Telset.id, Jakarta – Perkembangan roda bisnis yang cepat membuat semua yang terlibat didalamnya juga harus menggunakan berbagai cara untuk melakukan aksi korporasi efisien. Salahsatunya adalah dengan menggunakan teknologi augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) dalam melakukan transaksi.
Dilansir ZDNet, Jumat (27/7/2018), transaksi atau penjualan antara dua perusahaan alias business to business (B2B) biasanya memerlukan siklus yang panjang dan kompleks, bahkan sering melibatkan puluhan pertemuan.
Dengan teknologi AR atau VR, maka pelanggan dapat mengakses berjalan secara virtual atau virtual walk through suatu produk sehingga bisa memastikan ukuran dan kegunaannya secara tepat dalam waktu singkat.
“Bayangkan sebuah situasi di mana Anda dapat menggunakan spektrum teknologi AR/VR untuk membantu membawa tidak hanya produk secara nyata, tetapi membawa pengalaman produk nyata untuk banyak pengguna dan pemangku kepentingan di perusahaan prospek,” tulis Paroma Sen di MarTech.
“Ini tidak hanya memiliki potensi untuk menghemat hari atau minggu dari siklus penjualan, tetapi juga untuk benar-benar membuat pengguna potensial merasakan bagaimana rasanya menggunakan produk Anda dibandingkan yang lain, dengan menginstalnya secara fisik dalam waktu singkat di tempat mereka.” Imbuh dia.
Kaon Interactive adalah salah satu perusahaan yang menyediakan pemasaran 3D dan aplikasi penjualan untuk merek B2B global. Dengan akar dalam permainan interaktif online, Kaon membuat perubahan untuk membangun pengalaman AR/VR untuk perusahaan, seperti Lenovo, Siemens dan Ricoh.
“Daripada mengirimkan sebuah mesin MRI yang sangat besar untuk berdagang dan pertunjukkan penjualan, seorang manajer penjualan GE Healthcare atau BioRad hanya harus menunjukkan produk (secara rinci) di smartphone-nya,” kata seorang juru bicara Kaon.
Perusahaan tersebut baru-baru ini menambahkan 11 akun utama ke daftar klien perusahaannya, yang menyoroti pertumbuhan sektor ini.
Dalam kasus penggunaan lain, perusahaan pengolahan makanan VERYX menciptakan tampilan VR dari salah satu mesin penyortiran makanannya. Calon pelanggan dapat mengambil tur virtual tanpa pemandu dan tanpa harus mengunjungi langsung instalasinya, hemat waktu dan menurunkan penghalang penjualan.
“Mengkomunikasikan hasil bisnis untuk produk dan solusi yang rumit sangat sulit untuk didemonstrasikan langsung di dunia nyata dengan produk fisik atau solusi yang kurang nyata (seperti komputasi awan, arus data perangkat lunak, perutean ulang jaringan listrik, atau reaksi molekuler) , ” tulis CEO Kaon Gavin Finn.
Menurut dia, mendemonstrasikan solusi kompleks dalam lingkungan immersive virtual, seperti rumah sakit, laboratorium, pusat data, pabrik manufaktur atau kilang minyak, yang secara kontekstual relevan dengan pengguna, dapat menjadi cara yang sangat efektif untuk membantu pelanggan terkait dengan apa yang produk atau solusinya.
Contohnya bagaimana cara kerjanya dan mengapa itu akan bermanfaat bagi mereka.
Dengan AR atau VR masih berjuang melalui fase baru, pemasar dan tim penjualan mendorong aplikasi baru dan membantu menetapkan arah kegunaan pasar untuk pasar teknologi yang dapat bernilai US$ 108 miliar atau mencapai Rp 1.555 triliun hanya dalam beberapa tahun lagi. [WS/HBS]
Sumber: ZDNet