Telset.id, Jakarta – Keberadaan makhluk asing luar angkasa kabarnya mulai terdeteksi. Artificial Intelligence (AI) yang sengaja dibuat untuk menemukan bukti kehidupan di luar angkasa telah mendeteksi 72 sinyal misterius yang berasal dari luar angkasa.
Sistem yang dibangun oleh proyek Breakthrough Listen, menemukan spotted new fast radio bursts (FRBs) yang berasal dari ‘repeater’ FRB 121102 yang berjarak 3 miliar tahun cahaya dari Bumi.
Dilansir dari metro.co.uk, biasanya, FRB tertangkap saat terjadi ‘outburst’ atau ledakan tunggal yang terjadi hanya sekali.
Tapi repeater yang disebut FRB 121102 adalah satu-satunya sumber ledakan yang terjadi berulang-ulang, termasuk 21 ledakan yang terdeteksi pada tahun 2017.
Baca juga: Teknologi AI Bisa Deteksi Manusia di Balik Dinding
Para ilmuwan tidak dapat menjelaskan asal-usul ledakan gelombang radio itu, tetapi mereka menduga itu disebabkan oleh bintang neutron, lubang hitam supermasif atau kemungkinan teknologi yang dibangun oleh peradaban alien yang sudah maju.
Sinyal terdeteksi dengan menggunakan AI untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan oleh Green Bank Telescope di West Virginia. Semua ledakan dihasilkan selama satu jam, menunjukkan bahwa sumber bergantian antara periode diam dan aktivitas hiruk pikuk.
“Tidak semua penemuan berasal dari pengamatan baru,” kata Direktur EksekutifBreakthrough Initiatives, Pete Worden.
Baca juga: Ilmuwan Kirim Lagu untuk Alien, Apa Balasannya?
“Dalam hal ini, itu pintar, pemikiran asli diterapkan pada dataset yang ada. Ini telah menambah pengetahuan kita tentang salah satu misteri yang paling menarik dalam astronomi,” ujar Worden.
Meski demikian, para ilmuwan belum dapat mengidentifikasi proses yang menghasilkan semburan gelombang radio pendek dan tajam, yang berarti tidak mungkin untuk memutuskan bahwa mereka tidak dibuat oleh alien.
“Ledakan radio sangat cepat karena durasi dan asal mereka yang pendek pada jarak yang sangat jauh, dan kami belum mengidentifikasi sumber alam yang mungkin dengan keyakinan apa pun,” kata Avi Loeb, dari Harvard-Smithsonian Centre for Astrophysics research institute, mengatakan pada tahun 2011. [BA/HBS]
Sumber: Metro.co.uk