Telset.id, Jakarta – Semua orang kini ingin pergi ke luar angkasa. Sebagian besar dari mereka terinspirasi dari film-film science fiction, dan berkat teknologi yang semakin berkembang, hal itu bukan tidak mungkin terjadi.
Berbagai misi ke Bulan sedang dirampungkan dan manusia kini menambah targetnya, yakni planet Mars. Namun, sebelum berpikir untuk berkunjung ke Mars, sebaiknya harus dipahami terlebih dahulu kondisi organ tubuh selama berada di luar angkasa.
Dilansir Telset.id dari CNET, Selasa (02/10/2018), peneliti dari Georgetown University Medical Center (GUMC) di Washington DC, Amerika Serikat, telah mengkaji bagaimana dampak radiasi yang terionisasi terhadap sistem pencernaan manusia.
Baca Juga: Selain Planet Mars, Turis SpaceX Bisa Lihat Film “Menegangkan”
Penelitian tersebut dilakukan agar para astronot yang kelak melakukan perjalanan jauh di luar angkasa, dapat mempersiapkan diri mereka. Sebab, para astronot akan terekspos radiasi dari berbagai sumber dan sayangnya, hingga kini belum ada metode efektif untuk menangkal radiasi tersebut.
“Dengan teknologi yang ada sekarang, masih sulit melindungi astronot dari efek buruk radiasi ion-ion yang berat. Meski ada cara dengan menggunakan obat-obatan untuk melawan efek tersebut, belum ada zat semacam itu yang telah dikembangkan,” ujar investigator senior dan pimpinan penelitian, Kamal Datta.
Baca Juga: Elon Musk Bangun Pangkalan di Mars Tahun 2028
Sistem pencernaan manusia, termasuk lambung dan usus, sangat cocok dijadikan subjek eksperimen. Itu karena, efek dari radiasi yang terionisasi pada proses biologis sudah diketahui secara umum.
Sekadar informasi, dalam rentang waktu tiga hingga lima hari, secara alami sel-sel pada saluran tubuh akan diperbarui. Jika proses itu terganggu, maka dapat mengakibatkan perubahan signifikan, bahkan dapat berujung pada pembentukan tumor.
Untuk mengetahui efek dari radiasi ion berat, para peneliti ini melakukan pengujian di Laboratorium Radiasi Angkasa NASA (NSRL) menggunakan tikus. Mereka memberikan paparan kecil radiasi ion berat atau sinar gamma.
Baca Juga: Badan Antariksa Eropa Temukan Tanda “Dust Devil” di Mars
Dengan membandingkan tikus yang terkena radiasi dengan yang tidak, ilmuwan dapat menentukan bagaimana sistem pencernaan terdampak akibat radiasi di luar angkasa. Ilmuwan menilai kondisi tikus-tikus tersebut pada hari ketujuh, ke-60, dan 12 bulan setelah terpapar radiasi.
Hasil yang ditemukan menunjukkan bahwa sinar gamma hanya memberikan dampak kecil bagi sel-sel di usus halus dan dapat menjadi normal kembali setelah 60 hari.
Namun, radiasi ion berat memberikan perubahan besar bagi sel-sel tersebut. Migrasi sel berkurang dan terdapat peningkatan angka pembelahan sel dengan kerusakan DNA yang tidak pulih bahkan satu tahun setelah paparan.
Baca juga: Ilmuwan Siap Bangun “Rumah Igloo” di Planet Mars
Mereka juga menemukan bahwa tikus yang telah disuntik mati setelah 150 hari terkena paparan radioasi ion berat, menunjukkan adanya perubahan pada usus halus yang berpotensi akan berkembang menjadi tumor.
“Walaupun perjalanan jarak dekat, seperti ketika astronot pergi ke Bulan, mungkin tidak memberikan kerusakan hingga tahap ini, yang mengkhawatirkan adalah cacat jangka panjang dari perjalanan jauh, seperti Mars atau misi luar angkasa lain yang memakan waktu lebih jauh,” jelas Datta. (AU/FHP)