Telset.id, Jakarta – Baru-baru ini, beredar kabar bahwa Uber menyerah dalam persaingan bisnis jasa transportasi online di Asia Tenggara. Bahkan, menurut rumor yang beredar, Uber dijual ke Grab. Namun kabar ini langsung dibantah oleh CEO baru Uber, Dara Khosrowshahi.
Rumor soal ketidaksanggupan Uber berlaga di ranah usaha transportasi daring seketika muncul setelah 15 persen sahamnya dijual kepada SoftBank. Sekadar informasi, Softbank adalah perusahaan yang juga punya saham di Grab.
[Baca juga: Grab akan Akuisisi Uber Asia Tenggara?]
“Uber akan terus berinvestasi di Asia Tenggara. Kami tidak membahas kemungkinan penjualan bisnis ke perusahaan lain,” tegas Dara seperti dilansir dari CNBC.
“Kami akan berinvestasi secara agresif dalam hal pemasaran, subsidi, dan sebagainya untuk mengembangkan Uber. Kami yakin masih bisa terus bersaing,” imbuh Dara.
Ia mengatakan, 10 tahun dari sekarang Uber diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 80 persen secara organik. Namun, beberapa di antaranya dilakukan melalui langkah akuisisi.
“Kami akan mengupayakan semua hal untuk meningkatkan performa Uber. Sekarang, rencana kami untuk bisnis di Asia Tenggara adalah terus maju dan berinvestasi,” tegas Dara.
Sebelumnya, CNBC melaporkan kemungkinan Uber untuk fokus mengembangkan bisnis di kawasan AS, Eropa, Amerika Latin, dan Australia. Uber akan meninggalkan Asia Tenggara dan India.
“Semua kabar itu tidak benar. Sebagai sebuah perusahaan, kami perlu menyeimbangkan profil, khususnya dalam hal investasi. Menurut kami, India dan Asia punya potensi bagi pertumbuhan Uber,” pungkas Dara.
Seperti diketahui, Uber dikabarkan segera melego bisnis jasa transportasi online-nya di Asia Tenggara. Menurut informasi, Grab akan menjadi “bapak asuh” para pengemudi Uber Asia Tenggara. Sebagai kompensasi, Uber meminta sejumlah saham dari Grab.
Dikutip dari CNBC, upaya Uber melepas bisnis ke Grab bertujuan untuk menekan biaya perusahaan. Sebab, Uber berencana menjual secara perdana saham ke publik pada tahun ini. Mereka tak ingin kondisi finansial kacau jelang IPO.
Di Asia Tenggara, Grab sudah beroperasi di 100 kota dan menguasai 95 persen pangsa pasar taksi online. Penetrasi mereka kian tumbuh, tak seperti Uber yang justru meredup. Di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, rival Grab hanyalah Go-Jek.
Beredarnya Uber mulai menyerah ini mencuat setelah bisnis perusahaan transportasi online ini terus mengalami kerugian dalam setahun terakhir. Dalam laporan keuangannya tahun lalu, Uber mengalami kerugian sebesar USD 4,5 miliar atau setara Rp 60,9 triliun.
[Baca juga: Rugi Rp 60,9 Triliun, Bos Uber Santai]
Meski begitu, CEO baru mereka, Dara Khosrowshahi mengatakan tak terlalu khawatir atas kerugian tersebut. Dia berdalih tak mau mengorbankan pertumbuhan dan juga inovasi pada teknologi layanan mereka hanya demi mengejar keuntungan bisnis semata. [SN/HBS]