Telset.id, Jakarta – Seorang remaja asal Australia dinobatkan sebagai jawara dalam kompetisi drone dunia, yang digelar Federasi Olahraga Udara Dunia (FAI) di Shenzhen, Cina, baru-baru ini. Berkat kemenangannya ini, ia diganjar hadiah sebesar US$ 24.000 atau sekitar Rp 355 juta.
Rudi Browning, demikian remaja ini dipanggil, berhasil mengalahkan 127 pembalap drone lainnya yang berasal dari 34 negara.
“Saya memimpikan ini, dan senang sekali karena ini menjadi kenyataan. Saya tidak bisa lebih bahagia,” kata Browning yang berusia 15 tahun ini, seperti dilansir Digitaltrends, Selasa (6/11/2018).
Drone Racing Championship sendiri merupakan ajang uji kemampuan bagi para pembalap drone dalam menangani quadcopter berkecepatan tinggi, dan mengemudikannya di sekitar lapangan yang diterangi lampu neon dengan banyak tikungan tajam dan rintangan seperti lingkaran dan gerbang yang ditempatkan di sepanjang jalan.
Disini, seorang pembalap menjejajah lapangan dengan menggunakan kacamata yang mengalirkan umpan video langsung dari drone yang dilengkapi kamera saat mereka memandunya di trek dengan kecepatan 100 mph. Sekitar 7.000 lampu LED terpasang di lapangan seluas 650 meter yang menjadi tempat perlombaan.
“Saya berusaha sebaik mungkin untuk menang. Ada keberuntungan disini, disamping skill, jadi semuanya datang bersamaan dan saya sangat bahagia.,” pungkas Browning.
Huge crashes, high speeds, and incredible performances: The #WDRC2018 had them all! ???
Relive all the thrills and spills from the FAI World Drone Racing Championships!#flytoshenzhen@NoosphereGlobal pic.twitter.com/C4AB8T3KBP
— FAI (@airsports_fai) November 4, 2018
Kompetisi balap drone ini sendiri disiarkan secara langsung di stasiun TV Cina. Lomba balap drone pertama di dunia oleh FAI ini dirancang untuk menyoroti beberapa pembalap drone terbaik dunia dalam olahraga yang secara bertahap mendapatkan pengakuan global.
Sebelumnya, ajang balap drone juga pernah diselenggarakan oleh University of Florida di Amerika Serikat. Bedanya, di ajang ini drone dikendalikan dengan pikiran.
Apa yang dilakukan oleh para mahasiswa di Universitas Florida ini memang nampak keren, karena kita seperti melihat adegan yang ada di film X-Men, dimana dengan menggunakan kekuatan pikiran, orang bisa menggerakkan sebuah benda.
Untuk menjalankan drone, para ‘pilot’ yang bertanding menggunakan headset electroencephalogram dengan teknologi Brain Computer Interface. Perangkat ini berfungsi untuk membaca atau menerjemahkan sinyal elektrik yang terpancar dari syaraf otak pengguna.
Perangkat canggih ini dapat membaca aktivitas otak pengguna. Aktivitas yang terekam itulah yang kemudian diterjemahkan sebagai perintah untuk mengendalikan drone, seperti “maju ke depan” atau “berbelok ke kanan dan kiri”. [IF/HBS]