Telset.id, Jakarta – OpenAI telah menjalin kemitraan strategis dengan Anduril Industries, sebuah perusahaan rintisan di bidang pertahanan, untuk mengembangkan AI Militer yang dapat digunakan oleh Pentagon.
Tujuan utama dari kolaborasi ini adalah meningkatkan sistem pertahanan militer Amerika Serikat terhadap ancaman serangan pesawat nirawak (drone) yang semakin canggih melalui teknologi AI buatan OpenAI. Kesepakatan ini menjadi sorotan karena mencerminkan pergeseran kebijakan OpenAI terhadap penggunaan teknologinya dalam sektor militer.
Meskipun OpenAI tetap melarang penggunaan modelnya untuk pengembangan atau pengoperasian senjata, perusahaan ini telah melunakkan beberapa larangannya sejak Januari 2024. Salah satu langkah signifikan adalah penghapusan larangan eksplisit terkait pengintegrasian AI dalam operasi militer dan peperangan.
BACA JUGA:
- Gegara Pelanggaran Hak Cipta, Koalisi Media Kanada Gugat OpenAI
- Ngeri! OpenAI Tolak 250 Ribu Permintaan Deepfake untuk Pemilu AS
Kemitraan ini bertujuan untuk menggabungkan model AI canggih OpenAI seperti GPT-4 dengan perangkat lunak dan sistem militer yang dimiliki Anduril. Teknologi ini dirancang untuk mendeteksi dan menetralkan pesawat nirawak yang dapat mengancam keamanan militer AS dan sekutunya.
Pentagon telah mengadopsi beberapa teknologi Anduril, termasuk pencegat pesawat nirawak “Roadrunner” dan menara penjaga yang mampu mengganggu komunikasi drone. Dengan tambahan kemampuan dari AI OpenAI, teknologi ini akan ditingkatkan untuk membuat keputusan yang lebih cepat dan akurat dalam situasi darurat.
CEO Anduril, Brian Schimpf, menekankan pentingnya kemitraan ini untuk mengatasi ancaman udara yang semakin kompleks. “Kemitraan kami dengan OpenAI memungkinkan kami memanfaatkan keahlian mereka dalam AI untuk mengisi celah kemampuan pertahanan udara di seluruh dunia,” ujarnya.
Selain meningkatkan pertahanan militer, kolaborasi ini juga berorientasi pada mempertahankan keunggulan teknologi AS di tengah persaingan global, khususnya dengan Tiongkok yang juga gencar mengembangkan AI di sektor pertahanan. CEO OpenAI, Sam Altman, menyatakan bahwa OpenAI berkomitmen untuk mendukung teknologi yang mendukung nilai-nilai demokrasi.
“Kolaborasi kami dengan Anduril akan memastikan bahwa teknologi OpenAI digunakan untuk melindungi personel militer AS dan mendukung keamanan nasional dengan cara yang bertanggung jawab,” kata Altman.
Kemitraan ini menghadirkan tantangan besar, terutama terkait etika penggunaan AI dalam konteks militer. OpenAI dan Anduril berjanji untuk memastikan pengembangan teknologi ini tetap bertanggung jawab, dengan tujuan utama melindungi kehidupan dan memastikan teknologi digunakan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi.
Anduril, yang didirikan oleh Palmer Luckey, pendiri Oculus Rift memiliki rekam jejak dalam menciptakan teknologi pertahanan mutakhir seperti drone militer otonom dan kapal selam tanpa awak. Dengan dukungan AI dari OpenAI, potensi teknologi ini untuk mendukung operasi militer yang lebih efisien dan aman semakin besar.
Kolaborasi antara OpenAI dan Anduril Industries menunjukkan bagaimana AI dapat digunakan untuk keperluan defensif, bukan ofensif. Dengan mengembangkan teknologi yang berfokus pada pertahanan, kemitraan ini membuka peluang untuk menciptakan ekosistem AI militer yang lebih etis dan bertanggung jawab.
BACA JUGA:
- Elon Musk Tambahkan Nama Microsoft dalam Gugatan Terhadap OpenAI
- OpenAI Kembangkan Chip Khusus untuk Tangani Beban Kerja AI
Ke depan, teknologi ini tidak hanya akan menjadi aset penting bagi militer AS tetapi juga menjadi acuan global untuk penggunaan AI dalam menjaga keamanan dan stabilitas internasional. OpenAI dan Anduril telah menetapkan standar baru untuk bagaimana teknologi AI dapat berkontribusi pada dunia yang lebih aman dan bebas.