Sistem Keamanan Kini Berbasis Machine Learning, Seperti Apa?

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Jakarta – Biasanya sebuah sistem keamanan menggunakan teknik enkripsi canggih yang mampu melindungi data penggunanya dari serangan para hacker. Namun teknik enkripsi juga bisa dibilang rentan, karena para hacker saat ini mampu dengan mudah mencuri key dari enkripsi tersebut untuk mengakses data yang dilindungi.

“Enkripsi penting untuk mengamankan data, namun hacker juga sudah cukup mudah untuk mencuri key dari enkripsi tadi,” kata President Director Sydeco, Patrick Houyoux, di acara peluncuran Secure System of Transmission (SST) dan Archangel di Jakarta, Kamis (22/03/2018).

Dijelaskan Patrick, karenanya pihaknya pun mencari cara alternatif untuk dapat membuat sistem keamanan yang dapat benar-benar melindungi data sensitif pengguna mereka. Melalui sistem keamanan bernama SST dan Archangle, data pengguna dapat diamankan karena kedua sistem tersebut menggunakan machine learning.

Teknologi itu sendiri dimanfaatkan untuk dapat menganalisa dan menyiapkan pertahanan dari berbagai tipe serangan yang telah terjadi dan yang akan terjadi ke depannya.

SST sendiri merupakan sebuah aplikasi private chat yang memiliki sistem keamanan dengan adanya dua agent berbasis Artificial Intelligence (AI) di dalamnya. Agent itu ditempatkan pada aplikasi pengirim dan juga penerima yang mampu mencegah pihak luar untuk dapat mengetahui percakapan atau dokumen yang saling dikirimkan pengguna.

Cara kerja dari aplikasi ini cukup menarik, menurut salah seorang anggota R&D SST, Yudha Septian, SST menggunakan protokol translasi untuk setiap percakapan yang dikirimkan agar hacker atau pihak luar tidak dapat membacanya, termasuk untuk dokumen.

Pesan yang telah ditranslasi pun diterjemahkan kembali ke bahasa awal untuk dapat dimengerti oleh penerima. Menurut Yudha, protokol ini sendiri hanya bisa dikenali antar aplikasi SST saja, sehingga dinilai sangat aman untuk digunakan enterprise atau perkantoran, atau kegiatan penting dan privasi lainnya.

“SST menggunakan translasi bahasa yang kami sebut “Bahasa Alien” agar hacker tidak dapat membacanya. hanya masing-masing aplikasi SST saja yang dapat membaca bahasa alien ini,” jelasnya.

Sementara Archangle merupakan sebuah perangkat yang berfungsi mengawasi alur traffic data yang masuk ke jaringan, entah itu melalui kabel atau nirkabel yang digunakan oleh banyak perangkat seperti smartphone, Smart TV hingga PC atau laptop. Diungkapkan salah satu anggota R&D Archangle, Bayu Kurniawan, perangkat tersebut nantinya dapat mencegah traffic data berbahaya.

“Nanti akan muncul notifikasi seperti waktu kapan serangan atau traffic data mencurigakan terjadi, ip hacker yang mencoba meretas, hingga protokol yang mereka gunakan,” ucap Bayu.

Teknologi keamanan berbasis machine learning pada SST dan Archangel sendiri telah dipatenkan oleh Sydeco. Diklaim Patrick, hal tersebut karena belum ada kompetitor mereka yang sampai saat ini menggunakan keamanan dengan teknologi tersebut.

“Kami selalu mengembangkan keduanya. Kami berambisi jadi perusahaan Indonesia terdepan di bidang machine learning,” pungkas Patrick. (FHP/IF)

2 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini


ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI