Telset.id – Jika Anda mengira kecerdasan hanya milik manusia dan primata, siap-siap terkejut. Burung—dengan otak seberat 10 gram—ternyata mampu melakukan hal-hal yang setara dengan simpanse berotak 400 gram. Bagaimana mungkin?
Selama puluhan tahun, ilmuwan berdebat tentang asal-usul kecerdasan vertebrata. Apakah nenek moyang bersama 320 juta tahun lalu telah mewariskan “sirkuit pintar” ini, atau burung dan mamalia mengembangkannya secara independen? Studi terbaru di Science (Februari 2025) akhirnya memberikan jawaban mengejutkan: Kecerdasan vertebrata berevolusi lebih dari sekali.
Otak Burung vs Mamalia: Desain Berbeda, Kemampuan Setara
Burung seperti gagak, kakatua, dan chickadee dikenal bisa merencanakan masa depan, menggunakan alat, bahkan menghitung. Padahal, otak mereka tidak memiliki neokorteks—struktur berlapis enam yang dianggap sebagai pusat kecerdasan mamalia. Sebaliknya, burung memiliki dorsal ventricular ridge (DVR), gumpalan neuron tanpa pola jelas.
Pada 1960-an, neuroanatomis Harvey Karten menemukan bahwa DVR burung memiliki sirkuit saraf mirip neokorteks mamalia. Ia menyimpulkan keduanya berasal dari nenek moyang sama. Namun, penelitian embriologis Luis Puelles di tahun 2000-an justru menunjukkan bahwa kedua struktur berkembang dari area berbeda di pallium (wilayah otak vertebrata).
Baca Juga:
Teknologi RNA Ungkap Rahasia Evolusi
Dua tim peneliti independen akhirnya memecahkan kebuntuan ini dengan single-cell RNA sequencing. Teknologi ini memetakan perkembangan sel otak dari embrio hingga dewasa pada ayam, tikus, dan kadal. Hasilnya?
- Sirkuit dewasa burung dan mamalia terlihat mirip, tetapi dibangun dari jenis neuron berbeda.
- Neokorteks mamalia dan DVR burung berkembang pada waktu, urutan, dan area otak embrio yang berbeda.
- Pada burung, neuron dari wilayah embrio berbeda bisa matang menjadi jenis yang sama—fenomena yang tidak terjadi pada mamalia.
“Anda bisa membangun sirkuit sama dari tipe sel berbeda,” jelas Bastienne Zaremba dari Universitas Heidelberg, salah satu peneliti. Temuan ini sekaligus menjawab mengapa robot humanoid sulit meniru fleksibilitas kecerdasan alami.
Pelajaran untuk Kecerdasan Buatan
Studi ini bukan hanya tentang burung. Dalam dunia yang terobsesi dengan AI, temuan ini menunjukkan bahwa:
- Kecerdasan bukan desain tunggal: Vertebrata dan cephalopoda (seperti gurita) mencapai kecerdasan dengan arsitektur otak sangat berbeda.
- Evolusi bersifat konvergen: Seperti piramida Mesir dan Amerika Selatan yang dibangun terpisah, otak cerdas pun bisa muncul lewat jalur berbeda.
“Bagaimana jika kita membangun AI dari perspektif burung?” tanya Niklas Kempynck dari KU Leuven. Pertanyaan ini relevan mengingat perkembangan teknologi China yang sering mengambil inspirasi dari alam.
Yang pasti, burung telah memaksa kita mengubah definisi kecerdasan. Seperti kata Maria Tosches dari Columbia University: “Kita bukan solusi optimal kecerdasan. Burung juga sampai di sana, dengan caranya sendiri.”