Telset.id, Jakarta – Meta Platforms telah mengirim surat kepada Jaksa Agung California, Rob Bonta, untuk mendesak penghentian konversi OpenAI menjadi perusahaan berorientasi profit.
Langkah ini dinilai oleh Meta sebagai tindakan yang “salah” dan berpotensi memicu tren serupa, di mana startup dengan misi amal awalnya berubah menjadi entitas yang mengutamakan keuntungan begitu mereka mencapai kesuksesan.
Surat ini mengungkap kritik tajam terhadap langkah OpenAI, yang awalnya didirikan sebagai organisasi nonprofit untuk mengembangkan kecerdasan buatan demi kepentingan masyarakat.
BACA JUGA:
- Terbesar Dalam Sejarah, OpenAI Kantongi Pendanaan Baru Rp102 T
- Memanas! Elon Musk Minta Pengadilan Hentikan Keuntungan OpenAI
OpenAI berhasil mengumpulkan miliaran dolar dari investor dengan landasan misi tersebut. Kini, keputusan untuk mengubah status menjadi perusahaan profit dianggap Meta sebagai bentuk pelanggaran hukum karena mengambil keuntungan dari aset yang awalnya dibangun dengan niat amal.
Meta juga meminta jaksa agung untuk menyelidiki praktik masa lalu OpenAI sebagai organisasi nonprofit. Menurut Meta, konversi ini tidak hanya merugikan tetapi juga membuka jalan bagi perusahaan lain untuk mengeksploitasi status nonprofit demi keuntungan pribadi di masa depan.
Sikap Meta mendapat dukungan dari Elon Musk, yang sebelumnya menggugat OpenAI terkait isu serupa. Dalam dokumen yang dirilis baru-baru ini, Musk mengklaim bahwa ia pernah mendorong OpenAI untuk menjadi perusahaan profit dengan dirinya sebagai pemimpin.
Surat Meta ini juga mendukung Musk dan Shivon Zilis untuk mewakili kepentingan publik dalam gugatan tersebut.
Menanggapi kritik ini, Ketua Dewan OpenAI, Bret Taylor, menyatakan bahwa restrukturisasi OpenAI dirancang untuk tetap mempertahankan misi nonprofit. Taylor menegaskan bahwa entitas nonprofit akan terus ada dan menerima nilai penuh dari bagian saham mereka di perusahaan profit yang baru.
Meski begitu, konflik ini menimbulkan pertanyaan mendalam tentang keseimbangan antara inovasi teknologi dan tanggung jawab sosial. Meta dan pendukungnya khawatir bahwa langkah OpenAI dapat menciptakan preseden buruk yang merusak kepercayaan publik terhadap entitas berbasis misi nonprofit.
Perselisihan ini juga menyoroti ketegangan antara dua raksasa teknologi dengan visi yang berbeda. Di satu sisi, OpenAI berargumen bahwa restrukturisasi memungkinkan mereka untuk lebih fleksibel dan efisien dalam mengejar inovasi. Di sisi lain, Meta memperingatkan bahwa langkah ini mengaburkan batas antara tanggung jawab sosial dan motivasi bisnis murni.
BACA JUGA:
- Elon Musk Tambahkan Nama Microsoft dalam Gugatan Terhadap OpenAI
- OpenAI Luncurkan Prototipe SearchGPT: Mesin Pencari AI yang Inovatif
Dalam era di mana kecerdasan buatan semakin menjadi bagian penting dari kehidupan manusia, keputusan mengenai status OpenAI akan memiliki dampak besar. Bagi publik dan komunitas teknologi, perdebatan ini bukan hanya soal hukum tetapi juga tentang kepercayaan pada perusahaan yang mengklaim bekerja untuk kebaikan bersama.