Beranda blog Halaman 107

iQOO Z10 Resmi Dirilis di Indonesia, Harga 3.1 Juta!

0

Telset.id – iQOO resmi meluncurkan smartphone terbarunya, iQOO Z10, di Indonesia. Ponsel ini mencuri perhatian dengan baterai berkapasitas raksasa 7.300 mAh, yang membuatnya meraih penghargaan MURI sebagai “The Biggest Smartphone Battery in Indonesia”. Meski memiliki baterai besar, iQOO Z10 tetap ramping dengan ketebalan hanya 7,89 mm dan bobot 199 gram.

Menurut pengujian yang dilakukan iQOO, Z10 mampu bertahan hingga 15 jam untuk bermain game dan waktu lebih lama untuk menonton video streaming. Ponsel ini juga dilengkapi dengan charger 90 watt yang disertakan dalam paket pembelian. Fitur unggulan lainnya termasuk bypass charger dan tentu saja performa gacor Snapdragon 7s Gen 3 dengan skor Antutu mencapai 822 ribu.

Spesifikasi dan Fitur Unggulan

iQOO Z10 hadir dengan layar quad curve dengan bezel tipis dan ketangguhan military grade. Ponsel ini juga memiliki sertifikasi IP65, yang membuatnya tahan terhadap air selama 12 jam dalam simulasi hujan. Pengujian ketangguhan dilakukan di laboratorium Cikupa untuk memverifikasi klaim standar militer tersebut.

Fitur lain yang tak kalah menarik adalah NFC multifungsi dan sistem operasi Funtouch 15. iQOO Z10 juga dibekali layar AMOLED 6,77 inci dengan refresh rate 120Hz dan resolusi FHD+. Panel layarnya diklaim mampu mencapai kecerahan puncak hingga 5.000 nits, angka yang cukup fantastis untuk kelas mid-range.

Di sektor kamera, Z10 memiliki dual kamera dengan sensor utama 50MP IMX882 dan sensor depth 2MP. Untuk kamera selfie, terdapat sensor 32MP yang tertanam di layar. Dapur pacunya ditenagai oleh Snapdragon 7s Gen 3 dengan kombinasi RAM hingga 12GB dan penyimpanan 256GB.

Harga dan Varian

iQOO Z10 tersedia dalam beberapa varian dengan harga yang bervariasi:

  • 8/128GB: Rp 3.199.000
  • 8/256GB: Rp 3.499.000
  • 12/256GB: Rp 3.499.000
  • 12/512GB: Rp 4.199.000

Bersamaan dengan peluncuran Z10, iQOO juga memperkenalkan seri Neo ke pasar Indonesia untuk pertama kalinya, yaitu iQOO Neo 10. Perangkat ini menjadi yang pertama di Indonesia menggunakan Snapdragon 8s Gen 4 dengan skor Antutu mencapai 2.426.162.

iQOO Neo 10 dilengkapi dengan iQOO Supercomputing Chip Q1 yang dirancang khusus untuk meningkatkan pengalaman gaming. Fitur unggulannya termasuk Game Super Resolution dan Game Super Frame Rate. Perangkat ini juga memecahkan rekor MURI sebagai perangkat pertama yang bisa bermain game dengan frame rate 144Hz.

Untuk pendinginan, Neo 10 menggunakan sistem setara flagship dengan total area pendinginan 27.000 mm persegi dan dilengkapi 9 sensor suhu NTC. Hasil pengujian menunjukkan suhu hanya 38,8 derajat Celsius setelah bermain game MOBA selama 1 jam.

Neo 10 hadir dengan baterai 7.000 mAh dan dukungan flash charge 120 watt, serta fitur bypass charging. Layarnya berukuran 6,78 inci dengan kecerahan hingga 5.500 nits dan refresh rate 144Hz. Ponsel ini tersedia dalam dua warna: Onyx Black dan Blaze Orange.

Harga iQOO Neo 10 di Indonesia:

  • 8/256GB: Rp 5.599.000
  • 12/256GB: Rp 6.099.000
  • 16/512GB: Rp 7.099.000

Dengan peluncuran kedua perangkat ini, iQOO semakin memperkuat posisinya di pasar smartphone Indonesia, khususnya untuk segmen mid-range hingga flagship.

Fortnite Hadirkan NPC Generatif AI, Bisa Ngobrol Layaknya Manusia

Telset.id – Bayangkan Anda sedang menjelajahi dunia Fortnite, tiba-tiba bertemu karakter non-player (NPC) yang bisa mengobrol secara spontan seperti manusia. Tidak lagi terbatas pada dialog kaku, NPC ini mampu merespons pertanyaan Anda dengan gaya unik, bahkan meyakinkan Anda untuk menekan tombol merah berbahaya. Ini bukan skenario fiksi—Epic Games baru saja mengumumkan fitur revolusioner ini dalam keynote “State of Unreal”.

Melalui Unreal Editor for Fortnite (UEFN), developer kini dapat menciptakan NPC berbasis generative AI. Karakter ini bisa disesuaikan suara, gaya bicara, hingga kepribadiannya. Dalam demo, NPC bernama Mr. Buttons berhasil memukau penonton dengan jawaban real-time yang dihasilkan hanya dari 20 baris teks prompt. Saat presenter menanyakan tentang tanda peringatan di sekitarnya, Mr. Buttons dengan lihai menjawab, “Tanda-tanda? Itu hanya saran dari mereka yang kurang imajinasi. Lagipula, aturan dibuat untuk dilanggar perlahan, setuju?”

Kemajuan Teknologi dengan Batasan yang Jelas

Meski impresif, demo ini juga mengungkap keterbatasan teknologi saat ini. Interaksi masih bergantian (turn-based), bukan percakapan alami dengan interupsi. Presenter harus menahan tombol mikrofon untuk berbicara, dan NPC butuh jeda beberapa detik untuk memproses respons—ditutupi dengan filler vocal seperti “Hmmm” atau “Ahhh”.

Ini bukan pertama kalinya Epic bereksperimen dengan AI di Fortnite. Bulan lalu, Darth Vader versi AI muncul di Fortnite: Galactic Battle. Dialognya dihasilkan Gemini 2.0 Flash dan diolah ElevenLabs untuk meniru suara James Earl Jones. Sayangnya, kolaborasi ini viral karena alasan kurang ideal: Vader sempat mengucapkan kata-kata kasar setelah menirukan pemain yang menggunakan bahasa tidak sopan. Epic pun langsung merilis hotfix.

Masa Depan Interaksi Game yang Lebih Dinamis

Kehadiran NPC generatif AI membuka pintu bagi pengalaman gaming yang lebih personal. Bayangkan bertemu pedagang yang bisa menawar harga berdasarkan mood-nya, atau musuh yang mengolok-olok gaya bermain Anda. Teknologi ini juga selaras dengan visi Epic tentang metaverse yang lebih interaktif.

Menurut bocoran Unreal Engine 6, AI akan memainkan peran besar dalam generasi engine berikutnya. Dengan alat UEFN yang dijadwalkan rilis tahun ini, kreator Fortnite bisa segera bereksperimen dengan NPC generatif. Pertanyaannya: Akankah teknologi ini mengubah cara kita berinteraksi dalam game, atau justru menimbulkan tantangan baru terkait moderasi konten?

Satu hal yang pasti—dunia game tidak akan pernah sama lagi. Dan seperti kata Mr. Buttons, “Aturan memang dibuat untuk ditantang.”

The Witcher IV: Bocoran Teknologi Unreal Engine 5 yang Bikin Heboh

Telset.id – Bayangkan menjelajahi dunia The Witcher dengan dedaunan yang bergoyang realistis, kota-kota ramai penuh kehidupan, dan pemandangan pegunungan yang memukau—semua berjalan mulus di PlayStation 5 dengan ray tracing aktif. Ini bukan sekadar impian, melainkan gambaran masa depan yang diperlihatkan Epic Games dalam State of Unreal event terbaru mereka.

Kolaborasi antara Epic Games dan CD Projekt Red menghasilkan demo teknologi menakjubkan yang mengisyaratkan masa depan seri The Witcher. Meski bukan cuplikan resmi dari The Witcher IV, demo ini memberikan secercah harapan tentang apa yang bisa kita harapkan dari game RPG legendaris tersebut.

Revolusi Grafik dengan Unreal Engine 5.6 dan 5.7

Demo yang berdurasi sekitar sepuluh menit ini memperlihatkan Ciri melintasi pegunungan bersalju di Kovir hingga pelabuhan ramai Valdrest. Yang membuatnya istimewa adalah teknologi di baliknya: Unreal Engine 5.6 dengan fitur eksperimental seperti Fast Geometry Streaming Plugin yang memungkinkan dunia terbuka dimuat lebih cepat.

Tapi yang benar-benar mencuri perhatian adalah Nanite Foliage di Unreal Engine 5.7. Sistem baru ini merender setiap daun dan ranting sebagai geometri 3D nyata, bukan sekadar tekstur datar. Hasilnya? Hutan lebat dengan detail menakjubkan tanpa mengorbankan performa. Demo ini berjalan pada 60 fps di PS5 dengan ray tracing aktif—prestasi teknis yang patut diacungi jempol.

Masa Depan The Witcher IV

Meski CD Projekt Red belum mengungkap detail resmi tentang The Witcher IV, demo ini memberikan petunjuk jelas tentang arah pengembangan game tersebut. Dengan teknologi Unreal Engine terbaru, dunia The Witcher akan menjadi lebih hidup dan imersif dari sebelumnya.

Pasar Valdrest yang dipenuhi NPC dengan animasi halus menunjukkan potensi besar untuk kota-kota dalam game. Sementara itu, pemandangan pegunungan Kovir dengan salju yang realistis membuktikan kemampuan engine dalam menangani lingkungan alam yang luas.

Perlu diingat, The Witcher IV masih jauh dari rilis—perkiraan terbaik adalah tahun 2027. Tapi dengan teknologi yang diperlihatkan hari ini, tungguannya pasti akan sepadan dengan hasilnya. Sementara menunggu, Anda bisa menyegarkan ingatan dengan The Witcher 3 Next-Gen yang sudah tersedia dengan peningkatan grafis signifikan.

Bagaimana pendapat Anda tentang perkembangan terbaru ini? Apakah teknologi baru Unreal Engine akan membawa The Witcher IV menjadi game RPG terbaik sepanjang masa? Atau Anda lebih tertarik dengan adaptasi serial The Witcher garapan Netflix yang juga sedang dalam pengembangan?

Google Tunda Fitur Ask Photos, Perbaikan Besar Dijanjikan dalam 2 Minggu

Telset.id – Jika Anda termasuk yang menanti-nanti fitur Ask Photos dari Google, bersiaplah untuk sedikit lebih sabar. Google mengumumkan penundaan peluncuran fitur berbasis AI ini karena masalah kualitas dan pengalaman pengguna.

Jamie Aspinall, Product Manager Google Photos, baru-baru ini merespons keluhan pengguna di platform X (sebelumnya Twitter). Dalam cuitannya, Aspinall mengakui bahwa Ask Photos belum mencapai standar yang diharapkan. “Ask Photos belum berada di level yang seharusnya, terutama dalam hal latensi, kualitas, dan pengalaman pengguna,” tulisnya.

Fitur yang pertama kali diperkenalkan di konferensi I/O tahun lalu ini sebenarnya sudah mulai tersedia untuk pengguna terpilih sejak September 2024. Ask Photos memanfaatkan kecerdasan buatan Gemini untuk membantu pengguna menemukan foto dari perpustakaan mereka menggunakan pencarian bahasa alami.

Masalah yang Dihadapi Google

Ini bukan pertama kalinya Google mengalami kendala dalam menerapkan fitur berbasis AI. Sebelumnya, fitur AI Overviews di mesin pencari mendapat banyak kritik karena memberikan hasil yang tidak akurat. Demikian pula dengan alat pembuat gambar AI mereka yang menghasilkan beberapa gambar aneh saat pertama kali diluncurkan.

Aspinall menjelaskan bahwa peluncuran Ask Photos saat ini dihentikan sementara dengan jumlah pengguna yang sangat terbatas. Tim Google sedang bekerja untuk memperbaiki masalah yang ada dan menjanjikan versi yang lebih baik dalam waktu sekitar dua minggu.

Kritik Internal Terhadap Strategi AI Google

Masalah ini muncul di tengah meningkatnya kritik terhadap pendekatan Google dalam pengembangan AI. Baik mantan pemimpin maupun karyawan saat ini telah menyuarakan keprihatinan tentang strategi perusahaan dalam bidang kecerdasan buatan.

Google tampaknya sedang berusaha mengejar ketertinggalan dari pesaing seperti OpenAI dan Microsoft dalam perlombaan AI. Namun, beberapa peluncuran produk terbaru mereka justru menuai kritik karena terkesan terburu-buru dan kurang matang.

Bagi pengguna yang penasaran dengan kemampuan Ask Photos, mungkin Anda bisa mencoba beberapa tips mengelola penyimpanan Google Photos sembari menunggu versi yang lebih baik dari fitur ini.

Sementara itu, Google terus mengembangkan berbagai inovasi lain, termasuk mode desktop native untuk Android 16 yang diumumkan di I/O 2025, menunjukkan bahwa perusahaan ini tidak hanya fokus pada pengembangan AI saja.

Dengan penundaan ini, Google berharap dapat menyajikan pengalaman Ask Photos yang lebih mulus dan bermanfaat bagi pengguna. Apakah dua minggu cukup untuk memperbaiki semua masalah? Kita tunggu saja kabar selanjutnya.

Reddit Izinkan Pengguna Sembunyikan Aktivitas, Kontroversi pun Merebak

Telset.id – Reddit, platform diskusi online terbesar di dunia, baru saja membuat perubahan kebijakan yang menuai pro kontra. Untuk pertama kalinya, pengguna kini bisa “menyembunyikan” aktivitas posting dan komentar mereka dari profil publik. Langkah ini disebut sebagai upaya memberikan kendali lebih besar kepada pengguna atas jejak digital mereka.

Sebelumnya, seluruh aktivitas pengguna—mulai dari komentar hingga posting di berbagai subreddit—terpampang jelas di profil mereka. Fitur ini selama ini menjadi senjata ampuh komunitas Reddit untuk melacak troll, penyebar misinformasi, atau sekadar mengungkap kebohongan publik figur tertentu. Namun, dengan pembaruan terbaru, pengguna bisa memilih untuk menyembunyikan seluruh aktivitas mereka atau hanya konten dari subreddit tertentu.

Kontrol Baru dengan Konsekuensi Besar

Reddit memperkenalkan tiga opsi utama dalam fitur ini: menyembunyikan semua posting dan komentar, menyembunyikan konten dari subreddit tertentu, atau menyembunyikan konten berlabel NSFW (Not Safe For Work). Namun, penting dicatat bahwa konten yang disembunyikan tetap bisa dilihat di subreddit asalnya—hanya saja tidak muncul di profil pengguna.

Perubahan ini tidak sepenuhnya absolut. Moderator subreddit masih bisa melihat riwayat lengkap pengguna selama 28 hari setelah interaksi apa pun—entah itu mengirim modmail, meminta bergabung ke subreddit privat, atau sekadar berkomentar. Kebijakan ini dibuat untuk mempertahankan fungsi moderasi yang selama ini bergantung pada riwayat aktivitas pengguna.

Reaksi Pengguna: Antara Privasi dan Transparansi

Respons komunitas Reddit terbelah. Sebagian menyambut positif fitur ini sebagai langkah maju dalam melindungi privasi. “Ini memudahkan saya memisahkan diskusi serius dengan obrolan santai tanpa harus membuat akun baru,” tulis salah satu pengguna.

Di sisi lain, banyak yang khawatir perubahan ini justru mempermudah penyebaran misinformasi dan perilaku buruk. “Bagaimana kita bisa melacak akun-akun yang sengaja menyebarkan hoaks di berbagai subreddit jika aktivitas mereka disembunyikan?” protes pengguna lain dalam thread pengumuman resmi Reddit.

Kekhawatiran ini semakin relevan mengingat CEO Reddit Steve Huffman baru-baru ini mengisyaratkan perubahan kebijakan pembuatan akun baru. Dalam konteks melawan penyalahgunaan AI dan manipulasi platform, fitur penyembunyian aktivitas ini bisa menjadi pisau bermata dua.

Perdebatan ini mengingatkan pada kontroversi eksperimen AI yang pernah dilakukan Reddit, seperti yang kami laporkan sebelumnya. Platform ini terus berusaha menyeimbangkan antara kebebasan berekspresi dan keamanan komunitas.

Lantas, apakah langkah Reddit ini akan berdampak pada ekosistem platform secara keseluruhan? Atau justru menjadi preseden buruk bagi transparansi diskusi online? Waktu yang akan menjawab. Satu hal yang pasti: perubahan ini menunjukkan betapa dinamika platform sosial terus berevolusi, seringkali dengan konsekuensi yang tak terduga.

TikTok Blokir Hashtag #SkinnyTok, Upaya Cegah Konten Berbahaya

Telset.id – Platform media sosial TikTok baru-baru ini mengambil langkah tegas dengan memblokir hasil pencarian untuk hashtag #SkinnyTok. Keputusan ini muncul setelah kritik dari berbagai pihak yang menyoroti konten-konten di bawah tagar tersebut sebagai pemicu gangguan makan dan perilaku diet berisiko. Lantas, seberapa efektif langkah ini dalam melindungi pengguna?

Menurut laporan Reuters, TikTok secara diam-diam telah menghentikan tampilan hasil pencarian untuk #SkinnyTok. Tagar ini sebelumnya kerap dikaitkan dengan video yang mempromosikan standar tubuh tidak realistis, diet ekstrem, hingga konten berbahaya bagi kesehatan mental. Prancis menjadi salah satu negara yang paling vokal menentang keberadaan konten semacam ini. Menteri Negara Urusan Digital Prancis, Clara Chappaz, bahkan telah mengampanyekan pelarangan #SkinnyTok sejak April lalu.

“Video-video yang mempromosikan ketubuhan ekstrem ini sangat memprihatinkan dan sama sekali tidak bisa diterima,” tegas Chappaz. “Alat digital adalah kemajuan yang luar biasa untuk kebebasan berekspresi, tetapi jika disalahgunakan, mereka bisa menghancurkan hidup orang-orang… jejaring sosial tidak boleh lepas dari tanggung jawabnya.”

Efektivitas Pemblokiran: Solusi atau Sekadar Tempelan?

Meski langkah pemblokiran hashtag seperti #SkinnyTok patut diapresiasi, para ahli mempertanyakan efektivitasnya. Brooke Erin Duffy, profesor dari Cornell University, menyatakan bahwa pengguna yang ingin mencari konten serupa tetap bisa menemukan cara untuk menghindari sistem moderasi platform. “Pengguna itu cerdas. Mereka tahu bagaimana cara bekerja di sekitar platform dan menghindari sistem moderasi konten,” ujarnya kepada The New York Times.

Ini bukan pertama kalinya TikTok berupaya menangani konten yang berpotensi memicu gangguan makan. Pada 2020, mereka membatasi iklan yang dinilai “mempromosikan citra tubuh negatif atau berbahaya,” seperti aplikasi puasa dan suplemen penurunan berat badan. Kemudian pada 2021, TikTok bekerja sama dengan National Eating Disorder Association (NEDA) untuk menyediakan lebih banyak sumber daya bagi pengguna yang berjuang melawan gangguan makan.

Langkah TikTok: Progresif atau Setengah Hati?

Meski upaya TikTok patut diapresiasi, banyak yang menilai langkah-langkah tersebut masih bersifat reaktif dan tidak menyeluruh. Pemblokiran satu hashtag tidak serta-merta menghilangkan konten berbahaya dari platform. Pengguna bisa dengan mudah beralih ke tagar lain atau menggunakan eufemisme untuk menghindari deteksi.

Selain itu, TikTok juga menghadapi tekanan dari berbagai negara terkait konten berbahaya di platformnya. Seperti yang terjadi di AS dan India, di mana platform ini sempat menghadapi ancaman pemblokiran. Tantangan terbesar TikTok adalah menyeimbangkan kebebasan berekspresi dengan perlindungan pengguna, terutama kelompok rentan seperti remaja.

Langkah selanjutnya yang bisa diambil TikTok adalah memperkuat algoritma untuk mendeteksi konten berbahaya secara proaktif, bukan hanya mengandalkan pemblokiran hashtag. Selain itu, kolaborasi dengan ahli kesehatan mental dan organisasi terkait harus terus ditingkatkan untuk memberikan edukasi yang lebih baik kepada pengguna.

Bagaimana pendapat Anda? Apakah pemblokiran hashtag seperti #SkinnyTok sudah cukup, atau TikTok perlu mengambil langkah lebih tegas? Simak terus perkembangan terbaru seputar TikTok dan kebijakan kontennya hanya di Telset.id.

Samsung Galaxy S25 Edge Lolos Uji Ketahanan Ekstrem, Begini Hasilnya

Telset.id – Ketika Samsung mengumumkan Galaxy S25 Edge sebagai smartphone flagship tertipis mereka, banyak yang meragukan daya tahan dan ketahanan baterainya. Namun, seperti biasa, JerryRigEverything datang dengan video uji ketahanan yang memuaskan rasa penasaran kita. Bagaimana hasilnya? Simak analisis mendalam berikut ini.

Galaxy S25 Edge memang ultra tipis dengan ketebalan hanya 5,8mm, tapi Samsung memainkan kartu titanium untuk memastikan ketangguhannya. YouTuber teknologi ternama, JerryRigEverything (Zack Nelson), membawa Galaxy S25 Edge melalui serangkaian uji ketahanan ekstrem, termasuk goresan, bakar, dan yang paling ditunggu—tes tekuk. Hasilnya? Bahkan Zack sendiri terkejut.

Titanium Frame: Kunci Ketangguhan Galaxy S25 Edge

Meski tipis, Galaxy S25 Edge tidak patah seperti yang banyak diprediksi. Alih-alih, hanya ada sedikit fleksibilitas saat ditekan hingga batas maksimal. Rangka titanium yang digunakan Samsung jelas menjadi faktor utama ketahanan strukturalnya. Ini membuktikan bahwa tipis tidak selalu berarti rapuh.

Selain tes tekuk, Zack juga memberikan penilaian yang cukup baik untuk tes gores dan bakar. Layar dan bodi Galaxy S25 Edge menunjukkan ketahanan yang mengesankan, meski tidak sepenuhnya kebal terhadap kerusakan. Namun, performanya tetap di atas rata-rata untuk smartphone sekelas flagship.

Persaingan dengan iPhone 17 Air

Apple dikabarkan sedang mengembangkan rival untuk Galaxy S25 Edge, yakni iPhone 17 Air, yang diklaim bahkan lebih tipis dengan ketebalan 5,5mm. Namun, apakah iPhone 17 Air akan sekuat Galaxy S25 Edge? Kita harus menunggu uji ketahanan dari Zack nanti tahun ini.

Sementara itu, Samsung telah membuktikan bahwa mereka tidak hanya fokus pada ketipisan, tetapi juga ketahanan. Jika Anda mencari smartphone flagship yang tipis namun tangguh, Galaxy S25 Edge layak dipertimbangkan.

Untuk update teknologi terbaru, jangan lupa kunjungi section Berita kami dan bergabung dengan komunitas Telegram Telset.id untuk informasi instan!

Nothing Phone (3) Resmi Dirilis 1 Juli: Spesifikasi dan Harga Bocor

Telset.id – Nothing, merek asal London yang dikenal dengan desain transparannya, akhirnya mengumumkan tanggal peluncuran resmi Nothing Phone (3). Smartphone flagship terbaru ini akan meluncur pada 1 Juli 2024, dengan harga mulai dari $799. Namun, satu pertanyaan besar masih menggantung: chipset apa yang akan menjadi jantung perangkat ini?

Nothing Phone (3) diproyeksikan sebagai lompatan besar bagi Nothing, yang sebelumnya lebih fokus pada segmen mid-range. Melalui akun X resminya, Nothing mengonfirmasi peluncuran pada 1 Juli, dengan spekulasi warna Black dan White sebagai opsi utama. Bocoran harga menunjukkan varian 12GB RAM + 256GB storage dijual seharga $799, sedangkan versi 16GB RAM + 512GB storage dibanderol $899—lebih murah sedikit dibandingkan pesaing seperti iPhone atau Samsung di kelas yang sama.

Misteri Chipset: Snapdragon 8 Gen 3 atau Elite?

Spekulasi mengenai chipset Nothing Phone (3) masih menjadi perdebatan. Beberapa sumber, termasuk bocoran dari Yogesh Brar, mengklaim bahwa perangkat ini akan menggunakan Snapdragon 8 Gen 3—chipset andalan flagship 2024. Namun, ada juga laporan yang menyangkal hal ini dan mengarah pada kemungkinan Snapdragon 8 Elite atau Snapdragon 8s Gen 4.

Pemilihan chipset ini sangat krusial karena Nothing Phone (3) harus bersaing dengan smartphone premium lain yang sudah menggunakan prosesor terbaik. Performa tinggi untuk gaming, multitasking, dan fitur berbasis AI menjadi tuntutan utama di kisaran harga $800-$900.

Spesifikasi Unggulan dan Desain yang Berubah?

Meski Nothing masih merahasiakan detail lengkap, bocoran terbaru mengindikasikan bahwa Nothing Phone (3) akan hadir dengan layar 6,77 inci LTPO AMOLED, kamera triple 50MP, dan baterai 5.000mAh yang mendukung pengisian cepat 100W wired dan 50W wireless. Yang menarik, ada desas-desus bahwa Nothing mungkin meninggalkan antarmuka Glyph yang menjadi ciri khas seri sebelumnya.

Jika benar, ini bisa menjadi langkah berani untuk membedakan diri dari pesaing seperti Coolpad atau merek lain yang juga menarget segmen premium. Namun, apakah penggemar Nothing siap dengan perubahan ini?

Dengan peluncuran yang semakin dekat, semua pertanyaan ini akan segera terjawab. Pantau terus Telset.id untuk update terbaru seputar Nothing Phone (3) dan berita teknologi terkini!

Samsung Galaxy Ring 2 Mulai Dikembangkan, Rilis 2026?

Telset.id – Jika Anda berpikir Samsung akan berpuas diri dengan kesuksesan Galaxy Ring generasi pertama, pikirkan lagi. Bocoran terbaru mengindikasikan bahwa raksasa teknologi asal Korea Selatan ini telah memulai pengembangan awal untuk Galaxy Ring 2, penerus smart ring yang baru diluncurkan pertengahan 2024 lalu.

Menurut laporan dari GalaxyClub, pengembangan generasi kedua masih dalam tahap sangat awal, sehingga kemungkinan besar tidak akan dirilis pada 2025. Alih-alih, perangkat ini diperkirakan akan meluncur bersamaan dengan seri Galaxy S26 tahun depan, atau bahkan lebih lambat. Ini bukanlah hal yang mengejutkan mengingat smart ring memiliki ruang upgrade yang lebih terbatas dibandingkan smartphone.

Fokus pada Penyempurnaan, Bukan Redesain Radikal

Samsung tampaknya lebih memilih pendekatan bertahap untuk Galaxy Ring 2. Daripada melakukan perubahan desain besar-besaran, perusahaan dikabarkan fokus pada tiga aspek utama: profil yang lebih ramping, akurasi sensor yang ditingkatkan, dan daya tahan baterai lebih lama. Sebuah paten terbaru juga mengungkap bahwa Samsung sedang mengeksplorasi desain fleksibel untuk memastikan sensor dapat menempel lebih sempurna di jari pengguna.

Yang lebih menarik, paten lain menunjukkan bahwa Samsung berencana mengubah Galaxy Ring menjadi perangkat input berbasis gerakan. Bayangkan saja, Anda bisa mengontrol laptop atau tablet hanya dengan gerakan tangan—fitur yang akan memperluas fungsi smart ring jauh melampaui sekadar pelacakan kesehatan.

Baterai Revolusioner untuk Performa Lebih Lama

Daya tahan baterai menjadi salah satu tantangan terbesar untuk perangkat wearable berukuran kecil seperti smart ring. Namun, laporan dari Money Today Korea mengungkap bahwa Samsung sedang mengembangkan baterai all-solid-state dengan kepadatan energi mencapai 360Wh/L—lonjakan signifikan dibandingkan baterai lithium-ion yang digunakan saat ini. Jika produksi massal sesuai jadwal, teknologi ini bisa menjadi andalan Galaxy Ring 2.

Sementara itu, Samsung tetap menjaga ketat detail spesifikasi dan desain Galaxy Ring 2. Satu-satunya gerakan terbaru mereka hanyalah peluncuran varian titanium hitam edisi terbatas dari Galaxy Ring pertama di Korea Selatan, sebagai bagian dari kampanye promosi bersama Galaxy S25 Edge.

Berbeda dengan smartphone yang membutuhkan pembaruan tahunan, smart ring lebih diuntungkan dengan penyempurnaan bertahap yang bermakna. Jika Galaxy Ring 2 benar-benar menghadirkan pelacakan kesehatan lebih akurat dan baterai tahan lama tanpa mengorbankan kenyamanan, Samsung bisa semakin mengukuhkan posisinya di pasar wearable yang masih terus berkembang.

Lenovo Watch S Resmi Dirilis: Smartwatch Murah dengan AMOLED dan Baterai Tahan Lama

Telset.id – Lenovo baru saja memperkenalkan anggota terbaru di jajaran wearable mereka, Lenovo Watch S. Smartwatch entry-level ini menawarkan spesifikasi mengesankan untuk harganya yang terjangkau, termasuk layar AMOLED dan ketahanan baterai hingga 10 hari. Seperti apa keunggulannya?

Di tengah maraknya smartwatch premium dengan harga selangit, Lenovo mengambil pendekatan berbeda. Watch S hadir sebagai opsi terjangkau tanpa mengorbankan fitur esensial. Dengan harga sekitar Rp1 juta (konversi dari 499 Yuan), perangkat ini siap bersaing di segmen smartwatch murah terbaik.

Desain Premium dengan Fitur Lengkap

Lenovo Watch S mengusung layar circular AMOLED 1,43 inci beresolusi 466 x 466 piksel yang dikelilingi bingkai stainless steel. Desain ini memberikan kesan premium yang jarang ditemukan di smartwatch kelas entry-level. Pengguna bisa memilih antara strap silikon atau varian kulit dengan koneksi magnetik.

Daya tahan baterai menjadi salah satu senjata utama Watch S. Dengan kapasitas 300mAh, Lenovo mengklaim smartwatch ini bisa bertahan 7-10 hari tergantung intensitas penggunaan. Angka ini cukup impresif mengingat layar AMOLED yang biasanya lebih boros daya dibanding LCD.

Fitur Kesehatan dan Olahraga Komprehensif

Tak ketinggalan, Lenovo membekali Watch S dengan berbagai sensor kesehatan. Smartwatch ini mampu memantau detak jantung, kualitas tidur, hingga menghitung kalori yang terbakar. Terdapat juga fitur SOS darurat yang bisa menjadi penyelamat dalam situasi kritis.

Untuk penggemar olahraga, Watch S mendukung lebih dari 70 mode aktivitas. Dari lari, renang (dengan rating IP68), hingga yoga – semua bisa dilacak dengan akurat. Bluetooth 5.3 memastikan koneksi stabil ke smartphone, sementara penyimpanan internal memungkinkan pemutaran musik langsung dari perangkat.

Lenovo sepertinya belajar dari pengalaman sebelumnya dengan produk wearable mereka. Seperti pernah kami laporkan dalam artikel Smartwatch Lenovo Ini jadi “Gadget yang Mengerikan”, perusahaan kini lebih fokus pada keseimbangan antara harga dan kualitas.

Ketersediaan dan Persaingan Pasar

Saat ini Lenovo Watch S baru tersedia di pasar China dengan harga 499 Yuan (sekitar Rp1 juta). Belum ada konfirmasi resmi mengenai peluncuran global, meski permintaan untuk smartwatch terjangkau dengan spesifikasi bagus terus meningkat.

Kehadiran Watch S semakin memperkuat posisi Lenovo di pasar wearable. Seperti dilaporkan dalam artikel Pengiriman PC dan Laptop Naik 5%, Lenovo Pimpin Pasar Global, perusahaan asal China ini terus menunjukkan ekspansi produknya di berbagai segmen teknologi.

Dibandingkan produk sejenis dari Xiaomi atau Realme, Lenovo Watch S menawarkan nilai lebih dengan layar AMOLED dan desain premium. Namun tantangannya adalah membangun ekosistem yang solid, mengingat dominasi Apple Watch dan Wear OS di pasar global.

Sembari menunggu kabar peluncuran global, Lenovo tampaknya tak berhenti berinovasi. Baru-baru ini mereka juga merilis jam meja pintar yang bisa dikontrol suara, menunjukkan komitmen mereka di segmen perangkat wearable dan IoT.

Dengan harga terjangkau dan fitur lengkap, Lenovo Watch S berpotensi menjadi alternatif menarik bagi yang ingin memiliki smartwatch berkualitas tanpa merogoh kocek terlalu dalam. Tinggal menunggu kejelasan ketersediaan global dan kompatibilitas yang lebih luas dengan berbagai perangkat.

Nokia Perkenalkan Beacon 4 & 9: Router Wi-Fi 7 untuk Rumah Masa Depan

Telset.id – Di tengah gencarnya ekspansi jaringan fiber multi-gigabit global, Nokia menghadirkan solusi baru dengan meluncurkan dua router Wi-Fi 7 terbaru: Beacon 4 dan Beacon 9. Keduanya dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan konektivitas rumah modern yang semakin kompleks.

Wi-Fi 7 sendiri merupakan teknologi nirkabel generasi terbaru yang menjanjikan kecepatan lebih tinggi, latensi lebih rendah, dan efisiensi spektrum lebih baik dibanding pendahulunya. Seperti yang pernah kami bahas dalam artikel sebelumnya, standar ini mulai diadopsi secara masif pada perangkat konsumen tahun ini.

Nokia Beacon 9

Spesifikasi Teknis: Dual-Band vs Tri-Band

Beacon 4 hadir sebagai opsi lebih kompak dengan konfigurasi dual-band (2.4GHz dan 5GHz) menggunakan teknologi MIMO 2×2. Router ini mampu mencapai kecepatan hingga 3.6Gbps dengan cakupan area hingga 250 meter persegi. Fitur unggulannya termasuk dukungan bandwidth 160MHz dan port 2.5GbE WAN plus dua port LAN 1GbE.

Sementara itu, Beacon 9 menawarkan pengalaman lebih premium dengan arsitektur tri-band yang menambahkan spektrum 6GHz. Kecepatan maksimalnya mencapai 9.4Gbps berkat dukungan channel 320MHz yang masih langka di kelas non-flagship. Cakupan areanya sedikit lebih luas (280m²) dengan port lebih variatif: satu 2.5GbE WAN, satu 2.5GbE LAN, dan satu 1GbE LAN tambahan.

Desain Minimalis dengan Platform Cerdas

Kedua router mengusung filosofi desain Nordik yang minimalis dengan garis-garis bersih dan estetika netral. Beacon 4 (126.5 x 160 x 43mm) dirancang untuk diletakkan di meja atau rak, sementara Beacon 9 (173.5 x 140 x 71.5mm) memiliki dimensi lebih besar namun tetap elegan dengan finishing matte dan lekukan halus.

Yang menarik, keduanya menjalankan platform Corteca milik Nokia. Seperti teknologi MediaTek T750 yang kami ulas sebelumnya, solusi ini memungkinkan operator telekomunikasi mengelola jaringan rumah secara remote, mendorong pembaruan perangkat lunak, dan men-deploy fitur baru melalui Corteca App Store – mengurangi panggilan layanan dan meningkatkan visibilitas jaringan.

Meski belum mengungkap harga ritel, Nokia menyatakan kedua model ini akan didistribusikan terutama melalui bundel paket internet operator. Mereka melengkapi lini produk Wi-Fi 7 Nokia yang sebelumnya sudah mencakup Beacon 19 dan Beacon 24, menawarkan pilihan beragam untuk berbagai kebutuhan dan anggaran.

Dengan hadirnya perangkat seperti ini, apakah kita akan melihat perubahan signifikan dalam kebiasaan berinternet rumah tangga? Mengingat pembatasan konten tertentu seperti yang diberlakukan pada Wi-Fi publik, mungkin router rumah akan menjadi pusat hiburan digital yang lebih personal di masa depan.

Guru Khawatir AI Rusak Kemampuan Belajar Siswa

0

Telset.id – Penggunaan kecerdasan buatan (AI) generatif di kalangan pelajar dan mahasiswa mulai menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan pendidik. Sejumlah guru melaporkan penurunan kemampuan kritis siswa akibat ketergantungan pada alat seperti ChatGPT dan Copilot.

Robert W. Gehl, Ketua Riset Tata Kelola Digital untuk Keadilan Sosial di York University, Toronto, menyatakan AI generatif berdampak destruktif bagi proses belajar. “Siswa mendengar larangan menggunakan AI dari dosen, tapi universitas justru bermitra dengan Microsoft atau Google yang mempromosikan Copilot untuk merangkum bacaan,” ujarnya seperti dilaporkan 404 Media.

Seorang guru SMA di Oklahoma menemukan tugas bahasa Spanyol berisi kalimat aneh seperti “This summary meets the requirements of the prompt”. “Mereka bahkan tidak bisa membaca hasil kerja sendiri karena menggunakan AI,” katanya. Kasus serupa terjadi di Philadelphia, dimana siswa diam-diam menggunakan chatbot saat diskusi online.

Dampak Kognitif yang Mengkhawatirkan

Penelitian Microsoft dan Carnegie Mellon membuktikan semakin tinggi ketergantungan pada AI, semakin tumpul kemampuan analisis kritis. Temuan ini sejalan dengan laporan Telset.id sebelumnya tentang dampak mengerikan AI terhadap kecerdasan manusia.

Solusi di Tengah Dilema

Ben Prytherch, profesor statistik Colorado State University, menemukan peningkatan signifikan saat beralih ke ujian tertulis di kelas. “Ternyata mereka tetap bisa menulis tanpa AI,” ujarnya. Namun solusi ini tidak menjawab masalah kolaborasi institusi pendidikan dengan raksasa teknologi seperti diungkap dalam artikel Telset.id tentang ekspansi infrastruktur AI Google.

Nathan Schmidt, dosen dan editor Gamers With Glasses, melihat ChatGPT bukan masalah tunggal. “Ini gejala budaya dimana konsumsi pasif dan regurgitasi konten menjadi norma,” katanya. Fenomena ini memperkuat urgensi regulasi ketat AI di sektor pendidikan.