Menkominfo: Gerakan Literasi Digital Tak Pandang Bulu

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Jakarta – Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara ingin agar gerakan nasional literasi digital (GNLD) terus digalakkan tanpa pandang bulu, apakah dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat dan komunitas.

Dengan begitu, gerakan ini akan terus berjalan sesuai dengan tujuannya meningkatkan literasi digital dan meredam penyebaran konten negatif di dunia maya.

Untuk itu Menkominfo mengapresiasi upaya berbagai pihak dalam mendorong peningkatan literasi digital melalui GNLD Siberkreasi. Hal ini ia sampaikan dalam Halalbihalal Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi di Rumah Dinas Menkominfo, baru-baru ini.

“Saya senangnya kita tidak beda-bedakan, apakah dari pemerintah, NGO, komunitas. Kita punya tujuan yang sama, sama-sama untuk meningkatkan literasi digital, membuat siapapun masyarakat Indonesia mampu memilah dan memilih,” kata Menkominfo dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (2/7/2018).

Menurut Menkominfo keseimbangan semangat dan kekuatan dari seluruh elemen merupakan hal yang penting untuk mendukung kesinambungan suatu gerakan. Dia mengingatkan agar tidak ada orang atau pihak yang menonjolkan diri dalam suatu gerakan supaya tetap kuat.

“Namanya gerakan, harus tidak boleh ada yang kelihatan lebih menonjol. Harus seperti roda atau gir yang selalu jalan terus, karena kelemahan rantai roda itu ada di mata rantai yang paling kuat. Begitu ada yang sangat kuat, menonjol, di situlah titik kelemahannya,” tutur Menteri Rudiantara.

Baca juga: Menkominfo: Stop Konten Negatif di Sosmed

Senada, Ketua Umum GNLD Siberkreasi Dedy Permadi menjelaskan walaupun Siberkreasi berfungsi sebagai wadah literasi digital, tetapi kekuatan gerakan tetap berada pada komunitas pendukung.

Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi, lanjut dia, berangkat dari kegelisahan berbagai elemen masyarakat terhadap besarnya ancaman potensi bahaya penyebaran konten negatif di dunia maya seperti hoax, cyber bullying, hate speech dan radikalisme online.

Dia mengatakan, upaya penanggulangan dilakukan di dengan cara menyosialisasikan literasi digital ke berbagai sektor, terutama pendidikan, dengan mendorong dimasukkannya materi literasi digital ke dalam kurikulum formal.

Gerakan ini juga mengajak masyarakat untuk aktif berpartisipasi menyebarkan konten positif melalui internet dan lebih produktif di dunia digital.

Baca juga:Mesin Sensor Internet Bisa Kenali Pornografi di Medsos, Asal…

“Sampai hari ini kita baru berusia 8 bulan, tapi hingga 8 bulan (sejak dirilis pada September 2017) sudah bisa jangkau 83 ribu peserta workshop literasi digital,” tutur dia.

Hingga Juni 2018, katanya, program literasi digital dari Siberkreasi telah menjangkau 167 lokasi di seluruh Indonesia. Diantaranya adalah kota Aceh, Padang, Lampung, Bangka Belitung, Cirebon, Bandung, Pekalongan, Madiun, Solo, Samarinda, Berau, Palu, Mataram, Kupang, Halmahera, hingga Jayapura dan Manokwari. [WS/HBS]

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI