Jumlah Operator Seluler di Indonesia Menyusut Jadi Tiga, Indosat Sebut Industri Semakin Sehat

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Industri telekomunikasi Indonesia tengah mengalami perubahan besar dengan berkurangnya jumlah operator seluler. Setelah proses merger antara XL Axiata, Smart Telecom, dan Smartfren rampung, jumlah operator seluler di Tanah Air akan menyusut menjadi tiga. Hal ini diungkapkan oleh Muhammad Danny Buldansyah, Director & Chief Business Officer Indosat Ooredoo Hutchison, yang menyebut konsolidasi ini sebagai langkah positif bagi kesehatan industri.

Konsolidasi Operator Seluler: Langkah Menuju Industri yang Lebih Sehat

Danny menjelaskan bahwa konsolidasi operator seluler ini akan membuat industri telekomunikasi semakin sehat. “Kalau saya bilang industri dengan terkonsolidasi itu semakin sehat, sudah pasti. Mudah-mudahan tidak ada yang baru lagi,” ujarnya saat ditemui di Gedung KPPTI, Jakarta, Kamis (13/3/2025). Menurutnya, jumlah tiga operator seluler dianggap ideal, sementara empat operator dianggap terlalu banyak.

Danny juga membandingkan kondisi industri saat ini dengan sebelumnya. “Kita tahu dari enam jadi lima, lima jadi empat, kita lihat saja dari enam ke lima itu semakin (industri) sehat, kalau dari empat ke tiga sekarang saya rasa sehat,” tambahnya. Ia menekankan bahwa dengan tiga operator, sumber daya frekuensi dan jumlah pelanggan akan lebih merata, sehingga menciptakan keseimbangan yang lebih baik.

Merger XL Axiata, Smart Telecom, dan Smartfren: Proses dan Dampaknya

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Meutya Hafid telah mengungkapkan bahwa Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah menyetujui merger antara XL Axiata, Smart Telecom, dan Smartfren. Restu ini diberikan setelah izin prinsip persetujuan merger diterbitkan oleh Kominfo.

Masing-masing perusahaan akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) terkait penggabungan perusahaan pada 25 Maret 2025. Setelah merger selesai, akan terbentuk entitas baru bernama XLSmart.

Dampak Konsolidasi terhadap Pangsa Pasar dan Frekuensi

Danny menjelaskan bahwa ketika jumlah operator seluler masih empat, industri akan sehat jika pangsa pasar merata, dengan masing-masing operator menguasai sekitar 25%. Namun, kenyataannya, pangsa pasar saat itu masih jauh berbeda antara satu operator dengan yang lain. “Ini yang bikin nggak sehat,” ucapnya.

Dengan berkurangnya jumlah operator menjadi tiga, sumber daya frekuensi yang dimiliki oleh masing-masing operator tidak jauh berbeda. Hal ini diharapkan dapat menciptakan persaingan yang lebih sehat dan adil di industri telekomunikasi.

Indosat Ooredoo Hutchison: Contoh Sukses Konsolidasi

Indosat Ooredoo Hutchison sendiri merupakan hasil merger antara Indosat Ooredoo dan Hutchison 3 Indonesia (Tri) yang dilakukan sejak 2021. Entitas baru ini resmi berdiri pada Januari 2022. Danny menegaskan bahwa konsolidasi ini telah membawa dampak positif bagi industri, termasuk peningkatan efisiensi dan kualitas layanan.

Dengan pengalaman tersebut, Indosat Ooredoo Hutchison melihat merger antara XL Axiata, Smart Telecom, dan Smartfren sebagai langkah yang tepat untuk memperkuat industri telekomunikasi di Indonesia.

Harapan ke Depan: Industri yang Lebih Stabil dan Berkualitas

Danny berharap bahwa dengan berkurangnya jumlah operator seluler menjadi tiga, industri telekomunikasi Indonesia akan semakin stabil dan berkualitas. “Menurut saya tiga (operator seluler) cukup ideal. Kita bisa fokus pada peningkatan layanan dan inovasi,” ujarnya.

Selain itu, konsolidasi ini juga diharapkan dapat mengurangi persaingan yang tidak sehat dan mendorong kolaborasi antaroperator untuk memberikan layanan yang lebih baik kepada pelanggan.

Dengan langkah ini, industri telekomunikasi Indonesia diprediksi akan semakin matang dan siap menghadapi tantangan di era digital yang terus berkembang.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI