Telset.id, Jakarta – Penelitian membuktikan bahwa enam dari 10 orang Amerika Serikat beralih ke teknologi untuk bisa tidur. Mereka menggunakan smartphone untuk mengatur waktu tidur dan aplikasi untuk membatasi waktu layar malam.
Bahkan, seperti dikutip Telset.id dari New York Post, Rabu (11/3/2020), mereka menggunakan jam tangan untuk mencatat biometrik. Sekira 57 persen responden mengatakan bahwa teknologi bisa membantu untuk tidur. Dalam hal ini bermanfaat dalam meningkatkan kualitas tidur.
{Baca juga: Lensa Kontak Ini Bisa Atasi Buta Warna}
Tidur tidak sesederhana hanya dengan berbaring dan menutup mata. Di era layar dan detoksifikasi digital, survei terhadap 2.000 orang AS menemukan fakta bahwa 66 persen orang ingin memasukkan lebih banyak teknologi ke dalam rutinitas malam.
Diinisiasi oleh Eight Sleep dan dilakukan oleh OnePoll sebelum Hari Tidur se-Dunia pada 13 Maret 2020, survei tersebut mengamati kebiasaan buruk tidur orang AS dan solusi modern yang dipilih. Hasilnya cukup mencengangkan sebagian orang.
Namun, tidak heran orang mencari sesuatu untuk meningkatkan kualitas tidur. Sebab, sesuai hasil survei, rata-rata responden hanya bisa tidur lima jam tujuh menit per malam alias jauh lebih sedikit dari delapan jam tidur yang direkomendasikan.
{Baca juga: Apple Watch Bakal Bisa Kurangi Risiko Terkena Stroke}
Tidak hanya itu, hampir setengah (48 persen) responden mengaku memiliki jadwal tidur yang tidak konsisten. Rata-rata responden mengalami tiga malam tidur yang terganggu per minggu. Sekitar 52 persen sulit tidur karena terganggu oleh suhu.
“Tubuh manusia memiliki termostat internal. Jadi, ketika siap untuk tidur, otak Anda mulai menurunkan suhu tubuh. Penurunan suhu tubuh yang ringan mengakibatkan tidur,” kata H Craig Heller, profesor biologi di Stanford University.