bidang dangkal.

Desain Ringkas dengan Performa Tangguh

Meski memiliki aperture F2 yang besar, FE 50-150mm F2 GM tetap portabel dengan berat 1.340g dan panjang sekitar 200mm. Desain zoom internal memastikan keseimbangan tetap terjaga saat melakukan zoom, membuatnya ideal untuk penggunaan handheld maupun gimbal.

Durabilitas juga menjadi prioritas. Lensa ini tahan debu dan kelembapan, dengan lapisan fluorin pada elemen depan yang memudahkan pembersihan. Cocok untuk fotografer yang sering bekerja di kondisi outdoor yang menantang.

Autofokus Cepat dan Presisi

Dilengkapi empat motor linear XD, FE 50-150mm F2 GM menawarkan autofokus yang cepat, akurat, dan senyap. Sistem ini kompatibel dengan Alpha 9 III, mendukung pemotretan beruntun hingga 120 frame per detik dengan pelacakan AF/AE penuh.

Untuk videografi, lensa ini meminimalkan focus breathing dan kompatibel dengan fitur Breathing Compensation Sony. Linear Response MF memastikan kontrol manual yang intuitif, sementara operasi motor yang senyap mencegah noise yang tidak diinginkan.

Dengan semua fitur ini, FE 50-150mm F2 GM bukan sekadar lensa baru, tapi solusi lengkap untuk fotografer dan videografer profesional. Tertarik mencoba? Simak juga 10 Smartphone dengan Kamera Optical Zoom Terbaik 2022 untuk alternatif perangkat dengan kemampuan zoom impresif.

ASUS Perkuat Dominasi AI di COMPUTEX 2025 dengan Laptop Revolusioner

Telset.id – Jika Anda mengira laptop AI masih sekadar gimmick, ASUS di COMPUTEX 2025 membuktikan sebaliknya. Dengan visi “Ubiquitous AI. Incredible Possibilities”, raksasa teknologi asal Taiwan ini memamerkan ekosistem lengkap yang mengintegrasikan kecerdasan buatan ke dalam setiap aspek komputasi—dari produktivitas harian hingga kreasi konten profesional.

Dalam gelaran teknologi terbesar Asia itu, ASUS tak hanya mengandalkan jargon-jargon futuristik. Mereka menghadirkan solusi konkret melalui tiga pilar utama: Copilot+ PC generasi terbaru, laptop khusus kreator berbasis AI, dan aplikasi kreatif dengan kemampuan machine learning. Sebuah langkah strategis yang menegaskan posisi ASUS sebagai pelopor AI-powered computing.

Copilot+ PC: Ketika AI Menjadi Asisten Pribadi Anda

Jajaran Zenbook dan Vivobook terbaru menjadi bintang utama dengan dukungan tiga platform prosesor berbeda: AMD Ryzen™ AI, Intel® Core™ Ultra, dan Qualcomm® Snapdragon® X. Kombinasi unik ini memungkinkan fitur-fitur seperti Recall (pencarian aktivitas digital retroaktif), Click to Do (otomatisasi tugas), serta Generative Fill & Erase di Paint bekerja secara optimal.

Yang menarik, ASUS memperkenalkan OMNI—asisten virtual eksklusif yang beroperasi secara lokal. “Dia bisa meringkas dokumen PDF 100 halaman dalam hitungan detik, bahkan saat offline,” jelas juru bicara ASUS kepada Telset.id. Sebuah terobosan yang menjawab kekhawatiran privasi data di era AI.

Kolaborasi dengan Intel juga menghasilkan demonstrasi menarik melalui Intel® AI Playground. Aplikasi seperti Skylum Luminar Neo menunjukkan bagaimana AI bisa mempercepat proses editing foto hingga 3x lipat pada perangkat dengan Intel® Core™ Ultra. Bagi yang penasaran dengan performa nyata laptop AI, ASUS Vivobook S14 (S3407QA) sudah bisa dijadikan referensi.

ProArt P16: Senjata Baru Kreator Digital

Untuk kalangan profesional, ASUS menghadirkan ProArt P16 (H7606)—laptop pertama dengan GPU GeForce RTX™ 50 Series dan prosesor AMD Ryzen AI 9 HX 370 (50 TOPS NPU). Kombinasi ini khusus dirancang untuk akselerasi AI dalam aplikasi seperti DaVinci Resolve dan Adobe Premiere Pro.

“Render video 8K yang biasanya memakan waktu 30 menit, kini bisa selesai dalam 7 menit,” ungkap tim ASUS. Performa ini didukung layar OLED 16-inch dengan akurasi warna Delta E <1 dan memori LPDDR5X hingga 64GB—spesifikasi yang membuat ASUS ROG Lab pun harus angkat topi.

Aplikasi Kreatif dengan DNA AI

ASUS melengkapi ekosistemnya dengan tiga aplikasi andalan: MuseTree (generasi gambar AI), StoryCube (manajemen aset digital), dan GlideX (berbagi layar cerdas). Yang membuatnya berbeda? Integrasi Windows Copilot Runtime API yang memungkinkan fitur seperti Image Super Resolution bekerja langsung di perangkat.

Di balik kemewahan fitur-fitur ini, ASUS rupanya menyimpan strategi besar. Dengan menguasai seluruh rantai nilai—dari hardware, software, hingga layanan AI—mereka berpotensi menciptakan ekosistem tertutup ala Apple. Sebuah langkah berani di era dimana AMD dan Nvidia masih bertarung di level komponen.

COMPUTEX 2025 mungkin baru awal. Tapi satu hal pasti: revolusi AI personal computing telah dimulai, dan ASUS berada di garda terdepan. Pertanyaannya sekarang: siapkah industri—dan konsumen—menyambut era baru dimana laptop bukan lagi sekadar mesin hitung, melainkan mitra kreatif yang cerdas?

Review AIO Acer Aspire C24-195ES: Ditenagai Prosesor Generasi Terbaru dan Desain Elegan

0

Acer selalu konsisten dalam menyediakan perangkat komputasi All-in-One atau akrab disebut AIO. Terbaru, Acer menghadirkan Aspire C24-195ES untuk menjawab berbagai kebutuhan konsumen di Indonesia.

Solusi PC rumahan, kantoran atau instansi yang memiliki desain ringkas dan hemat ruang ini bahkan dibekali dengan spesifikasi dan fitur terbaru dari Acer. Tidak heran jika Aspire C24-195ES ini bisa jadi pilihan yang menarik.

Memberikan Anda referensi tambahan mengenai perangkat AIO terbaru dari Acer ini, berikut kami sajikan artikel review AIO Acer Aspire C24-195ES:

Desain

Sebagai informasi, AIO ini memiliki bentuk seperti monitor pada umumnya, namun perangkat komputasi seperti prosesor, RAM dan sebagainya sudah terpasang di dalamnya. Semuanya sudah dikemas jadi satu, alias all-in-one.

Pada AIO terbarunya ini, Acer memilih warna putih untuk membalut sekujur bodinya. Sementara dari bagian kaki-kaki hingga penyangganya menggunakan warna seperti silver. Penyangganya ini juga dapat disesuaikan naik-turun untuk mendapatkan posisi pengguna yang paling nyaman.

Warna putihnya sukses membuat perangkat ini terlihat elegan. Mendukung Anda dalam membuat setup yang estetik. Ditambah lagi material yang digunakan terasa premium. Kami bisa merasakan bodinya yang solid dan kokoh, membuatnya memiliki build quality yang menurut kami patut diacungi jempol.

Untuk kemampuan terintegrasi dengan perangkat lain, Acer sudah membenamkan berbagai port di bagian belakang. Mulai dari USB 2.0, 3 buah USB 3.2 Gen 2 Type A, satu USB Type-C, dan satu HDMI 1.4 untuk output, misal untuk menambah monitor sekunder.

Dalam paket penjualannya, Acer sudah melengkapi AIO ini dengan mouse, keyboard dan mousepad. Jadi ga perlu khawatir mengeluarkan dana tambahan untuk membeli dua aksesoris ini.

Baik mouse dan keyboard yang disertakan dalam paket penjualan berbentuk wireless, sehingga dijamin membuat tampilan setup jadi lebih rapih dan minim kabel yang terurai berantakan.

AIO ini juga punya bezel yang tipis. Tetapi Acer tetap mampu menyelipkan beberapa komponen, seperti webcam beresolusi 1440p, microphone dan speaker internal. Ya, AIO ini sudah memiliki speaker internal sehingga audio bisa langsung keluar tanpa perlu tersambung dengan speaker eksternal.

Layar

Masuk ke pembahasan mengenai layar. Acer membenamkan layar IPS berukuran 23,8 inci untuk menampilkan berbagai konten. Layar dari AIO ini memiliki resolusi Full HD 1920 x 1080 dan didukung dengan refresh rate 60Hz.

Selama menggunakan AIO ini kami lumayan puas dengan kualitas yang ditawarkan layarnya. Konten dapat ditampilkan dengan resolusi yang tinggi, dan detail tampak begitu jelas. Baik saat digunakan untuk bekerja atau menemani sesi hiburan di kala senggang, layar dari monitor ini mampu menampilkan konten dengan optimal.

Menariknya lagi, buat Anda yang bekerja dalam waktu lama di depan layar tidak perlu khawatir. Pasalnya, Acer sudah melengkapi bagian monitornya dengan fitur Acer Bluelight Shield dan Acer Flickerless. Fitur ini mengurangi paparan cahaya biru yang berbahaya bagi mata, hingga membuat mata jadi tidak mudah lelah walaupun berada di depan layar dalam waktu lama.

Performa

Sekarang masuk ke bagian performa. Beberapa orang mungkin beranggapan bahwa perangkat AIO hanya dibekali dengan performa yang seadanya. Pendapat tersebut mungkin terbantahkan di sini. Pasalnya Acer memberikan spesifikasi di atas kertas yang tergolong mumpuni pada Aspire C24-195ES.

Tengok saja pada dapur pacunya yang ditenagai prosesor generasi terbaru Intel® Core™ Ultra 7 processor 155U. Salah satu prosesor generasi terbaru dari Intel® untuk segmen mobile ini memiliki total 12 core, yang terbagi menjadi 2 Performance Core, 8 Efficient Core dan 2 Low Power Efficient Core, serta total 14 threads. Maksimal frekuensinya menembus 4,8 GHz.

Kemampuan AIO ini juga ditopang dengan single RAM 8 GB, dan SSD 512 GB yang berguna untuk menyimpan berbagai aplikasi dan file. AIO ini juga sudah terinstall sistem operasi Windows 11. Sebagai bonus tambahan, Acer juga memberikan bonus aplikasi Microsoft Office Home & Student yang bisa digunakan secara gratis seumur hidup.

Untuk berbagai task seperti menjalankan aplikasi Office, semua dapat dijalankan tanpa masalah sama sekali. Pengujian kami lanjutkan dengan bermain game di AIO ini. Seberapa sanggup perangkat ini menjalankannya?

Beberapa game kami coba mainkan, yakni Dota 2, eFootball dan Valorant. Menariknya, semua game ini dapat dimainkan dengan mulus tanpa hambatan. Setidaknya, ini dapat menambah fungsi dari AIO ini sebagai perangkat hiburan ketika penat bekerja.

Namun kami tidak menyarankan untuk memainkan game-game berat di AIO ini. Saat sesi pengujian, kami juga memainkan game kompetitif seperti Marvel Rivals yang ternyata membuat AIO ini cukup kerepotan. Tetapi hal ini masih tergolong wajar, sebab AIO ini memang tidak didesain untuk kebutuhan gaming berat.

Sementara untuk konektivitasnya, Acer telah melengkapi AIO ini dengan WiFi 6 dan Bluetooth 5.0. Bisa dibilang sudah lumayan lengkap untuk mendukung produktivitas penggunanya.

Bagi Anda yang banyak melakukan meeting online atau conference call, kualitas gambar yang disajikan dari webcamnya tampak begitu jernih. Tidak sekadar menjadi pelengkap fitur semata.

Kesimpulan

Jadi, AIO ini cocok untuk pengguna seperti apa? Menurut kami, AIO ini cocok sebagai perangkat komputasi rumahan bagi pengguna yang ingin PC dengan dimensi lebih hemat ruang. Selain itu, AIO ini juga cocok untuk di kantoran, sekolahan, universitas atau instansi sejenis lainnya.

AIO ini juga menjadi solusi bagi pengguna yang tidak ingin direpotkan dengan rakit PC. Desainnya yang keliatan berkelas dan penggunaan material dengan build quality mumpuni juga jadi nilai lebih dari AIO Acer Aspire C24-195ES.

Acer Aspire C24-195ES resmi tersedia di Indonesia dengan banderol harga Rp14,999,000. Tidak ketinggalan, Acer juga memberikan garansi 1 tahun spare parts dan 3 tahun servis. Sebagai bonus penjualan, Acer memberikan bonus PC Game Pass yang bisa diklaim dan dimainkan selama 3 bulan.

AIO terbaru dari Acer ini sudah bisa didapatkan di toko offline berbagai daerah di Indonesia atau melalui e-commerce serta Acer eStore yang dapat diakses melalui link ini.

Telkom Solution Percepat Transformasi Digital B2B dengan 3 Produk Unggulan Khusus

Telset.id – Di tengah gempuran transformasi digital yang tak terbendung, pelaku bisnis dituntut untuk beradaptasi atau tertinggal. Menjawab tantangan ini, Telkom Solution menghadirkan tiga produk unggulan yang dirancang khusus untuk segmen Business to Business (B2B).

Dalam gelaran Digiland 2025, perusahaan memperkenalkan solusi menyeluruh mulai dari keamanan siber, konektivitas berkecepatan tinggi, hingga kecerdasan buatan. Ketiganya bukan sekadar produk biasa, melainkan senjata pamungkas untuk menghadapi persaingan bisnis di era serba digital.

Connectivity+: Jantung Digitalisasi Bisnis

Reni Yustiani, OVP Enterprise Marketing & Regional Management Telkom, menjelaskan bahwa Connectivity+ merupakan tulang punggung transformasi digital. “Layanan ini dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan komunikasi data bisnis dengan kecepatan tinggi dan berkelanjutan,” ujarnya di Jakarta, Minggu (18/5/2025).

Dengan mengandalkan infrastruktur Telkom yang tersebar luas di seluruh Indonesia, Connectivity+ menjamin kualitas koneksi premium. Solusi ini menjadi jawaban atas kebutuhan konektivitas yang stabil untuk operasional bisnis skala kecil hingga enterprise.

Cyber Security: Perisai Digital Bisnis Modern

Ancaman siber yang semakin canggih memaksa perusahaan untuk memperkuat pertahanan digital. Telkom Solution menghadirkan solusi keamanan end-to-end yang bekerja sama dengan mitra teknologi global.

“Sistem keamanan multi-layered kami siap melindungi data dan informasi pelanggan dari berbagai macam ancaman siber,” tegas Reni. Produk ini menjadi tameng vital di era dimana transformasi digital harus berjalan beriringan dengan keamanan data.

Artificial Intelligence: Otak Digital Perusahaan

Melengkapi ekosistem digital, Telkom Solution memperkenalkan solusi berbasis kecerdasan buatan yang mencakup AI for Document Processing, AI for Contact Center, hingga AI for Recruitment. Teknologi ini dirancang untuk meningkatkan efisiensi operasional sekaligus mengoptimalkan pengalaman pelanggan.

Dalam konteks yang lebih luas, integrasi AI dan 5G memang menjadi kunci transformasi digital. Telkom Solution memahami betul bahwa kecerdasan buatan bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan dasar bisnis modern.

Selain tiga produk utama tersebut, perusahaan juga menyediakan Data Center & Cloud Service, Digital App Service, dan Mobile Service. Portofolio lengkap ini semakin mengukuhkan posisi TelkomGroup sebagai pemimpin transformasi digital di segmen B2B.

Melalui Xperience Center di Digiland 2025, pelaku bisnis bisa merasakan langsung bagaimana solusi digital ini dapat mempercepat transformasi digital mereka. Seperti yang dilakukan perusahaan teknologi lain, Telkom Solution berkomitmen untuk terus berinovasi menghadapi tantangan digital masa depan.

ASUS ROG Lab di COMPUTEX 2025: Inovasi Gaming Masa Depan Hadir di Indonesia

Telset.id – Jika Anda mengira inovasi gaming hanya tentang peningkatan FPS dan RGB, bersiaplah untuk terpukau. ASUS Republic of Gamers (ROG) baru saja meluncurkan “The ROG Lab” di COMPUTEX 2025, sebuah eksperimen futuristik yang mengubah konsep gaming dari mimpi menjadi kenyataan. Booth tematik ini bukan sekadar pamer produk, melainkan laboratorium hidup tempat ide-ide paling gila diuji.

Dalam dekade terakhir, ROG telah membuktikan diri sebagai pelopor hardware gaming melalui kolaborasi epik seperti kerjasama dengan Sega dan PUBG Mobile. Kini, mereka melangkah lebih jauh dengan filosofi “0 to 1” – mentransformasi konsep abstrak menjadi prototipe nyata yang siap mengguncang industri.

Zona Interaktif: Dimana Gamer Bertemu AI

Bayangkan membuat avatar digital yang bisa berinteraksi dengan perangkat Anda. Di zona Future Gamer, sistem AI ROG menganalisis gaya bermain untuk menciptakan identitas gamer unik. Hasilnya? Kartu profil fisik dengan desain personal – semacam KTP untuk kaum penyembah RGB.

Tak kalah futuristik, zona Illumotion mengubah kata-kata menjadi seni visual dinamis. Ucapkan “headshot” dan instalasi AI langsung menari dalam ledakan warna Aura Sync. Ini bukan sekadar gimmick, melainkan preview bagaimana AI akan mengubah pengalaman gaming seperti yang diprediksi dalam masa depan AI Indonesia.

RTX 50 Series: Monster Baru di Balik Desain Tipis

ROG tak main-main dengan jajaran laptop barunya. Strix SCAR 18 kini dibekali RTX 5090 dan prosesor AMD Ryzen 9 9950X3D – kombinasi yang membuat konsol next-gen terlihat seperti mainan anak TK. Yang mengejutkan? Mereka berhasil memadatkan kekuatan ini dalam chassis setipis Zephyrus G16.

Bagi penggemar hybrid, Flow Z13 hadir dengan Thunderbolt 5 dan XG Mobile terbaru. Tablet 2-in-1 ini membuktikan bahwa performa ekstrem tak harus terkunci di desktop – cukup sambungkan dock dan Anda memiliki rig gaming portabel dengan pendingin cair.

ROG Ally X: Handheld yang Mengubah Segalanya

Jawaban ROG terhadap Steam Deck ini bukan sekadar upgrade spesifikasi. Dengan ROG Dock 7-in-1, perangkat ini berubah menjadi konsol TV dengan output 8K. Bayangkan bermain Cyberpunk 2077 di handheld saat bepergian, lalu menyambungkannya ke monitor besar di rumah tanpa kehilangan performa.

Yang lebih cerdas adalah ROG 100W Gaming Charger Dock. Tak hanya mengisi daya super cepat, dock ini secara otomatis mengoptimalkan daya untuk gaming marathon. Solusi elegan untuk masalah baterai yang sering menghantui perangkat portabel.

ASUS memastikan seluruh produk ini akan segera hadir di Indonesia melalui kanal resmi. Bagi yang tak sabar, bergabunglah dengan ROG Community Indonesia – rumah bagi 55.000 gamer yang siap menyambut revolusi gaming ini.

Dari COMPUTEX 2025, pesannya jelas: masa depan gaming bukan tentang angka benchmark semata, melainkan pengalaman holistik dimana hardware, software, dan komunitas menyatu. Dan ROG Lab adalah kapsul waktu yang membawa kita menyentuh masa depan itu hari ini.

Kominfo dan Google Luncurkan Program AI untuk Perkuat Ekosistem Digital Indonesia

0

Telset.id – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bekerja sama dengan Google meluncurkan program Startup Accelerator Southeast Asia-Indonesia AI Focus. Program ini bertujuan memperkuat ekosistem digital nasional melalui pendekatan terintegrasi, pengembangan talenta, dan penerapan teknologi AI.

Menteri Komunikasi dan Informatika Meutya Hafid mengatakan, kolaborasi ini menjadi fondasi bagi Indonesia untuk menjadi pusat inovasi AI di Asia Tenggara. “Kami percaya dengan ekosistem kolaboratif berbasis kebijakan kuat, talenta unggul, dan teknologi canggih, Indonesia siap bersaing di era digital,” ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat (14/6/2025).

Investasi Google dalam pengembangan pusat data berbasis AI di Indonesia diproyeksikan menyumbang Rp1.400 triliun (sekitar 88 miliar dolar AS) bagi perekonomian nasional dalam lima tahun ke depan. Sementara itu, ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai 130 miliar dolar AS pada 2025, tumbuh 45% dari tahun sebelumnya.

Indonesia sebagai Penggerak Ekonomi Digital ASEAN

Indonesia kini menjadi pemain utama ekonomi digital di kawasan ASEAN. Nilai transaksi digital pada 2024 mencapai 263 miliar dolar AS, atau sepertiga dari total gross merchandise value (GMV) Asia Tenggara. Sektor startup juga tumbuh pesat, dengan 2.566 startup aktif pada 2024—naik hampir 50% dari 2020.

Pemerintah telah menyiapkan regulasi pendukung, termasuk Undang-Undang ITE, UU Perlindungan Data Pribadi, dan PP Tunas untuk perlindungan anak di ranah digital. Selain itu, program Digital Talent Scholarship digulirkan untuk mencetak inovator digital yang berintegritas dan berwawasan global.

Standar Kompetensi AI untuk Talenta Digital

Indonesia juga telah menetapkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) di bidang AI. Langkah ini memastikan talenta digital memiliki pemahaman tentang isu etis seperti bias algoritmik dan perlindungan privasi data.

Program kolaborasi Kominfo dan Google ini sejalan dengan inisiatif lain seperti Telkomsel T-Connext yang menghubungkan startup dengan ekosistem digital. Selain itu, perusahaan teknologi seperti Meta juga aktif merekrut ahli AI untuk memperkuat pengembangan teknologi.

Dengan dukungan regulasi dan kolaborasi strategis, Indonesia berpotensi menjadi pemain kunci dalam revolusi AI global. Program ini diharapkan dapat mempercepat transformasi digital di sektor prioritas, termasuk kesehatan, pendidikan, dan UMKM.

AI Bisa “Lihat” di Balik Fasad Bangunan Lewat Google Street View

0

Bayangkan Anda bisa mengetahui usia, luas lantai, bahkan jejak karbon sebuah bangunan hanya dengan melihat fotonya di Google Street View. Itulah yang berhasil dilakukan oleh para peneliti dari University of Toronto menggunakan kecerdasan buatan (AI). Teknologi ini membuka pintu bagi perencanaan kota yang lebih cerdas dan berkelanjutan.

Dalam dunia yang semakin urban, data akurat tentang bangunan menjadi krusial. Namun, mengumpulkan informasi seperti usia bangunan, material konstruksi, atau luas lantai secara manual membutuhkan biaya dan waktu yang tidak sedikit. Di sinilah AI menunjukkan keunggulannya – mampu mengekstrak data berharga dari gambar yang tersedia untuk umum.

Penelitian terbaru yang dipublikasikan di Journal of Industrial Ecology ini menawarkan solusi inovatif dengan akurasi mencengangkan. Tim yang dipimpin Profesor Shoshanna Saxe ini berhasil melatih AI untuk memprediksi atribut bangunan yang tidak terlihat dari luar dengan tingkat keberhasilan 70-80%.

Mengintip Masa Depan Perencanaan Kota

“Ini adalah penelitian pertama di dunia di mana kita bisa memprediksi hal-hal yang tidak terlihat dalam foto bangunan,” ungkap Saxe dengan semangat. Teknologi ini tidak hanya mengubah cara kita memahami bangunan, tetapi juga membuka peluang baru dalam berbagai bidang.

Dengan biaya hanya $1.000 untuk foto-foto sampel, tim peneliti berhasil mendapatkan data yang biasanya membutuhkan anggaran jutaan dolar. “Ini membedakan antara bisa atau tidaknya kita bekerja pada masalah-masalah penting ini,” tambah Saxe.

Alex Olson, peneliti AI senior yang terlibat dalam proyek ini, menjelaskan bahwa kemampuan menilai eksterior bangunan memungkinkan prediksi cerdas tentang interior dan penggunaan infrastruktur lokal. “Kami bisa memperkirakan sumber daya yang digunakan dalam membangun, merawat, dan mengoperasikan bangunan,” jelasnya.

Lebih dari Sekadar Foto Bangunan

Yang membuat penelitian ini unik adalah kemampuannya melihat melampaui apa yang terlihat di permukaan. “Anda tidak bisa mengetahui usia bangunan hanya dari melihat luarnya,” kata Saxe. “Ada banyak faktor yang membuat ini sulit, termasuk renovasi. Bagian depan bisa berbeda dengan belakang.”

Mengetahui usia bangunan menjadi krusial karena memberikan petunjuk tentang material yang digunakan dan jejak karbon yang dihasilkan. Informasi ini juga membantu memahami performa bangunan secara keseluruhan.

Olson menambahkan bahwa pendekatan ini memberikan gambaran akurat tentang situasi saat ini, yang bisa digunakan untuk merencanakan penggunaan sumber daya di masa depan. “Kedengarannya kita seharusnya sudah memiliki data ini, tetapi kenyataannya tidak,” ujarnya.

Masa Depan Kota yang Lebih Cerdas

Teknologi ini memiliki implikasi luas bagi perencanaan kota berkelanjutan. Dengan memahami pola penggunaan sumber daya saat ini, pembuat kebijakan bisa mengidentifikasi area dengan infrastruktur yang kurang dimanfaatkan.

“Motivasi saya awalnya berfokus pada penelitian karbon terwujud, tetapi ini akan berguna bagi banyak orang berbeda,” ungkap Saxe. Ia telah berdiskusi dengan peneliti lain yang tertarik menggunakan metode ini untuk memahami penggunaan air dalam perencanaan masa depan.

Di tengah persaingan global dalam pengembangan AI, penelitian ini menunjukkan potensi nyata teknologi untuk menyelesaikan masalah perkotaan yang kompleks. Dengan biaya rendah dan skalabilitas tinggi, pendekatan ini bisa menjadi game changer dalam membangun kota masa depan.

Seperti halnya kemajuan teknologi di bidang lain, inovasi ini membuktikan bahwa solusi untuk tantangan besar seringkali datang dari pendekatan yang tidak terduga. Siapa sangka bahwa foto-foto jalanan biasa bisa menjadi kunci untuk membangun kota yang lebih berkelanjutan?

Algoritma MIT Bisa Prediksi Kegagalan Langka di Sistem Lalu Lintas Udara

Pernahkah Anda terjebak dalam keterlambatan penerbangan yang berantakan akibat satu titik gangguan kecil? Kisah Southwest Airlines pada Desember 2022 menjadi bukti nyata bagaimana badai lokal di Denver bisa memicu kerugian US$750 juta dan mengacaukan perjalanan 2 juta penumpang. Kini, peneliti MIT mengembangkan solusi revolusioner untuk memprediksi kegagalan sistem yang jarang terjadi namun berdampak masif.

Tim gabungan dari MIT, Harvard, dan University of Michigan menciptakan algoritma bernama CalNF yang mampu “membaca” pola kegagalan dari data terbatas. Sistem ini bekerja dengan menganalisis kombinasi data langka tentang kegagalan dan data rutin operasional normal. “Tujuannya adalah membongkar kompleksitas di balik sistem yang biasanya berjalan mulus, lalu tiba-tiba kolaps,” jelas Charles Dawson, doktor MIT yang memimpin penelitian.

Mengurai Benang Kusut Southwest Airlines

Kasus Southwest menjadi studi kasus sempurna. Algoritma CalNF berhasil melacak bagaimana badai di Denver menguras cadangan pesawat, lalu memicu efek domino ke Las Vegas—lokasi tanpa cuaca ekstrem. “Pesawat yang seharusnya bersirkulasi antara California-Denver-Las Vegas terputus rantainya,” papar Dawson. Tanpa cadangan memadai di Las Vegas, gangguan kecil berubah menjadi krisis nasional.

Chuchu Fan, profesor aeronautika MIT, menambahkan tantangan unik: “Data operasional maskapai bersifat proprietary. Kami hanya punya data publik seperti jadwal kedatangan dan keberangkatan.” Di sinilah kecerdasan CalNF bersinar—algoritma ini mampu merekonstruksi parameter tersembunyi seperti penempatan cadangan pesawat hanya dari data terbatas.

Dari Penerbangan ke Jaringan Listrik

Metode ini tidak terbatas pada industri penerbangan. Dawson kini mengaplikasikannya untuk memprediksi kegagalan jaringan listrik. “Prinsipnya sama: mengidentifikasi pola dari data normal untuk mendeteksi anomali yang berpotensi menjadi bencana,” ujarnya. Fan menekankan fleksibilitas alat ini: “CalNF dirancang untuk sistem fisik-siber apa pun di mana perangkat lunak berinteraksi dengan dunia nyata.”

Keunggulan utama CalNF terletak pada kemampuannya “menjalankan model secara terbalik”—melacak akar masalah dari gejala yang teramati. Sistem ini telah menjadi open-source, memungkinkan berbagai industri menggunakannya. “Kami ingin ini menjadi sistem monitoring real-time yang bisa mendeteksi tren menuju kegagalan sebelum terjadi,” harap Dawson.

Penelitian ini dipresentasikan di ICLR 2025—konferensi machine learning bergengsi di Singapura—dan mengingatkan kita pada pentingnya antisipasi kegagalan sistem kompleks. Seperti kasus keterbatasan AI dalam membaca jam analog, teknologi canggih pun tetap membutuhkan pendekatan manusiawi dalam interpretasi.

Di era di mana pengawasan sistem menjadi krusial, terobosan MIT ini menawarkan harapan baru. Bayangkan jika algoritma serupa bisa mencegah penundaan rilis seperti The Legend of Aang: The Last Airbender atau kegagalan produk teknologi lainnya. Masa depan prediksi kegagalan sistem telah dimulai.

AI dan Sinar-X Ungkap Rahasia Baterai Zinc-Ion Masa Depan

0

Pernahkah Anda membayangkan baterai yang lebih aman, murah, dan ramah lingkungan? Para ilmuwan di Brookhaven National Laboratory dan Stony Brook University baru saja melangkah lebih dekat ke realitas itu dengan bantuan kecerdasan buatan (AI) dan teknologi sinar-X canggih. Mereka berhasil mengungkap rahasia di balik kinerja optimal baterai zinc-ion, yang bisa menjadi solusi penyimpanan energi skala besar di masa depan.

Baterai zinc-ion, terutama yang menggunakan elektrolit berbasis air, telah lama dianggap sebagai kandidat potensial untuk menggantikan baterai lithium-ion yang lebih mahal dan berisiko. Namun, tantangan utama adalah reaksi sampingan yang menguras energi, seperti pemecahan molekul air yang menghasilkan gas hidrogen. Temuan terbaru ini menjawab teka-teki tersebut dengan pendekatan revolusioner.

Tim peneliti menggunakan kombinasi AI dan eksperimen di National Synchrotron Light Source II (NSLS-II) untuk memetakan interaksi ion zinc dan klorida dengan air pada berbagai konsentrasi. Hasilnya? Mereka menemukan bahwa elektrolit dengan konsentrasi garam zinc klorida (ZnCl2) sangat tinggi—disebut “water-in-salt”—ternyata mampu menstabilkan molekul air sekaligus mempertahankan konduktivitas listrik yang dibutuhkan.

AI: Mata Super untuk Melihat yang Tak Terlihat

Mengapa pendekatan AI menjadi kunci utama? Deyu Lu, ilmuwan dari Brookhaven Lab, menjelaskan bahwa simulasi konvensional tidak mampu menangani kompleksitas interaksi atom dalam skala waktu yang relevan. “Butuh waktu bertahun-tahun dengan komputasi biasa,” ujarnya. Di sinilah AI berperan sebagai “mata super” yang bisa melihat detail tak terlihat.

Chuntian Cao, penulis utama studi yang diterbitkan di PRX Energy ini, menggambarkan prosesnya seperti melatih asisten virtual. Tim memulai dengan data simulasi terbatas sebagai “set pelatihan”, lalu AI secara iteratif memprediksi interaksi yang lebih kompleks. Ketika prediksi AI tidak konsisten, tim kembali ke perhitungan konvensional untuk mengoreksi—sebuah metode yang disebut active learning.

Rahasia di Balik Konsentrasi Tinggi

Model AI mengungkap dua keuntungan utama elektrolit “water-in-salt”:

  • Stabilitas Air: Pada konsentrasi garam tinggi, ikatan hidrogen antar molekul air turun drastis—hanya tersisa 20%. Jaringan ikatan yang biasanya membuat air reaktif menjadi terputus, mengurangi risiko pemecahan molekul.
  • Transportasi Ion yang Efisien: Meski membentuk gugus bermuatan negatif, konsentrasi sangat tinggi justru menciptakan “gunung es” besar yang tidak menghambat konduktivitas. Ion-ion kecil yang tersisa bisa bergerak cepat di sekitarnya.

Validasi dengan Sinar-X Berpresisi Tinggi

Temuan AI tidak serta merta dipercaya begitu saja. Tim melakukan validasi eksperimental di fasilitas sinar-X NSLS-II, menggunakan teknik Pair Distribution Function (PDF) untuk memetakan jarak antar atom. “Ini seperti foto keluarga atom yang menunjukkan siapa berteman dengan siapa,” canda Milinda Abeykoon, ilmuwan penanggung jawab beamline.

Hasilnya? Prediksi AI dan data eksperimen bersesuaian dengan akurasi mengesankan. “Kami sekarang punya peta lengkap bagaimana ion-ion bersolvasi dalam elektrolit ini,” kata Shan Yan, salah satu peneliti.

Esther Takeuchi, ketua departemen ilmuwan di Brookhaven, menekankan bahwa kolaborasi multidisiplin ini—menggabungkan teori, eksperimen, dan AI—adalah contoh sempurna bagaimana siapapun bisa mempercepat inovasi. Sementara Amy Marschilok menambahkan, baterai zinc-ion yang aman dan terjangkau ini sangat cocok untuk penyimpanan energi skala jaringan listrik.

Dengan perkembangan baterai solid-state dan teknologi wearable yang juga sedang panas, temuan ini membuka babak baru dalam perlombaan penyimpanan energi. Siapa sangka, rahasia masa depan energi mungkin tersembunyi dalam interaksi antara garam, air, dan kecerdasan buatan?

AI Ungguli Manusia dalam Tes Kecerdasan Emosional?

0

Telset.id – Sebuah studi terbaru dari University of Geneva dan University of Bern mengungkapkan bahwa kecerdasan buatan (AI) ternyata mampu mengungguli manusia dalam tes kecerdasan emosional. Penelitian ini menguji enam model bahasa besar (LLM) termasuk ChatGPT-4 dalam berbagai skenario yang membutuhkan pemahaman emosi.

Tim peneliti menggunakan lima tes kecerdasan emosional yang biasa dipakai di lingkungan korporat dan penelitian. Hasilnya cukup mengejutkan: AI berhasil menjawab dengan benar 82% pertanyaan, sementara manusia hanya mencapai 56%. “Ini menunjukkan bahwa AI tidak hanya memahami emosi, tapi juga tahu bagaimana bertindak secara cerdas secara emosional,” jelas Marcello Mortillaro, ilmuwan senior di Swiss Center for Affective Sciences UNIGE yang terlibat dalam penelitian.

Salah satu contoh tes yang diberikan adalah skenario dimana seorang kolega mencuri ide dan mendapat pujian tidak pantas. AI mampu memilih respons paling tepat yaitu berbicara dengan atasan tentang situasi tersebut, dibanding opsi lain seperti berdebat atau menyimpan dendam.

Yang lebih mengejutkan, AI juga mampu membuat tes kecerdasan emosional baru dalam waktu singkat. ChatGPT-4 menghasilkan berbagai skenario baru yang kemudian diuji pada 400 partisipan manusia. Hasilnya, tes buatan AI ini dinilai sama andal dan realistis dengan tes buatan manusia yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dikembangkan.

Penemuan ini membuka peluang baru untuk pemanfaatan AI di berbagai bidang seperti pendidikan, pelatihan, dan manajemen konflik. Seperti perkembangan teknologi AI penerjemah bahasa hewan atau sistem rekomendasi konten berdasarkan mood, kemampuan AI memahami emosi manusia terus berkembang pesat.

Namun para peneliti menekankan bahwa penggunaan AI dalam konteks emosional tetap membutuhkan pengawasan ahli. “Meski hasilnya mengesankan, AI harus digunakan sebagai alat pendukung, bukan pengganti interaksi manusia sepenuhnya,” tambah Katja Schlegel, peneliti utama dari University of Bern.

Studi yang dipublikasikan di jurnal Communications Psychology ini menjadi bukti tambahan bahwa perkembangan AI tidak hanya terbatas pada kemampuan kognitif, tetapi juga mulai menguasai aspek-aspek manusiawi yang sebelumnya dianggap eksklusif milik manusia.