Telset.id, Jakarta – Sekitar 40 persen atau 600 dari lebih 1.500 pemodal atau investor ventura (VC) di Silicon Valley didominasi oleh alumni dari universitas Harvard dan Stanford. Kedua universitas swasta tersebut memang sudah dikenal paling bergengsi dan eksklusif di Amerika Serikat.
Data tersebut dikompilasi oleh Richard Kirby, salah satu VC hitam Silicon Valley, seperti dilansir zdnet.com, Kamis (2/8/2018).
Menurut Kirby, komunitas modal ventura Silicon Valley tidak hanya berasal dari kelas sosial ekonomi yang sama tetapi juga secara harfiah berasal dari kelas yang sama. Sebelumnya dia mengumpulkan data serupa pada 2016 lalu.
Dalam perkembangannya, ternyata dia menemukan perubahan dari data yang ada. VC orang kulit putih turun sedikit menjadi 70 persen dari total 74 persen, VC Asia naik sedikit dari 23 persen menjadi 26 persen, jumlah VC hitam tumbuh dari 2 persen menjadi 3 persen.
Baca juga: Ini Rahasia Silicon Valley Jadi Markas Raksasa Teknologi
Sementara itu, tidak ada perubahan untuk VC Hispanik (1 persen). Namun ada lompatan signifikan hingga 18 persen dari sebelumnya 11 persen VC perempuan.
“Meskipun telah ada peningkatan setelah dua tahun, kami masih punya jalan panjang untuk meningkatkan keragaman dalam industri ini, ” ujar Kirby.
Ia juga mengungkapkan, bahwa sekitar 50 persen dari VC orang kulit hitam di Silicon Valley juga merupakan alumni dari universitas Harvard dan Stanford.
Baca juga: Saat Silicon Valley Mulai Terusik China
Kendati begitu, dia mengaku terkejut melihat betapa piciknya industri teknologi di Silicon Valley saat ini. Pasalnya hanya ada dua alumni perguruan tinggi AS dan pria kulit putih yang mendominasi permodalannya.
“Dengan 82 persen industri adalah laki-laki, hampir 60 persen dari industri adalah laki-laki kulit putih, dan 40 persen industri berasal dari hanya dua lembaga akademis, maka tidak mengherankan jika industri ini terasa begitu sempit dan kurang meritokrasi tetapi lebih dari itu, sebuah mirrortokrasi. ” jelas dia.
Kurangnya keragaman dalam komunitas VC Silicon Valley menurutnya tercermin dalam jenis usaha yang didanai, dimana sangat sedikit perusahaan yang dipimpin minoritas atau yang dipimpin oleh perempuan yang menerima investasi.
Baca juga: Masih Baru, Startup Lady Gaga Dilirik Silicon Valley
Ini berarti bahwa bias budaya membuat VC buta terhadap ide bisnis yang berpotensi sukses. Perusahaan VC yang mampu melihat melampaui penghalang buatan itu dipastikan bisa mendapat kemenangan besar. [WS/HBS]
Sumber: ZDNet