Telset.id, Jakarta – Seorang mantan karyawan Google mengajukan tuntutan hukum karena menganggap Google telah melakukan diskriminasi dalam proses prekrutan karyawan.
Google dituding hanya mencari pelamar wanita, berkulit hitam, dan Hispanik atau Latin saat membuka lowongan pekerjaan. Arne Wilberg, yang bekerja sembilan tahun di Google, mengajukan tuntutan tersebut pada Januari 2018.
Menurut The Wall Street Journal yang mengutip The Verge, laporan kasus itu baru dilakukan pada Jumat (2/3) waktu setempat. Wilberg mengklaim bahwa Google menerapkan kebijakan rekrutmen pegawai nonpria kulit putih dan Asia.
Ia juga mengklaim bahwa Google melakukan pembalasan terhadapnya karena menentang kebijakan tersebut. Ia akhirnya dipecat pada November 2017.
Tuntutan Wilberg kepada Google disertai sejumlah email dan dokumen lain. Berdasarkan bukti-bukti itu, terungkap bahwa dalam melakukan perekrutan, tim membatalkan semua wawancara untuk pelamar rekayasa perangkat lunak.
“Padahal, Hukum perburuhan di California, Amerika Serikat, melarang untuk menolak mempekerjakan karyawan berdasarkan karakteristik ras atau jenis kelamin,” tegas Wilberg.
Wilberg membeberkan pula bahwa beberapa karyawan mengeluh kepada Google tentang kebijakan perekrutan perusahaan. Namun, keluhan itu diabaikan. Mereka malah dimutasi, sebagian lagi mendapatkan penurunan pangkat.
Google sendiri telah memberikan pernyataan resmi untuk menanggapi tuntutan dari mantan karyawannya itu.
“Kami memiliki kebijakan yang jelas untuk merekrut kandidat berdasarkan pengalaman dan kemampuan, bukan identitas. Kami hanya mempekerjakan orang-orang terbaik,” demikian pernyataan Google.
[Baca juga: Dituding Monopoli Pasar Rusia, Google Didenda Ratusan Miliar]
Pada 2017, 69 persen pegawai Google adalah laki-laki. Pada tahun yang sama, 91 persen karyawan Google berkulit putih atau Asia. Namun, dua mantan karyawan Google menggugat pada awal 2018 karena perusahaan diduga mendiskriminasi pria kulit putih. [SN/HBS]
