Telset.id, Jakarta – Mantan asisten mode di Paris, Perancis, Alexandra Van Houtte pada tahun 2015 lalu memutuskan untuk membangun platform pencarian khusus untuk fashion bernama Tagwalk. Saat itu, ia mendanai pengembangan Tagwalk dengan cara menyewakan apartemennya melalui layanan Airbnb, karena tidak adanya dukungan dari investor bahkan orang tuanya.
“Banyak dari mereka meremehkan. Bahkan orangtua saya mulai ragu tentang ke mana tujuan bisnis ini,” kenangnya.
Hampir empat tahun beroperasi, kini Tagwalk berubah menjadi platform pencarian fashion yang besar. Bahkan, media sekelas Le Figaro dan The Financial Times telah menyebut Tagwalk sebagai Google Fashion atau mesin pencari Google untuk fashion.
Tagwalk sendiri diklaim Van Houtte, merupakan mesin pencari fashion pertama di dunia, dengan menggunakan lebih dari 2.800 kata kunci. Pengguna dapat mencari berdasarkan merek, musim, kota, tren, warna, kain atau gaya melalui 128.000 gambar.
Baca juga: Alibaba Ciptakan AI Copywriter, Apa Kelebihannya?
“Meskipun Anda adalah seorang pembeli terbaik atau pencari tren di kota, tidak ada yang dapat memiliki konten langsung seperti ini,” katanya.
“Kini, jika Anda ingat bahwa Prada menggunakan neon pada musim lalu dan ingin melihat siapa saja yang melakukannya, Anda dapat mencarinya dengan cepat dengan beberapa klik menggunakan mouse,” sambung Van Houtte.
Van Houtte yang kini memimpin 14 orang dalam tim mengatakan, saat itu ia berpikir bagaimana pekerjaan sebagai asisten dan penata gaya yang dijalaninya dapat membuat kehidupannya lebih baik.
Baca juga: Jejak-Jejak Kejayaan Nokia di Industri Ponsel
Diungkapkannya, ia terinspirasi oleh startup seperti WhatsApp, Uber, dan Deliveroo yang selalu mengembangkan lanskap sektor mereka dengan cara masing-masing. Mereka juga sukses mengubah cara orang berkomunikasi, berbelanja, bersosialisasi, bepergian, dan juga makan.
Sehingga akhirnya, ia memutuskan untuk mengubah fashion menjadi platform transformatif untuk memudahkan orang-orang untuk melakukan pekerjaan sehari-harinya. Platform ini juga bahkan bisa menjangkau wanita yang sadar mode di luar industri.
Baca juga: Gak Punya Laptop, CEO Twitter Kerja Pakai Ponsel
“Untuk industri bernilai miliaran dolar yang membanggakan diri untuk berpikir ke depan, seluruh sistem benar-benar tidak ada harapan,” ungkap Van Houtte yang sempat belajar bahasa Mandarin sebelum memulai karirnya di dunia fashion.
Dilansir dari The New York Times, Senin (09/07/2018), sistem Tagwalk kini jauh lebih baik ketika pertama kali diluncurkan. Van Houtte mengatakan, pada awalnya setiap gambar di dalam Tagwalk ditandai secara manual.
Namun sekarang, sebagian besar proses yang ada di dalam Tagwalk dilakukan menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI). Meski begitu, ia mengakui bahwa masih ada campur tangan manusia untuk memilah gambar sebelum ditayangkan. (BA/FHP)