Bank dan Fintech: Teman atau Musuh?

Telset.id, Jakarta – Gelombang perubahan dalam teknologi digital telah berdampak terhadap dunia bisnis dan gaya hidup konsumen. Revolusi digital yang dimotori oleh pemanfaatan data, kecerdasan buatan, dan machine learning memunculkan teknologi baru yang mampu mengubah cara hidup masyarakat.

Teknologi menimbulkan guncangan di semua sektor, tidak terkecuali finansial. Kabar ini menjadi sinyal buruk bagi bank konvensional. Perbankan tidak lagi memonopoli layanan simpan, pinjam, investasi, dan produk perbankan lain. Kini bermuculan lembaga-lembaga keuangan baru yang memanfaatkan teknologi digital yang disebut financial technology (fintech).

Perkembangan fintech tidak lepas dari situasi krisis ekonomi pada 2008. Di tengah rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan, fintech memberikan warna baru di sektor finansial. Pada saat itu, bank fokus mengatasi regulasi dan krisis yang sedang terjadi, sedangkan fintech menghadirkan produk yang sesuai dengan perkembangan gaya hidup.

Fintech memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan bank konvensional. Memiliki struktur organisasi yang lebih ramping dan daya penetrasinya yang dinamis, membuat fintech bergerak lebih cepat dan lincah dibandingkan bank konvensional. Fintech dapat menawarkan produk-produk baru yang dibutuhkan masyarakat sejalan dengan gaya hidup digital.

Leonardo Koesmanto, Head of Digital Banking Bank DBS Indonesia, mengatakan diprediksi setidaknya 30 persen jenis pekerjaan di sektor perbankan akan menghilang dalam lima tahun ke depan. Mau tak mau, perbankan konvensional mesti menyesuaikan diri dengan tren fintech ini.

“Ada beberapa korporasi finansial besar yang mulai berinvestasi dan bekerja sama dengan fintech untuk meningkatkan kemampuan teknologi digitalnya,” ungkapnya.

Kolaborasi atau ko-inovasi dengan fintech merupakan jalan terbaik bagi bank untuk mempertahankan pertumbuhannya. Artinya, bank konvensional harus mengubah model dan strategi bisnis untuk melebarkan pasarnya. Di sisi lain, fintech juga akan mendapatkan keuntungan modal, data, pasar, dan dukungan regulasi dari perbankan.

Kecenderungan masyarakat menginginkan bentuk layanan cepat, mudah, dan praktis dalam aktivitas sehari-hari. Perilaku berbelanja misalnya, yang tadinya melalui gerai toko di mal maupun pasar dapat dilakukan dengan sekali klik di depan komputer atau gawai telepon seluler (ponsel).

Begitu pula transaksi perbankan, berbagai jenis pembayaran tagihan dan investasi dapat dilakukan melalui aplikasi dalam ponsel pintar.

Laporan Klynveld Peat Marwick Goerdeler, sebuah lembaga auditor internasional, menyebutkan ada tiga lapisan perubahan dalam industri perbankan. Pertama adalah model bisnis dengan mengombinasikan berbagai layanan berbasis teknologi. Kedua, perubahan produk menjadi lebih fleksibel serta pelanggan sentris. Lapisan terakhir adalah memberikan cara baru dalam mengoperasikan infrastruktur transaksional perbankan.

Memiliki fokus untuk menciptakan produk yang berbasis layanan, membuat fintech sangat menarik di mata konsumen. Teknologi fintech yang paling banyak diminati adalah kecerdasan buatan (artificial intelligence) untuk memberikan layanan asisten virtual yang berbasis pengalaman konsumen (consumer experience).

Asisten virtual merupakan terobosan dalam dunia perbankan. Layanan interaktif, realtime, dan bisa dipersonalisasi sesuai keinginan masing-masing konsumen akan mentransformasi pelayanan pelanggan.

Virtual asisten ini hadir dalam bentuk chatbot pintar yang akan menjawab permintaan konsumen dari jendela yang muncul ketika nasabah membuka aplikasi bank mereka. Dari pertanyaan terkait aktivitas perbankan hingga melakukan transaksi bisa dilakukan melalui bantuan chatbot ini.

Bank DBS Indonesia melalui aplikasi “digibank” merupakan salah satu bank yang memberikan layanan asisten virtual di Indonesia. Melalui aplikasi ini, nasabah dengan mudah membuat rekening baru tanpa harus datang ke kantor cabang. Selain itu, nasabah juga dapat berinteraksi setiap saat dengan robot asisten untuk kebutuhan transaksi harian mereka.

Di India, layanan ini telah menarik 1,5 juta nasabah baru sejak di luncurkan perdana pada 2016 yang lalu. Sedangkan di Indonesia, sejak Agustus 2017 tercatat sekitar 15 ribu nasabah sudah mengunduh aplikasi ini. DBS menargetkan akan memiliki 3,5 juta nasabah baru digibank dalam lima tahun ke depan. (MS)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKAIT

REKOMENDASI
ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI