Telset.id, Jakarta – Peretas melancarkan serangan siber kedua pada sejumlah partai politik Inggris pada Selasa (12/11/2019) waktu setempat. Serangan itu memaksa situs partai politik “tumbang” karena banjir lalu lintas berbahaya.
Serangan terjadi hanya beberapa minggu sebelum pemilihan nasional. Serangan juga terjadi setelah agen keamanan Inggris memperingatkan bahwa Rusia dan negara-negara lain mungkin berusaha mengintervensi.
{Baca juga: Duh, Serangan Siber Meningkat 300 Persen}
Manurut Reuters, Rusia dan negara-negara lain disinyalir bakal mengganggu proses pemungutan suara pada 12 Desember 2019 dengan serangan siber atau pesan politik yang memecah belah di media sosial.
Pihak oposisi Partai Buruh mengaku telah mengalami serangan siber nan canggih dan berskala besar di platform digital. Namun demikian, serangan bisa dimentahkan dan tidak ada data yang berhasil terkena dampak.
Hanya beberapa jam kemudian, seperti dikutip Telset.id, Rabu (13/11/2019), situs resmi dan layanan online milik partai lain menjadi sasaran serangan kedua, diikuti oleh serangan ketiga di situs milik Partai Konservatif.
Sumber terpercaya mengatakan, sejauh ini tidak ada keterkaitan antara serangan tersebut ke negara asing. Sumber lain menyebut, serangan ke Partai Konservatif lebih besar dan tampaknya dilakukan oleh peretas lain.
Juru bicara Partai Buruh mengaku punya sistem keamanan untuk melindungi platform. “Kami menangani serangan siber secara cepat dan efisien,” ujarnya. Sebaliknya, Partai Konservatif justru tak tahu ada serangan.
Asal tahu saja, Inggris adalan melakukan pemungutan suara pada 12 Desember 2019 guna memecahkan kebuntuan Brexit di parlemen selama lebih dari tiga tahun sejak memutuskan untuk meninggalkan Uni Eropa.
{Baca juga: Inggris dan Belanda Tuduh Rusia Lakukan Serangan Siber}
National Cyber Security Center Inggris mengemukakan, serangan pertama terhadap Partai Buruh berjenis DdoS. Teknik itu digunakan oleh peretas untuk merusak situs dengan cara memperpadat lalu lintas online.
Sebelumnya, Rusia memang sedang menjadi sorotan karena dituding sebagai negara di balik sejumlah serangan siber. Bahkan, Inggris dan Balanda menuduh Rusia sedang melakukan serangan siber secara global untuk melemahkan negara-negara demokrasi di Barat. Serangan dunia maya tersebut termasuk pada organisasi pengawas senjata kimia PBB.
Otoritas Belanda mengatakan mereka telah menggagalkan upaya peretasan pada Organisasi Anti Senjata Kimia (OPCW) di Den Haag pada April lalu.
Sementara Pusat Keamanan Cyber Nasional Inggris (NCSC) merilis data yang menyebutkan bahwa badan intelijen militer Rusia (GRU) merupakan penyerang siber yang menggunakan jaringan peretas untuk menabur perpecahan di seluruh dunia. [SN/HBS]
Sumber: Reuters