Colossal Biosciences Berhasil “Menghidupkan Kembali” Serigala Purba Dire Wolf

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Bayangkan seekor serigala putih besar dengan tubuh kekar dan rahang kuat yang pernah menjelajahi Amerika Utara selama Zaman Es. Spesies yang dikenal sebagai dire wolf (Canis dirus) ini punah lebih dari 10.000 tahun lalu—tetapi sekarang, berkat teknologi genetika mutakhir, mereka “hidup” kembali. Startup bioteknologi Colossal Biosciences mengklaim telah berhasil menciptakan kembali hewan purba ini melalui rekayasa genetik, sebuah pencapaian yang bisa mengubah masa depan konservasi satwa liar.

Dalam lokasi rahasia di Amerika Serikat, dua anak serigala putih berusia lima bulan bernama Romulus dan Remus sedang bermain di padang rumput. Dengan berat sudah mencapai 80 pon, mereka memiliki ciri fisik yang berbeda dari serigala abu-abu modern: bahu lebih tegap, kepala lebih lebar, dan paha lebih berotot. “Ini adalah dire wolf,” tegas Ben Lamm, CEO Colossal Biosciences, kepada WIRED.

Teknologi De-Ekstinksi: Bukan Jurassic Park, Tapi Lebih Canggih

Colossal tidak mengkloning DNA purba langsung dari fosil seperti dalam film Jurassic Park. Sebaliknya, mereka memodifikasi genetik kerabat modernnya—dalam hal ini serigala abu-abu—untuk menciptakan hewan yang mirip dengan nenek moyang mereka yang telah punah. Tim ilmuwan melakukan 20 suntingan unik pada 14 gen berbeda dalam genom serigala abu-abu, dengan 15 di antaranya bertujuan mereproduksi varian gen dire wolf.

Prosesnya dimulai dengan mengambil sampel darah serigala abu-abu, kemudian mengisolasi sel progenitor endotel. Setelah genomnya disunting, materi genetik dimasukkan ke dalam sel telur anjing domestik yang telah dikosongkan DNA-nya. Embrio yang terbentuk kemudian ditanamkan ke rahim anjing pengganti. Butuh delapan induk pengganti dan rata-rata 45 embrio per induk untuk menghasilkan tiga anak dire wolf yang sehat.

Kontroversi Ilmiah: Apakah Ini Benar-Benar Dire Wolf?

Pencapaian Colossal memicu perdebatan di kalangan ilmuwan. Dengan genom yang 99% identik dengan serigala abu-abu, apakah hewan ini layak disebut dire wolf? “Jika kita melihat hewan ini dan dia terlihat seperti dire wolf, berperilaku seperti dire wolf, saya akan menyebutnya dire wolf,” kata Beth Shapiro, Kepala Ilmuwan Colossal yang juga profesor di UC Santa Cruz.

George Church, profesor genetika Harvard yang ikut mendirikan Colossal, mengakui bahwa tujuan akhirnya adalah menciptakan hewan dengan genom lengkap dire wolf. “Sementara itu, kami memprioritaskan semua ciri yang benar-benar mendefinisikan spesies ini,” ujarnya.

Dampak Ekologis dan Masa Depan Konservasi

Colossal menyatakan bahwa tiga dire wolf mereka tidak akan dilepasliarkan ke alam bebas. “Kami ingin menggunakan proyek ini untuk menarik perhatian pada nasib serigala abu-abu yang sangat membutuhkan bantuan kita,” jelas Shapiro. Namun perusahaan ini telah membuat terobosan lain yang lebih langsung bermanfaat bagi konservasi: mereka berhasil mengkloning empat serigala merah (Canis rufus), spesies yang sangat terancam punah di AS.

Dengan hanya kurang dari 20 individu yang tersisa di alam liar dan 270 dalam program penangkaran, kloning serigala merah dari darah pendiri yang berbeda bisa meningkatkan keragaman genetik populasi hingga 25%. “Ini membuka lebih banyak jalur untuk biobanking, yang mungkin menjadi polis asuransi terbaik kita melawan kepunahan,” kata Matt James, Kepala Petugas Hewan Colossal.

Lamm mengakui bahwa proyek dire wolf memang dirancang untuk menarik perhatian publik. “Saya pikir aspek budaya pop dari dire wolf akan seksi dan menyenangkan bagi banyak orang, dan itu akan meningkatkan kesadaran untuk konservasi serigala,” katanya. Apapun kontroversinya, pencapaian Colossal membuka babak baru dalam upaya melestarikan—bahkan “menghidupkan kembali”—keanekaragaman hayati Bumi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI