Bayangkan jika smartphone terbaru yang Anda nantikan tiba-tiba harganya melonjak 30%, atau fitur-fitur inovatif yang dijanjikan justru tidak muncul karena alasan anggaran. Itulah skenario yang mungkin terjadi akibat kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump terhadap produk-produk China. Kebijakan ini bukan sekadar soal politik dagang, tapi berpotensi mengubah wajah teknologi yang kita gunakan sehari-hari.
Trump baru saja menaikkan tarif impor untuk produk China dari 34% menjadi 145%, meski memberikan penundaan 90 hari untuk negara lain. Langkah ini langsung mengguncang industri teknologi global yang sangat bergantung pada rantai pasok China. Apple, misalnya, sampai harus mengangkut 600 ton iPhone ke India via udara demi menghindari tarif ini. Tapi apa artinya semua ini bagi konsumen seperti Anda?
Dampaknya bisa lebih dalam dari sekadar kenaikan harga. Inovasi teknologi yang selama ini membuat smartphone semakin canggih setiap tahunnya terancam mandek. Perusahaan-perusahaan teknologi mungkin harus memangkas anggaran riset dan pengembangan (R&D) yang justru menjadi nyawa kemajuan produk mereka.
Smartphone Jadi Korban Utama
Smartphone adalah produk impor terbesar AS dari China. Menurut Anshel Sag, analis utama di Moor Insights and Strategies, “Ada ancaman nyata terhadap inovasi. Perusahaan harus memangkas pengeluaran, yang biasanya berarti memotong semuanya.” Apple saja menghabiskan $32 miliar untuk R&D pada 2024, sementara Samsung $24 miliar. Angka fantastis ini bisa menyusut drastis.
Shawn DuBravac, ekonom utama di IPC, mempertanyakan: “Ketika perusahaan mengalihkan tim teknik mereka untuk fokus pada pengurangan biaya alih-alih menciptakan terobosan terbaru, apakah ini merugikan produsen AS? Apakah kita menciptakan lingkungan di mana produsen asing bisa lebih inovatif karena tidak perlu mengalokasikan sumber daya teknik untuk pengurangan biaya?”
Siklus Inovasi Terancam Melambat
Dampak paling nyata akan terasa pada siklus pembaruan produk. DuBravac menjelaskan: “Alih-alih fokus pada aplikasi AI baru, mereka mungkin harus fokus pada rekayasa ulang produk untuk menghemat beberapa sen di sana-sini.” Hasilnya? Peluncuran fitur atau produk baru bisa tertunda 12 bulan atau lebih, menunggu biaya produksi turun.
Fenomena ini sudah terlihat di produk seperti ponsel lipat. Setelah enam tahun bereksperimen dengan harga tinggi, akhirnya harga ponsel lipat mulai terjangkau. Tapi dengan tarif baru, produk seperti ini bisa kembali menjadi barang mewah yang sulit dijangkau. Bahkan kabar tentang ponsel lipat Apple yang sudah di ambang peluncuran pun kini dipertanyakan.
Efek Domino ke Seluruh Industri
Yang lebih mengkhawatirkan, perlambatan inovasi ini bisa memicu efek domino. Sag memperingatkan bahwa permintaan yang lebih rendah – kemungkinan karena masyarakat memiliki lebih sedikit uang saat menghadapi resesi – juga akan memperlambat siklus pembaruan produk. “Beberapa produk mungkin sampai pada titik di mana tidak ada pasar untuk mereka lagi,” ujarnya.
Ironisnya, ini justru bertolak belakang dengan tujuan awal Trump menerapkan tarif untuk “melindungi industri AS”. Alih-alih membuat Amerika lebih kuat, kebijakan ini malah bisa membuat produsen AS ketinggalan dalam lomba inovasi global. Saat perusahaan asing terus meluncurkan terobosan baru, produsen AS mungkin sibuk berhitung untuk memotong biaya produksi.
Jadi, bersiaplah untuk era baru di mana smartphone mungkin tak secanggih yang diharapkan, atau harganya tak semurah yang diinginkan. Dan yang pasti, ini semua akan mengubah cara Anda memilih dan menggunakan teknologi sehari-hari di masa depan.