Telset.id, Jakarta – Salah satu topik utama yang dibahas dalam Kaspersky Lab Cyber Security Weekend untuk negara-negara di kawasan Asia Pasifik yang berlangsung pada 5 – 8 Oktober 2016 di Indonesia, adalah keamanan finansial di dunia maya.
Dikatakan, bahwa ancaman keuangan sangat bervariasi mulai dari penipuan online dan Trojan perbankan yang mempengaruhi PC, tablet serta smartphone, hingga ke serangan terhadap organisasi keuangan, ATM dan bahkan pada point-of-sale terminals.
Berdasarkan analisis statistik, terlihat bahwa sektor keuangan di negara-negara Asia-Pasifik berkembang pesat. Para penjahat cyber mengalihkan perhatian mereka demi mencari cara untuk mendapatkan keuntungan dari peluang tersebut. Karena banyak organisasi dan individu sering lupa pada keamanan ketika mengadopsi teknologi baru.
“Kami percaya bahwa sangat penting untuk selalu mengingatkan prinsip-prinsip keamanan siber yang akan membantu mereka tetap aman,” kata Vitaly Kamluk, Director of Global Research & Analysis Team Kaspersky Lab untuk APAC.
Berdasarkan Consumer Security Risks Survey 2016, yang dilakukan oleh B2B International dan Kaspersky Lab, menunjukkan bahwa 71% dari responden di Indonesia merasa khawatir terhadap penipuan online perbankan, 48% responden Indonesia mengatakan sering merasa khawatir akan rentannya melakukan transaksi keuangan online.
Selanjutnya, sebesar 61% responden Indonesia menyatakan bahwa mereka akan menggunakan pembayaran online lebih sering jika sudah memiliki perlindungan yang handal untuk transaksi keuangan.
Kekhawatiran pengguna terhadap keamanan keuangan dengan baik. Selanjutnya 5% dari pengguna global telah kehilangan uang secara online sebagai akibat dari penipuan, dengan jumlah rata-rata kerugian mencapai USD 476.
Kamluk mengungkapkan, Spam, phishing, Trojan perbankan merupakan ancaman keuangan yang tersebar secara luas. Jadi pengguna harus lebih jeli terhadap halaman web palsu, e-mail tak terduga yang meminta informasi keuangan, serta mengamankan perangkat mobile jika ada transaksi diluar sepengetahuan mereka.
“Sementara untuk organisasi perlu secara teratur memeriksa infrastruktur TI mereka, terutama komputer dimana transaksi keuangan dilakukan,” papar Kamluk.
Dia menyebutkan, bahwa Trojan perbankan tetap menjadi salah satu ancaman online yang paling berbahaya. Trojan sering disebarkan melalui website penipuan atau yang telah dikompromikan dengan e-mail spam.
“Setelah menginfeksi pengguna, kemudian para penjahat biasanya akan mencuri informasi pribadi pengguna, seperti rincian rekening bank, password, atau informasi kartu pembayaran,” jelasnya.
Menurut data Kaspersky Security Network di kuartal ketiga 2016, sekitar 81% pengguna di Singapura mengalami serangan Trojan perbankan. Padahaldi kuartal kedua 2016, Singapura berada di 10 besar negara-negara di seluruh dunia dengan persentase serangan Trojan perbankan 1,6%.
Setelah diblokir oleh solusi perusahaan, di Q3 2015 Singapura menempati tempat kedua dalam 10 besar negara-negara di seluruh dunia dengan persentase pengguna mengalami Trojan perbankan sebesar 4,23%.
Federasi Rusia dan Sri Lanka memiliki jumlah terbesar dari korban di kuartal kedua 2016 Vietnam dan India memiliki jumlah terbesar dari korban. (MS/HBS)