Telset.id, Jakarta – Perhelatan Asian Games 2018 telah usai dan sukses digelar. Hampir semua pemangku kepentingan berkontribusi terhadap kesuksesan acara yang disebut-sebut gelaran olah raga terbesar kedua dunia itu.
Salah satunya adalah Satuan Tugas Pengawas Spektrum Frekuensi Radio (SFR) Ditjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kominfo. Tim ini berkontribusi mengamankan frekuensi radio yang digunakan untuk pembukaan, pelaksanaaan pertandingan, pencatatan skor, serta penutupan Asian Games 2018.
Baca Juga: Trial Perangkat IoT Digeber Setelah Asian Games
Dirjen SDPPI Ismail menjelaskan Satgas SFR merupakan tim khusus yang dibentuk Kominfo untuk memantau persiapan hingga perhelatan Asian Games 2018, termasuk pada saat pertandingan. Mereka bertugas menjaga agar tidak terjadi interverensi pada seluruh perangkat yang menggunakan spektrum frekuensi radio.
“Mereka menjaga BTS penyelenggara telekomunikasi agar beroperasi dengan baik. Kami juga menjaga Wi-Fi yang dibutuhkan untuk koneksi internet seluruh stakeholders di Asian Games, seperti wartawan, media center, bahkan pengunjung,” tutur Ismail dalam keterangan resminya, Kamis (06/09/2018).
Menurutnya, banyak perangkat di Asian Games yang rentan akan gangguan spektrum frekuensi. Misalnya saja ketika melakukan penjurian, sampai menghitung detik dan menit dari kecepatan lari atletik. Untuk itu Satgas SFR berusaha keras agar sistem tersebut bisa berjalan dengan baik.
Para personil Satgas SFR, lanjut dia, berasal dari empat balai monitoring (Balmon) frekuensi, yakni Balmon Jakarta, Jawa Barat, Banten/Tangerang, dan Palembang. Jumlahnya kurang lebih 30 orang.
Baca Juga: Perdana Menteri Korea Selatan Kunjungi Telkomsel 5G Experience Center
“Hasilnya bisa dilihat, hampir tidak ada keluhan dari para awak media, wasit, juri, karena sistem beroperasi dengan baik,” tukas Ismail.
Namun yang menarik menurut Ismail adalah, ketika harus memonitor dan mengelola frekuensi ketika Presiden Joko Widodo menghadiri Pembukaan Asian Games 2018. Pasalnya, rombongan Paspampres membawa alat pengacak sinyal alias jammer sebagai alat penunjang keamanan dari kepala negara.
“Agak repot pada kondisi ini. Kami ingin komunikasi berjalan baik dan lancar, namun ada kebutuhan pengamanan Presiden menggunakan perangkat jammer yang membatasi penggunaan sistem komunikasi di sekitar beliau,” ungkap dia.
Baca Juga: Ada Suara Dian Sastro di Waze Selama Asian Games
Untuk mengatasinya, Satgas SFR kemudian berkoordinasi dengan Paspampres agar bisa mengatur penjadwalan dan sistem pembagian kanal. Dengan demikian, pada sebagian area, fasilitas wi-fi masih bisa dipergunakan.
“Paspampres ini sistem komunikasinya bekerja sampai di band 2,5 GHz. Kalau bicara wi-fi, band 2,4 GHz pasti kena. Jadi kami upayakan perangkat 2,4 GHz itu hanya terbatas digunakan di sekitar area VVIP. Sisanya kami buka clear channel di band 5,8 GHz. Ini salah satu upaya kita,” tandasnya. (WS/FHP)