Telset.id – Bayangkan jika setiap pakaian yang Anda kenakan bisa didaur ulang tanpa limbah, bahkan hingga ke serat terkecilnya. Mimpi itu kini semakin dekat dengan terobosan teknologi hijau dari University of Nebraska-Lincoln yang berhasil menciptakan sistem daur ulang tekstil pertama di dunia dengan metode closed-loop.
Industri tekstil saat ini menyumbang 10% emisi karbon global—lebih besar dari penerbangan dan pelayaran internasional digabungkan. Dengan produksi serat yang melonjak menjadi 125 juta metrik ton per tahun, solusi berkelanjutan bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. “Kita tidak bisa terus menanam lebih banyak kapas atau memelihara lebih banyak domba,” tegas Yiqi Yang, profesor di balik penemuan ini, dalam wawancara eksklusif.
Revolusi di Balik Pewarna Vat
Masalah utama daur ulang tekstil selama ini terletak pada pewarna vat—jenis pewarna tekstil yang sengaja dirancang untuk melekat kuat. Tim Yang mengembangkan sistem aqueous (berbasis air) yang mampu:
- Memisahkan pewarna dari serat tanpa merusak keduanya
- Mendaur ulang 100% pelarut dan pewarna yang digunakan
- Menghasilkan serat baru dengan kualitas lebih baik dari kayu
Teknologi ini bahkan berhasil diuji pada denim bekas, menantang anggapan bahwa daur ulang tekstil mustahil dilakukan dalam skala industri. “Ini bukan sekadar teori—kami sudah membuktikan kelayakan ekonominya,” tambah Yuanyi Shao, peneliti utama dalam proyek ini.
Baca Juga:
Masa Depan Tekstil yang Berkelanjutan
Yang dan timnya tidak berhenti di situ. Mereka juga mengembangkan material tekstil dari limbah pertanian seperti bulu ayam—solusi ganda untuk mengurangi limbah sekaligus menciptakan sumber serat alternatif. “Tanpa inovasi seperti ini, mustahil memenuhi permintaan tekstil global yang terus membengkak,” papar Yang.
Penemuan ini sejalan dengan tren teknologi hijau global, seperti yang dilakukan perusahaan yang memaksimalkan efisiensi dengan teknologi terkini. Namun tantangan terbesarnya justru ada di adopsi industri. “Kami butuh mitra yang berani berinvestasi besar,” akunya.
Dengan paten yang sedang diproses, teknologi ini berpotensi mengubah wajah industri mode—dari yang semula linear menjadi ekonomi sirkular seutuhnya. Pertanyaannya sekarang: siapkah brand fashion besar meninggalkan model bisnis lama mereka?