Telset.id, Jakarta – Membuat pabrik nyatanya tak lantas membuat Vivo memenuhi aturan TKDN (Tingkat kandungan Dalam Negeri) yang ditetapkan pemerintah Indonesia. Dimana diketahui menjadi 30 persen per Januari 2017 mendatang. Saat ini, seperti diungkapkan Product Manager Vivo Indonesia, Kenny Chandra, TKDN yang berhasil dipenuhi Vivo untuk produk-produknya yang berbasis 4G – termasuk Vivo V5 yang hari ini diluncurkan, adalah baru 20 persen.
“Tahun ini TKDN kita 20 (persen), tahun depan akan naik 30 (persen). Kita ikutin terus kok semuanya, apa yang menjadi aturan pemerintah,” katanya.
Ia menjelaskan, sejumlah cara pun akan dilakukan Vivo guna memenuhi kekurangan TKDN 10 persen itu, salah satunya adalah dengan menggandeng beberapa software house lokal, yang memang menjadi salah satu pilihan juga bagi vendor untuk dapat memenuhi aturan TKDN.
“Saat ini kita belum kerjasama dengan siapa-siapa. Masih mencari,” imbuhnya.
Namun, mengingat fokus utama perusahaan adalah pada kamera dan musik, Kenny mengatakan bahwa developer-developer yang nantinya akan digandeng pun kemungkinan besar akan berasal dari ranah itu.
Sekedar informasi, saat ini hanya ada dua skema investasi yang ditawarkan terkait TKDN. Kedua skema yang dimaksud adalah investasi 100 persen software dan investasi 100 persen hardware. Masing-masing dengan syarat turunan yang berbeda.
Untuk TKDN Hardware, misalnya, komposisinya adalah manufaktur 70 persen, pengembangan 20 persen, dan aplikasi 10 pesen. Sementara TKDN Software meliputi aplikasi 70 persen, pengembangan 20 persen, dan manufaktur 10 persen.
Saat ini, Vivo telah memenuhi satu dari beberapa komposisi tersebut, dengan telah membangun pabrik yang berlokasi di daerah Cikupa, Tangerang. Disebut Kenny, pabrik tersebut adalah pabrik milik Vivo sendiri. Di sinilah semua ponsel Vivo yang ada di Indonesia diproduksi. [IF]
