Telset.id, Jakarta – Pemerintah, melalui Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, mengajak seluruh santri di Tanah Air menggunakan media sosial (Medsos) untuk menebarkan kedamaian kepada siapapun dan di manapun.
Ajakan ini sesuai dengan definisi santri yang merupakan umat muslim yang memiliki basis pengetahuan memadai, cara berfikir terbuka dan menebarkan ajaran Islam dalam mewujudkan kedamaian di tengah-tengah kehidupan.
Menag Lukman mengatakan pesatnya perkembangan teknologi, terutama medsos, tak hanya memunculkan hal positif, melainkan juga potensi konten yang bisa memecah belah persatuan bangsa. Untuk itu dia berharap para santri bisa memanfaatkan medsos dengan mmemunculkan hal positif, terutama kedamaian.
Baca juga: Survei: Blokir Medsos Efektif Tingkatkan Produktivitas
“Santri harus terpanggil memanfaatkan sosial media untuk senantiasa menebarkan kedamaian kepada siapapun, di manapun dan kapanpun,” ujar Menag Lukman Hakim dalam keterangan resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengenai launching rangkaian kegiatan Hari Santri Nasional 2018, Senin (3/9/2018).
Dalam kesempatan tersebut, Menag berkesempatan berbagi cerita dengan pengelola medsos pondok pesantren bagaimana caranya melakukan interaksi di duna maya tersebut. Dia mengaku sangat menikmati beraktivitas di sosial media karena ada tiga kepentingan.
“Bersosial media harus tenang. Jangan mudah terbawa emosi. Saya menikmati bersosial media, karena saya punya kepentingan, setidaknya pada tiga hal,” kata Menag.
Baca juga: Menkominfo: Stop Konten Negatif di Sosmed
Kepentingan pertama adalah ingin mendapatkan ilmu, ingin mendapatkan informasi. “Itu penting, karena pada sosial media bisa menjadikan banyak tahu hal,” tutur dia.
Kepentingan kedua adalah untuk untuk menebarkan gagasan atau pikiran-pikiran. Bahkan, lebih jauh lagi, kata dia, medsos dapat menjadi tempat untuk mengartikulasikan pikiran. Sedangkan kepentingan ketiga adalah untuk hiburan.
Sementara itu, terkait hari santri Menag mengatakan bahwa makna peringatan tersebut adalah santri tidak hanya mereka yang lulusan pondok pesantren, tetapi adalah juga umat Islam yang memiliki basis keilmuan memadai yang cinta tanah air.
“Santri memiliki sejarah resolusi jihad, tidak semata hanya membela kepentingan pesantren atau kaum santri tapi lebih luas dari itu adalah cintanya kepada tanah air, ” ujar Menag.
Dirjen Pendis Kamaruddin Amin menambahkan seorang santri itu tidak hanya menguasai kitab (ilmu) kuning, akan tetapi juga harus menguasai ilmu putih yakni ilmu-ilmu lainnya. Contohnya adalah penguasaan teknologi, terutama dalam bermedia sosial dalam menebarkan moderasi beragama.
Baca juga: Medsos Penyebar Hoax akan Didenda
“Refleksi santri terkait moderasi beragama saja tidak cukup, tapi interaksi personal harus moderat, tentu harus sejalan dengan ilmu pengetahuan seseorang. Santri harus mengetahui batasan moderasi beragama itu,” tukas dia.
Hari Santri 2018 pada 21 Oktober 2018 rencananya akan dihadiri Presiden Joko Widodo di Lapangan Gasibu, Bandung.
Acara ini akan diisi renungan Hari Santri 2018 bersama Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, tausiyah kebangsaan oleh Habib Jindan bin Novel bin Jindan, penampilan Sabyan Gambus dan orkestra santri di Bandung, Jawa Barat. [WS/HBS]