Telset.id, Jakarta – Para ilmuwan di Amerika kini tengah mengembangkan suatu algoritma yang diklaim dapat mengidentifikasi sex predators atau peredator seks dalam sebuah percakapan online.
Algoritma tersebut diberi nama Chat Analysis Triage Tool (CATT), Alogaritma ini akan menganalisis data dari sebuah percakapan online guna mengidentifikasi keberadaan pemangsa seks.
Seperti telah diketahui, ada banyak sekali kasus pelecehan seksual yang berawal dari sebuah chat atau obrolan online. Para sex predator memanfaatkan obroloan online untuk merayu dan mengajak bertemu dengan calon korban.
Tidak mudah untuk menemukan para pemangsa seks ini dengan banyaknya fasilitas obrolan online. Oleh sebab itu, para peneliti dari Purdue Polytechnic Institute, mengembangkan alat algoritmik yang dapat mengidentifikasi dan menandai para pelaku kejahatan seks.
Dilansir dari Mirror, CATT akan menganalisa data dari sebuah percakapan online guna mengidentifikasi para predator yang sedang merayu anak-anak untuk diajak bertemu.
“Kami telah berhasil mengidentifikasi perbedaan dan faktor berbasis bahasa, serta pengungkapan diri,” kata Dr Kathryn Seigfried-Spellar, yang memimpin penelitian.
Dia menuturkan, pengungkapan diri adalah taktik ketika tersangka mencoba untuk mengembangkan kepercayaan kepada korban dengan berbagi cerita pribadi, yang biasanya mengarah pada obrolan negatif.
“Jika kita dapat mengidentifikasi perbedaan bahasa, maka alat ini dapat mengidentifikasi perbedaan-perbedaan dalam obrolan untuk meninilai risiko dan kemungkinan bahwa orang ini akan mencoba melakukan kontak atau tatap muka dengan korban,” jelasnya.
Karakteristik lain dari sex predator biasanya sering melakukan obrolan dan berlangsung selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan hingga pertemuan tercapai.
Baca juga: Awas! Hacker Mata-mata Menyusup Lewat Aplikasi Android
“Kami berupaya mencegah seorang anak diserang secara seksual,” kata Dr Seifried.
Di masa depan, para peneliti berkeyakinan algoritma tersebut dapat membantu petugas untuk menangkap predator seks.
“Tujuan dari operasi kami bukanlah untuk menjebak orang. Dalam hal ini, ketika pelaku memulai, dan melakukan itu, penegak hukum akan merespons,”katanya.