Telset.id, Jakarta – Troll internet mengarahkan beberapa situs aneh ke halaman kampanye untuk Presiden Donald Trump dan sang kompetiror, Joe Biden. Gangguan itu muncul jelang pemilihan presiden AS.
Troll internet kali pertama muncul pada awal bulan lalu. Antifa.com secara aneh mengarahkan ke joebiden.com. Namun, tontonan situs muncul beberapa URL aneh dan masuk ke halaman kampanye milik Trump.
{Baca juga: Lagi, Twitter Hapus Kicauan Presiden Donald Trump}
Menurut New York Post, seperti dikutip Telset.id, Rabu (2/9/2020), gangguan itu termasuk referensi ke mantra Demokrat bahwa Trump memiliki hubungan dengan Rusia, iamarussianspy.com dan russiapuppet.com.
Kemudian, ada iamabonehead.com dan mengacu kepada rekaman terkenal “Access Hollywood”, grabamericabythep—y.com. Bahkan, antifaleadership.com juga dialihkan ke situs Trump, donaldjtrump.com.
Sementara itu, situs berniesander.com yang salah eja membawa pengguna langsung ke halaman Biden. Sekadar informasi, Biden adalah lawan Trump pada pemilihan presiden Amerika Serikat periode ini.
Situs Antifa telah ada selama beberapa waktu. Berdasarkan penulusuran melalui situs pencarian domain Whois, antifa.com dibuat pada 2002 silam. Lain hal, situs antifaleadership.com terdaftar pada 2011 lalu.
{Baca juga: Sekelompok Peretas Coba Gagalkan Pencalonan Donald Trump}
Domain lain yang dialihkan ke Trump semuanya dibuat dalam tiga hari terakhir oleh pendaftar yang informasinya bersifat pribadi. Pihak Trump maupun Biden belum memberi respons mengenai gangguan tersebut.
Ini bukan pertama kali kedua kandidat presiden AS itu “diusulin” para hacker. Sebelumnya kelompok hacker China dan Iran disebutkan sedang menargetkan serangannya pada Trump dam Biden.
Serangan telah diamati oleh Google Threat Analysis Group (TAG), sebuah divisi di dalam departemen keamanan Google yang melacak kelompok hacker China dan Iran.
“Baru-baru ini TAG melihat kelompok APT China menargetkan staf kampanye Biden, dan APT Iran menargetkan staf kampanye Trump dengan serangan phishing,” kata Shane Huntley, kepala Google TAG, seperti dikuti dari Daily Mail.
Huntley mengatakan Google tidak melihat tanda-tanda keberhasilan dari serangan itu. Dia mengatakan Google memberitahu pengguna yang ditargetkan tentang adanya upaya serangan.
{Baca juga: Trump dan Biden Jadi Sasaran Hacker China dan Iran}
Huntley menyebutkan, bahwa mereka (kelompok perertas) menggunakan pesan bawaan Gmail untuk memberi sinyal “serangan yang disponsori negara”, dan kemudian juga sudah memberi tahu lembaga penegak hukum AS.
Huntley mengatakan kelompok di balik serangan itu adalah APT31 yang menargetkan serangan pada tim kampanye Biden, dan APT35 yang mengarahkan serangannya pada tim kampanye Trump. [SN/HBS]