JAKARTA – Bullying dalam masa kanak-kanak tak jarang menjadi momok menakutkan bagi kebanyakan orang, apalagi jika adegan penindasan yang terjadi itu masuk ke kanal media sosial seperti YouTube. Bahkan, korban bully bisa menjadi frustasi dan bunuh diri.
Itulah yang terjadi pada Amanda Todd, remaja berusia 15 tahun yang bunuh diri akibat ditindas (bully) teman-temannya.
Video penindasan yang dialaminya diunggah ke YouTube dan menjadi sensasional paska kematiannya. Bahkan telah dilihat sebanyak 10 juta kali. Tentu saja, YouTube mencoba menghentikan hal ini agar tidak mendorong perkembangan cyber bullying.
Dilansir dari Wired, Kamis (19/02/2015), peristiwa ini menginspirasi Todd Schobel untuk membangun aplikasi anti bully untuk anak-anak dan remaja. Dengan demikian, kejadian menyedihkan seperti yang dialami Amanda Todd tidak akan terulang lagi.
Schobel kemudian merilis aplikasi yang diberi nama ‘Stop!t’ dan saat ini sudah masuk di 78 sekolah di 13 negara bagian di Amerika Serikat.
Pada Februari ini, aplikasi ini menerima pendanaan sebesar USD 2,6 juta untuk memperluas layanannya ke kampus-kampus, bahkan ke tempat kerja.
“Kami tahu bullying tidak akan pernah hilang. Tapi aplikasi ini bagaikan penisilin bagi penyakit,” kata Schobel.
Dengan aplikasi ini, baik korban bullying, pihak keluarga, maupun pelaku terlindungi namanya. Korban bisa melaporkan kejadian bullying secara cepat, sehingga bisa cepat terlacak.
Dengan berkembangnya dunia internet, saat ini setiap orang bisa menjadi korban bully, hanya dengan sekali klik di internet dan akan menyebar seperti virus.
“Dengan berkembangnya cyber bullying, tidak ada lagi tempat aman di dunia, terutama di sekolah. Sekolah yang seharusnya nyaman jadi tempat berbahaya,” lanjut Schobel.
Saat ini, aplikasi Stop!t bisa Anda unduh baik lewat Google Play, Windows Phone, maupun iTunes, dengan harga mulai Rp 48.000. [AI/IF]