Telset.id, Jakarta – Uber menggugat pemerintah New York karena kebijakan pembatasan lisensi baru yang diberikan kepada pengemudi layanan kendaraan online. Kebijakan ini keluar enam bulan setelah Dewan Kota memberlakukan peraturan tahunan untuk mengurangi kemacetan.
Dilansir UPI, Uber mengajukan gugatan di pengadilan negara bagian New York. Layanan ride-hailing ini mengatakan bahwa peraturan itu anti-kompetitif dan melebihi otoritas kota.
“Pembatasan layanan, pertumbuhan, dan persaingan oleh industri kendaraan sewaan memiliki dampak yang tidak proporsional bagi penduduk di luar Manhattan yang telah lama terlayani oleh taksi dan angkutan massal,” kata gugatan Uber.
{Baca juga: Jepang Caplok Mayoritas Saham Uber dan Lyft}
Pada bulan Agustus 2018, kota New York membatasi jumlah kendaraan berbagi perjalanan yang diizinkan di jalan-jalannya dan mengharuskan perusahaan membayar upah minimum kepada pengemudi mereka.
Hampir 106.000 kendaraan sewaan, termasuk limosin dan kendaraan tumpangan, dilisensikan untuk beroperasi di kota New York. Ini naik 60 persen dari 2016.
“Tidak ada tantangan hukum yang mengubah fakta bahwa Uber memperburuk kemacetan di jalan-jalan dan membayar pengemudi mereka kurang dari upah minimum,” kata Seth Stein, juru bicara Walikota kota New York, Bill de Blasio.
Uber mengatakan ada cara lain untuk mengurangi kemacetan di kota. “Kami setuju bahwa memerangi kemacetan adalah prioritas, itulah sebabnya kami mendukung visi negara untuk penetapan harga,” kata juru bicara Uber, Harry Hartfield.
{Baca iuga: Gandeng Uber, BMW Bakal Bikin Taksi Online di China}
Uber mengatakan batasan itu akan memperpanjang waktu tunggu dan aksesibilitas, terutama di komunitas minoritas di wilayah luar kota. Komisi Taksi dan Limusin kota mengatakan dapat mengangkat moratorium di lingkungan tertentu jika mengamati waktu tunggu yang lebih lama.
“Dengan lebih dari 80.000 mobil Uber di jalan, tidak ada pengemudi yang bisa mendapatkan cukup tarif untuk memberi makan keluarganya,” kata aliansi itu.
“Uber menciptakan krisis kemacetan di jalan-jalan kita. Uber menyebabkan krisis penurunan pendapatan bagi semua pengemudi. Dan Uber memperburuk krisis MTA, menyedot pendapatan dari angkutan umum dengan mensubsidi ongkos penumpang.” [BA/IF]