Telset.id – Kabar buruk datang dari Tesla. Perusahaan otomotif listrik pimpinan Elon Musk ini melaporkan penurunan laba hingga 71% pada kuartal pertama 2025. Penjualan kendaraan listrik yang jauh lebih rendah dari perkiraan menjadi penyebab utama anjloknya kinerja keuangan perusahaan.
Dalam laporan keuangan yang dirilis Selasa (22/4/2025), Tesla mencatat pendapatan sebesar $19,3 miliar, turun 9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Perusahaan memproduksi 362.000 unit kendaraan dan menyerahkan lebih dari 336.000 unit ke konsumen. Namun, penjualan Model 3 dan Model Y turun 12%, sementara kategori yang mencakup Cybertruck merosot 24%.
Elon Musk, yang belakangan kerap dikaitkan dengan kontroversi politik dan isu ekstremisme kanan, tampak lesu dalam konferensi pers hasil keuangan. Ia berusaha memberikan sentuhan optimis dengan mengumumkan layanan taksi otonom yang akan diluncurkan di Texas pada Juni mendatang. Namun, antusiasme publik langsung mereda ketika Musk mengklarifikasi bahwa layanan tersebut akan menggunakan Model Y, bukan Cybercab seperti yang diharapkan banyak orang.
Baca Juga:
Cybertruck dan Kontroversi Elon Musk
Cybertruck, yang mulai dikirim ke konsumen akhir 2023, tampaknya menjadi produk yang paling terdampak citra negatif Musk. Setelah CEO Tesla ini mulai mengungkapkan pandangan rasis dan antisemit, banyak konsumen yang enggan membeli kendaraan yang sangat identik dengan Musk. “Pemilik Cybertruck dianggap sepenuhnya mendukung agenda Musk, sementara pemilik Model 3 dan Model Y masih diberi toleransi karena mobil tersebut dirilis sebelum Musk menunjukkan wajah aslinya,” tulis analis pasar.
Masa Depan Tesla di Bawah Tekanan
Tesla juga menghadapi tantangan besar dari kebijakan tarif impor tinggi pemerintahan Trump. Meskipun kendaraan Tesla dijual di AS diproduksi di California dan Texas, banyak komponennya diimpor dari negara lain dan dikenakan tarif 25%. Musk mengeluhkan hal ini dalam konferensi pers, meski ia berusaha menjaga jarak dengan mengatakan, “Saya hanya salah satu penasihat presiden, bukan presiden sendiri.”
Selain itu, Tesla semakin sering menjadi sasaran protes dan vandalisme sejak Musk meluncurkan DOGE (Department of Government Efficiency), sebuah inisiatif kontroversial yang memangkas ribuan pekerjaan di lembaga federal. Musk menuduh protes tersebut “dibayar” oleh pihak tertentu, meski tidak pernah memberikan bukti.
Dengan laba per saham yang hanya 27 sen—jauh di bawah perkiraan analis sebesar 41 sen—masa depan Tesla di kuartal berikutnya tetap suram. Satu-satunya titik terang adalah pendapatan $595 juta dari kredit karbon. Tanpa itu, Tesla bahkan akan mencatat kerugian operasional.
Apakah Tesla bisa bangkit? Jawabannya tergantung pada apakah Musk bisa fokus kembali pada bisnis inti dan mengurangi kontroversi pribadinya. Jika tidak, nasib perusahaan listrik ini mungkin akan semakin terpuruk.