Telset.id, Jakarta – Tim peneliti Malaysia sedang mencoba untuk mengubah serat daun nanas sebagai bahan utama pembuatan kerangka drone. Bagaimana caranya?
Tim peneliti dari Negeri Jiran telah mengembangkan metode untuk mengubah serat yang ditemukan dalam daun nanas yang dibuang, menjadi bahan tahan lama untuk membuat kerangka drone.
Tim peneliti dari Outta University di Malaysia sedang mengerjakan sebuah proyek yang dipimpin oleh Profesor Mohamed Sultan. Mereka mengembangkan cara berkelanjutan dalam menggunakan limbah nanas, salah satunya sebagai kerangka drone.
Limbah nanas itu dihasilkan oleh petani di provinsi Hulu Langat, dekat Kuala Lumpur. Prosesnya mengubah daun nanas menjadi serat, kemudian digunakan sebagai bagian drone yang murah dan dapat dibuang.
{Baca juga: Alasan Kenapa Limbah Lampu Perlu Dikelola dengan Baik}
Seperti dilansir Gizmochina, ketua tim penelitian mengatakan bahwa drone yang terbuat dari bahan bio-komposit memiliki rasio kekuatan terhadap berat yang lebih tinggi daripada yang terbuat dari serat sintetis.
Dikutip Telset, Sabtu (9/1/2021), bahan tersebut juga lebih murah, lebih ringan, dan mudah sekali pakai. Dengan demikian, suku cadang seperti itu menjadi biodegradable atau ramah olah dan ramah lingkungan.
Prototipe drone yang terbuat dari serat daun nanas telah menjalani pengujian dan mampu terbang hingga ketinggian sekitar 1.000 meter serta tetap mengudara selama sekitar 20 menit. Tim peneliti berharap bisa meningkatkan ukuran drone.
Tim penelitian bakal memperluas aplikasi drone tersebut ke berbagai situasi, termasuk pertanian dan inspeksi udara. Tujuannya untuk memberikan solusi inovatif bagi petani guna memacu peningkatan hasil.
Sebelumnya, sekelompok mahasiswa di Belanda berhasil menciptakan mobil listrik yang berfungsi penuh dan seluruhnya terbuat dari limbah, termasuk plastik dari laut, botol PET daur ulang, dan sampah rumah tangga.
{Baca juga: Mahasiswa Belanda Bikin Mobil Listrik dari Limbah}
Mobil listrik bernama Luca itu tampil sporty dengan warna kuning cerah dan hanya memiliiki dua tempat duduk saja. Bahkan, Luca dapat mencapai kecepatan tertinggi 56 mil per jam dan punya jangkauan 136 mil saat terisi penuh.
“Mobil ini sangat istimewa karena terbuat dari limbah,” terang manajer proyek dari Universitas Teknik Eindhoven, Lisa van Etten, kepada Reuters. (SN/MF)