Telset.id – Merger XL Axiata dan Smartfren menjadi XLSmart tidak hanya membawa angin segar bagi industri telekomunikasi Indonesia, tetapi juga konsekuensi regulasi yang harus dipatuhi. Salah satunya adalah pengembalian spektrum frekuensi 900MHz seluas 2×7,5MHz kepada pemerintah. Bagaimana langkah XLSmart menghadapi hal ini, dan apa implikasinya bagi pelanggan?
Dalam acara peresmian operasional XLSmart di Plataran Hutan Kota, Jakarta, Jumat (18/4/2025), Chief Regulatory Officer Merza Fachys menegaskan komitmen perusahaan untuk mematuhi peraturan pemerintah. “Kami pasti akan mengikuti peraturan. Sesuai perjanjian, spektrum 900MHz harus dikembalikan selambat-lambatnya Desember 2026,” ujarnya. Bahkan, XLSmart berharap dapat menyelesaikan proses ini lebih cepat.
Integrasi Jaringan Tanpa Gangguan
Rajeev Sethi, Presiden Direktur sekaligus CEO XLSmart, menekankan bahwa pelanggan tetap menjadi prioritas utama. “Apa pun yang kami lakukan, fokusnya adalah pelanggan—baik dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang,” tegasnya. XLSmart berjanji bahwa proses integrasi jaringan pascamerger tidak akan mengganggu kenyamanan pengguna.
Lebih lanjut, Sethi menjanjikan sejumlah peningkatan layanan, termasuk bundling inovatif, perluasan jaringan, dan digitalisasi layanan pelanggan. “Kami hadir dengan skala baru, infrastruktur gabungan, dan spektrum yang lebih luas,” tambahnya. Namun, tantangan terbesar adalah memastikan transisi pengembalian spektrum berjalan mulus tanpa mengurangi kualitas layanan.
Dampak Pengembalian Spektrum 900MHz
Frekuensi 900MHz dikenal memiliki jangkauan luas dan penetrasi yang baik di area indoor, sehingga sering digunakan untuk layanan suara dan data dasar. Pengembalian pita frekuensi ini ke pemerintah bisa memengaruhi kapasitas jaringan XLSmart, terutama di daerah terpencil. Namun, dengan spektrum gabungan dari XL Axiata dan Smartfren, perusahaan memiliki cadangan frekuensi lain untuk mengkompensasi hal ini.
Pemerintah, di sisi lain, berpeluang mengalokasikan spektrum yang dikembalikan untuk kebutuhan lain, seperti pengembangan jaringan 5G atau operator baru. Keputusan Komite Digital Nasional (Komdigi) akan menjadi kunci dalam menentukan nasih frekuensi ini.
XLSmart juga mendapat tugas dari Komdigi untuk membangun 8.000 BTS baru. Jika target ini tidak tercapai, sanksi menanti. Namun, dengan sumber daya gabungan dua raksasa telekomunikasi, optimisme tetap tinggi.
Jadi, apa yang bisa diharapkan pelanggan? Dengan komitmen XLSmart untuk menjaga kualitas layanan dan inovasi yang dijanjikan, merger ini berpotensi membawa angin segar—asal proses transisi spektrum dikelola dengan baik. Bagaimana pendapat Anda?