Telset.id – Kabar mengejutkan datang dari Skydance Games. Marvel 1943: Rise of Hydra, game petualangan bertema Perang Dunia II yang dinanti-nanti, resmi ditunda hingga awal 2026. Padahal, game ini semula dijadwalkan rilis tahun ini. Apa alasan di balik keputusan ini?
Menurut pernyataan resmi Skydance Games, penundaan dilakukan untuk “memberikan sentuhan akhir yang lebih sempurna.” Alasan klasik, tapi selalu relevan. Bukankah lebih baik menunggu sedikit lebih lama untuk mendapatkan pengalaman bermain yang mulus, ketimbang menghadapi bug yang mengganggu?
Meski demikian, kabar ini tentu mengecewakan para penggemar Marvel yang sudah tidak sabar menantikan game ini. Marvel 1943: Rise of Hydra adalah game naratif dengan empat karakter yang bisa dimainkan, termasuk dua ikon besar: Black Panther dan Captain America. Berlatar Paris yang diduduki Nazi selama Perang Dunia II, game ini menjanjikan petualangan epik dengan sentuhan sejarah.
Tim di Balik Layar: Amy Hennig dan Warisannya
Game ini dikembangkan oleh Amy Hennig, nama yang tidak asing bagi para pecinta game. Hennig adalah sosok di balik kesuksesan seri Uncharted, di mana ia bertindak sebagai penulis utama untuk tiga game pertama. Ia juga pernah menjadi creative director untuk franchise Legacy of Kain. Dengan rekam jejak seperti itu, tidak heran jika ekspektasi terhadap Marvel 1943: Rise of Hydra sangat tinggi.
Hennig kini mengepalai studio baru di bawah naungan Skydance, dan game Marvel ini menjadi proyek pertamanya. Bagi yang mengenal karyanya, narasi yang mendalam dan karakter yang kuat adalah ciri khasnya. Apakah Marvel 1943: Rise of Hydra akan menjadi game terbaiknya? Kita tunggu saja.
Mengapa Penundaan Bisa Jadi Berita Baik?
Meski penundaan selalu mengecewakan, ada sisi positifnya. Industri game penuh dengan contoh game yang dirilis terlalu cepat dan berakhir dengan bencana. Cyberpunk 2077 adalah pelajaran berharga—rilis prematur bisa merusak reputasi game sekalipun dikembangkan oleh studio ternama.
Dengan tambahan waktu pengembangan, tim Hennig memiliki kesempatan untuk memastikan setiap elemen game—mulai dari mekanik permainan, grafis, hingga narasi—benar-benar matang. Jika hasilnya sesuai harapan, penantian ini akan terbayar lunas.
Jadi, meski harus menunggu hingga 2026, setidaknya kita tahu bahwa Skydance Games tidak mau mengorbankan kualitas. Bagaimana pendapat Anda? Apakah Anda rela menunggu demi pengalaman bermain yang sempurna, atau lebih suka game rilis tepat waktu meski berisiko bug?