Telset.id – Bayangkan jika dinding rumah Anda bisa dibongkar pasang seperti Lego, terbuat dari bahan ramah lingkungan, dan bahkan cocok untuk dibawa ke Mars. Inilah visi di balik eco-voxel, blok bangunan modular terbaru yang dikembangkan para peneliti di Georgia Institute of Technology. Dalam dunia yang semakin sadar lingkungan, inovasi ini bisa menjadi jawaban atas krisis konstruksi berkelanjutan.
Konstruksi konvensional menyumbang 10% emisi gas rumah kaca global, dengan semen, baja, dan beton sebagai penyumbang utama. Eco-voxel hadir sebagai solusi: blok berbahan polimer PTT (parsial dari jagung) yang diperkuat serat karbon daur ulang dari limbah industri aerospace. Hasilnya? Material yang 40% lebih rendah jejak karbon dibanding bahan tradisional, namun tetap kuat untuk menahan beban struktural.
Mengapa Eco-Voxel Begitu Istimewa?
Kunci keunggulan eco-voxel terletak pada tiga hal: modularitas, sirkularitas, dan adaptabilitas. Blok ini dirancang untuk:
- Dirakit dan dibongkar tanpa limbah – Cocok untuk proyek temporer seperti shelter bencana.
- Dikonfigurasi ulang – Bentuknya bisa diubah sesuai kebutuhan, dari dinding rumah hingga komponen pesawat.
- Meminimalkan ketergantungan pada sumber daya terbatas – Menggunakan bahan bio-based dan daur ulang.
Tim peneliti, dipimpin Christos Athanasiou, membuktikan melalui simulasi komputer bahwa eco-voxel tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga unggul dalam performa. Dinding yang dibangun dari material ini memiliki jejak karbon 30% lebih rendah daripada beton dan 20% lebih rendah daripada kayu laminasi (CLT).
Dari Bumi ke Mars: Potensi Aplikasi Eco-Voxel
Selain untuk perumahan dan infrastruktur di Bumi, eco-voxel menjanjikan revolusi dalam konstruksi luar angkasa. Bayangkan habitat di Mars atau Bulan yang bisa dibangun dalam hitungan jam menggunakan material modular ini. “Di luar angkasa, kita butuh unit ringan yang bisa dirakit cepat dengan bahan lokal,” jelas Athanasiou.
Dalam skenario darurat, seperti bencana alam, eco-voxel bisa menjadi solusi cepat untuk membangun shelter sementara. Modularitasnya memungkinkan relokasi dan rekonfigurasi tanpa menghasilkan sampah konstruksi.
Studi ini dipublikasikan di jurnal Matter, dengan detail lengkap tentang komposisi material dan analisis siklus hidup. Para peneliti yakin, eco-voxel bukan sekadar terobosan teknis, tapi langkah menuju ekosistem konstruksi yang benar-benar berkelanjutan.
Jadi, apakah eco-voxel akan menggantikan beton suatu hari nanti? Mungkin belum dalam waktu dekat. Namun, inovasi ini membuktikan bahwa masa depan konstruksi bisa lebih hijau, modular, dan bahkan interplanet.