Antartika, benua yang sering diromantisasi sebagai tanah eksotis penuh misteri, ternyata menyimpan sisi gelap yang bisa mendorong manusia ke batas mentalnya. Baru-baru ini, sebuah insiden mengejutkan terjadi di Sanae IV, pangkalan riset milik Afrika Selatan di Antartika. Anggota tim ilmuwan yang terjebak di sana dilaporkan mengalami gangguan mental hingga menyerang rekan-rekannya. Bagaimana kondisi ekstrem Antartika bisa membuat manusia “gila”? Mari kita telusuri lebih dalam.
Antartika: Bukan Hanya Dingin, Tapi Juga Menakutkan
Dr. Herman Van Niekerk, ahli geologi dari Universitas Johannesburg, baru saja kembali dari ekspedisi dua bulan di Sanae IV. Ia menggambarkan Antartika sebagai tempat yang jauh dari gambaran romantis yang sering dibayangkan. “Ketika orang menyadari apa yang menunggu mereka, yah, tak banyak yang merasa mampu melakukannya,” ujarnya kepada The Telegraph. Cuaca ekstrem, isolasi yang parah, dan kegelapan yang hampir total selama 10 bulan membuat benua ini menjadi ujian berat bagi mental manusia.
Van Niekerk menceritakan pengalamannya membawa mahasiswa ke Antartika. Beberapa dari mereka tidak mampu menghadapi tekanan psikologis yang muncul akibat ketiadaan perspektif visual. “Anda tidak dapat menilai jarak dalam warna putih yang membentang luas. Itu bisa membuat orang kehilangan kendali,” tambahnya. Bahkan, seorang mahasiswa ketakutan hingga menolak meninggalkan tenda untuk kembali ke pangkalan.
Insiden Menyeramkan di Sanae IV
Dalam situasi yang digambarkan seperti adegan film horor, salah satu dari sembilan anggota kru mengirim email putus asa tentang rekan kerjanya yang berperilaku kasar. Email tersebut menyebutkan bahwa rekan tersebut memukul, mengancam, dan melecehkan anggota tim lainnya. “Saya tetap sangat khawatir tentang keselamatan saya sendiri, terus-menerus bertanya apa saya mungkin jadi korban berikutnya,” tulis email itu.
Meskipun semua anggota kru telah menjalani tes psikologi sebelum berangkat, Van Niekerk menegaskan bahwa Antartika memiliki cara unik untuk mengungkap sisi gelap manusia. “Orang-orang mengungkap siapa mereka ketika terpapar kondisi ekstrem,” katanya. Tanpa adanya petugas keamanan di pangkalan, situasi ini menjadi semakin berbahaya. “Ada dokter, mekanik, dan anggota badan antariksa, tapi tidak ada yang bertanggung jawab atas keamanan,” jelasnya.
Hidup di Pinggiran Peradaban
Kehidupan di Antartika bukan hanya tentang menghadapi cuaca ekstrem. Musim dingin yang panjang membuat pangkalan berada dalam kegelapan hampir total selama 10 bulan. “Ketika tak ada siang hari, Anda khawatir orang memasuki siklus waktu berbeda, dengan beberapa orang terjaga sementara yang lain tidur. Ini adalah lingkungan yang sangat sulit,” ujar Van Niekerk.
Pangkalan Sanae IV sendiri terdiri dari tiga blok utama. Blok A menampung laboratorium, akomodasi, dan rumah sakit. Blok B memiliki bar, ruang permainan, dan ruang film, sementara Blok C mencakup mesin vital seperti generator dan penyimpanan air. Meskipun fasilitas ini terlihat lengkap, kehidupan di sana tetap penuh tantangan. “Anda harus membuat cadangan makanan bertahan sepanjang musim,” kata Van Niekerk.
Romansa pun kadang terjadi di tengah kesepian yang mendalam. “Mereka manusia dan Anda tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi. Hubungan memang dimulai di sana. Saya tahu orang-orang yang berada di sana pada tahun 2016-17. Mereka bertemu dan menikah dan sekarang punya dua anak,” kisahnya.
Evakuasi yang Hampir Mustahil
Jika terjadi insiden serius, evakuasi dari Antartika bukanlah hal yang mudah. “Butuh 10-14 hari dengan perahu dan kemudian naik helikopter jika cuaca memungkinkan di musim panas. Musim dingin akan sulit. Saya rasa kami takkan melihat orang-orang itu lagi hingga Desember,” ungkap Van Niekerk. Kondisi ini membuat kru yang terjebak harus bertahan dengan segala risiko yang ada.
Antartika memang bukan untuk semua orang. Benua ini menuntut ketahanan fisik dan mental yang luar biasa. Bagi mereka yang berhasil bertahan, pengalaman ini akan menjadi cerita yang tak terlupakan. Namun, bagi yang tidak siap, Antartika bisa menjadi mimpi buruk yang nyata.
