Vivo X300 vs Xiaomi 17: Duel Flagship Android 2025 yang Sengit

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id – Musim duel flagship Android telah tiba di China, dan dua punggawa terbaru—Vivo X300 dan Xiaomi 17—siap memamerkan taring mereka. Di atas kertas, keduanya hadir dengan prosesor teranyar, layar top-tier, dan baterai yang lebih besar. Tapi, apa yang sebenarnya membedakan kedua raksasa ini di balik spesifikasi mengkilap mereka?

Pertarungan antara Vivo dan Xiaomi kali ini bukan sekadar soal angka dan klaim marketing. Ini tentang filosofi desain, pendekatan performa, dan prioritas pengalaman pengguna yang berbeda. Mari kita selami lebih dalam apa yang ditawarkan kedua flagship 2025 ini, karena pilihan Anda mungkin akan menentukan bagaimana Anda berinteraksi dengan teknologi dalam beberapa tahun ke depan.

Dari segi dimensi, kedua ponsel ini memang mirip—sekitar 150mm tinggi dengan berat di bawah 200 gram. Mereka adalah slab premium yang dirancang untuk mengesankan sekaligus nyaman digenggam. Tapi di sinilah kesamaan berakhir. Vivo X300 menggunakan kaca di kedua sisi dengan rangka aluminium alloy, sementara Xiaomi 17 memilih Dragon Crystal Glass di depan yang dipadukan dengan rangka aluminium.

Kedua ponsel memiliki rating IP68, artinya mereka tahan terhadap cipratan air dan lingkungan berdebu. Namun, Vivo melangkah lebih jauh dengan sertifikasi IP69 yang memungkinkannya bertahan dari semprotan air bertekanan tinggi. Fitur yang jarang ditemukan bahkan di kalangan flagship sekalipun, meski dalam penggunaan sehari-hari mungkin tidak terlalu berdampak signifikan.

Layar: Kecerahan vs Dolby Vision

Kedua smartphone menggunakan panel LTPO AMOLED dengan refresh rate 120Hz dan PWM dimming 2160Hz, yang lebih ramah mata pada kecerahan rendah. Layar Vivo X300 berukuran 6.31 inci, sementara Xiaomi 17 sedikit lebih kecil di 6.3 inci.

Di sinilah Vivo unggul: X300 mencapai puncak kecerahan 4.500 nits, mengalahkan Xiaomi 17 yang berhenti di 3.500 nits. Keduanya sangat terang dan memberikan visibilitas luar ruangan yang excellent, terlepas dari angka-angka tersebut.

Dalam hal warna, kedua layar mendukung HDR10+, HDR Vivid, dan advanced tone mapping. Xiaomi menambahkan Dolby Vision ke dalam paket, memberikan keunggulan saat menonton konten yang mendukung di platform seperti Netflix atau YouTube. Resolusi keduanya berada di kisaran 1220-1260p, menawarkan teks yang tajam dan visual yang mulus.

Performa: MediaTek vs Snapdragon

Dua pendekatan yang sangat berbeda dalam hal performa. X300 menggunakan chip MediaTek Dimensity 9500, prosesor 3nm dengan core ARM C1 yang diklaim hingga 4.21GHz. Xiaomi, di sisi lain, mengandalkan Qualcomm Snapdragon 8 Elite Gen 5, juga dibangun dengan proses 3nm dan dilengkapi core custom Oryon V3 yang berjalan hingga 4.6GHz.

Di atas kertas, arsitektur Snapdragon memiliki keunggulan. Chip ini menggunakan dua core Oryon V3 Phoenix L 4.6GHz dan enam core Phoenix M 3.62GHz, dipasangkan dengan GPU Adreno 840—menghadirkan performa gaming dan komputasi tingkat atas. Core C1-Ultra 4.21GHz dan C1-Premium 3.5GHz dari Dimensity 9500 tidak jauh tertinggal, dan GPU Arm G1-Ultra MediaTek juga cukup powerful.

Dalam penggunaan nyata, kedua ponsel terasa sangat cepat. Scrolling, multitasking, dan gaming berjalan tanpa hambatan. OriginOS 6 Vivo (berbasis Android 16) terasa smooth dan responsif, sementara HyperOS 3 Xiaomi menawarkan kustomisasi mendalam dan performa yang sama slick-nya.

Kamera: 200MP vs Pendekatan Tradisional

Ini adalah area yang paling menarik. Vivo X300 menampilkan sensor utama 200MP berani dengan OIS, telephoto periskop 50MP, dan ultrawide 50MP. Sistem ini disetel oleh Zeiss dan mencakup lapisan lensa Zeiss T*, autofocus laser, bahkan impor 3D LUT untuk pekerjaan warna tingkat pro.

Xiaomi 17, sementara itu, tetap pada setup triple 50MP yang lebih tradisional—50MP utama, 50MP telephoto (2.6x optical), dan 50MP ultrawide—dengan optik yang dikembangkan bersama Leica. Kedua ponsel menawarkan performa kamera flagship, dan kualitas akhir akan bergantung pada tuning ISP dan post-processing.

Namun, Vivo memegang keunggulan jelas dalam fleksibilitas, berkat dukungan untuk aksesori fotografi eksternal, termasuk telephoto extender yang dapat menghasilkan bidikan tajam hingga 200mm. Di depan, kedua perangkat menggunakan kamera selfie 50MP dengan dukungan video 4K, tetapi Xiaomi melangkah lebih jauh dengan capture video HDR10+ dan gyro-EIS.

Baterai: Daya Tahan vs Kecepatan Isi Ulang

Masa pakai baterai adalah area di mana Xiaomi mendominasi. Xiaomi 17 mengemas sel baterai besar 7.000mAh bersama pengisian daya kabel 100W, nirkabel 50W, dan pengisian nirkabel terbalik 22.5W. Baterai 6.040mAh Vivo dengan pengisian kabel 90W dan nirkabel 40W masih menawarkan daya tahan kuat, dengan mudah bertahan sehari setengah, tetapi Xiaomi jelas lebih jauh.

Perbedaan antara 6.040mAh dan 7.000mAh akan terasa, terutama untuk pengguna berat. Bagi Anda yang sering melakukan perjalanan atau menghabiskan banyak waktu jauh dari stopkontak, keunggulan Xiaomi dalam hal ini mungkin menjadi penentu.

Audio dan Konektivitas

Kedua ponsel melewatkan jack headphone tetapi menampilkan speaker stereo. Setup Xiaomi disetel untuk Dolby Atmos dan Snapdragon Sound, dengan pemutaran Hi-Res 24-bit/192kHz. Speaker Vivo bersih, tetapi tanpa branding Dolby.

Konektivitas adalah top-tier di kedua perangkat, termasuk Wi-Fi 7, Bluetooth 5.4, NFC, infrared, dan GPS multi-band. Vivo menambahkan dukungan eSIM secara internasional, yang tidak dimiliki Xiaomi, sementara Xiaomi menyertakan output DisplayPort melalui USB-C, memungkinkannya terhubung langsung ke monitor.

Seperti yang kami bahas dalam komparasi Vivo X300 Pro vs Oppo Find X9 Pro, pilihan fitur konektivitas sering kali menjadi pembeda halus antara flagship yang satu dengan lainnya.

Verdict: Dua Filosofi Berbeda

Vivo X300 dan Xiaomi 17 menunjukkan bagaimana dua merek dapat mendekati ide yang sama: flagship kompak 2025. Vivo X300 menonjol dengan layar yang lebih terang, kamera 200MP yang disetel Zeiss, dan desain yang lebih bersih. Ini ideal untuk pengguna yang memprioritaskan fotografi dan estetika.

Xiaomi 17 bersinar dengan baterai besar, tuning Leica, performa Snapdragon, dan audio superior. Ini lebih cocok untuk power user yang menghargai daya tahan dan fleksibilitas. Tidak ada pemenang mutlak—hanya dua flagship yang unggul dengan caranya masing-masing.

Bagi Anda yang penasaran dengan varian Pro dari lini X300, rilis global Vivo X300 Pro bulan depan mungkin patut ditunggu, meski dengan kompromi tertentu untuk pasar Eropa.

Jadi, mana yang sesuai dengan kebutuhan Anda? Apakah Anda fotografer mobile yang menginginkan fleksibilitas maksimal, atau power user yang tak ingin khawatir kehabisan baterai sepanjang hari? Keduanya adalah pilihan outstanding, hanya dengan prioritas yang berbeda.

TINGGALKAN KOMENTAR
Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI