Telset.id, Jakarta – SpaceX kembali mengirim roket Falcon 9 ke ruang angkasa pada Senin (04/06/2018) malam waktu setempat. Roket Falcon 9 membawa satelit komunikasi SES-12 dari Cape Canaveral di Florida, Amerika Serikat.
Satelit komunikasi tersebut merupakan milik perusahaan telekomunikasi yang berbasis di Luksemburg, SES. Satelit komunikasi terbesar yang pernah diluncurkan SES itu juga nantinya akan menyediakan layanan komunikasi untuk kawasan Asia-Pasifik dan Timur Tengah.
Dilansir dari The Verge, peluncuran SES-12 sebenarnya mengalami penundaan karena seharusnya jadwal peluncuran akan berlangsung pada 31 Mei 2018. Sebab, SpaceX perlu melakukan beberapa tes tambahan pada roketnya, dan mereka juga berencana tak melakukan pendaratan roket pada peluncuran kali ini.
Peluncuran SES-12 sendiri didukung dengan kondisi cuaca yang sangat baik. Roket Falcon 9 dapat melesat ke angkasa dalam durasi waktu sangat cepat.
Bahkan, tingkat kecepatan Falcon 9 ke orbit mencapai 32 kilometer per menit. Itu artinya dalam lima menit, Falcon 9 mampu menempuh jarak 160 km.
Baca Juga: Saingi SpaceX, Perusahaan China Luncurkan Roket ke Bulan
Sebelumnya, pada Selasa (22/05/2018) lalu, SpaceX meluncurkan roket Falcon 9 ke luar angkasa. Roket tersebut membawa dua satelit seukuran mobil sport yang akan dipakai untuk mengukur perubahan kenaikan permukaan air laut, pencairan es, dan kekeringan di Bumi.
Roket Falcon 9 yang mengangkut satelit buatan Amerika dan Jerman tersebut meluncur dari Pangkalan Udara Vandenberg di California. Di dalamnya terdapat muatan senilai USD 521 juta atau sekitar Rp 7,34 triliun bernama Gravity Recovery and Climate Experiment Follow-on (GRACE-FO).
Baca Juga: SpaceX Luncurkan Satelit Seukuran Mobil Sport, untuk Apa?
Diklaim, dalam waktu tak kurang dari 10 menit setelah peluncuran, dua satelit itu sudah berada di orbit yang berjarak sekira 500 kilometer di atas Bumi. Kedua satelit kemudian mengapung secara terpisah di luar angkasa dengan jarak 220 kilometer satu sama lain.
Misi peluncuran GRACE-FO merupakan kelanjutan dari GRACE, sepasang satelit yang diluncurkan pada 2002 untuk melacak jumlah es yang mencair setiap tahun di Greenland dan Antarktika sampai tahun 2017. NASA dan SpaceX sendiri menyatakan bahwa misi tersebut berjalan sesuai rencana. (SN/FHP)