Telset.id – Bayangkan jika sampah plastik yang selama ini mencemari lautan justru bisa menjadi solusi untuk menangkap emisi karbon di atmosfer. Kedengarannya seperti mimpi, bukan? Tapi inilah yang berhasil diwujudkan oleh para peneliti di Denmark dengan terobosan material bernama BAETA.
Setiap tahun, produksi dan pembuangan plastik global menghasilkan hampir 2 miliar ton gas rumah kaca. Sebagian besar berakhir di tempat pembuangan sampah, mencemari tanah dan laut. Namun, tim peneliti dari University of Copenhagen telah menemukan cara untuk mengubah masalah ini menjadi solusi iklim yang revolusioner.
Dalam studi terbaru yang diterbitkan di Science Advances pada 5 September 2025, mereka berhasil mengubah plastik PET yang terdekomposisi—jenis plastik #1 yang biasa digunakan dalam botol minuman dan kemasan makanan—menjadi material penangkap karbon yang efisien. Proses ini disebut aminolisis, sebuah reaksi kimia yang mengubah sampah menjadi berkah.
“Keindahan metode ini adalah kita memecahkan masalah tanpa menciptakan masalah baru,” ujar Margarita Poderyte, kandidat PhD kimia di University of Copenhagen dan penulis utama studi, dalam rilis resmi. “Dengan mengubah sampah menjadi bahan baku yang dapat secara aktif mengurangi gas rumah kaca, kita menjadikan masalah lingkungan sebagai bagian dari solusi krisis iklim.”
BAETA memiliki struktur bubuk yang dapat dibentuk menjadi pelet, sangat efektif dalam menangkap molekul CO2. Satu pon BAETA mampu menyerap hingga 0,15 pon CO2—efisiensi yang cukup tinggi dibandingkan sistem komersial yang ada saat ini. Material ini juga lebih tahan panas daripada sorbent amina lainnya, tetap stabil pada suhu hingga 482 derajat Fahrenheit.
Meski membutuhkan input energi panas yang lebih besar untuk mencapai penyerapan CO2 maksimal, para peneliti yakin BAETA dapat memberikan sistem penangkapan karbon yang skalabel dan hemat biaya. Terobosan ini datang di saat yang tepat, mengingat meningkatnya urgensi untuk mengurangi polutan pemanasan planet seperti karbon dioksida.
Baca Juga:
Dua Masalah Besar, Satu Solusi Inovatif
Krisis iklim dan polusi plastik adalah dua tantangan terbesar yang dihadapi umat manusia saat ini. Sementara suhu global terus meningkat, jumlah sampah plastik di tempat pembuangan akhir, lautan, dan hampir semua sudut Bumi telah menyebabkan krisis mikroplastik global yang mengancam kesehatan manusia dan ekosistem.
Poderyte dan koleganya berharap pendekatan baru mereka terhadap penangkapan karbon dapat “membunuh dua burung dengan satu batu”. Dengan memanfaatkan plastik PET yang sudah terdekomposisi, mereka tidak hanya membersihkan lingkungan tetapi juga menciptakan alat untuk memerangi perubahan iklim.
“Jika kita bisa mendapatkan plastik PET yang sangat terdekomposisi mengambang di lautan dunia, itu akan menjadi sumber daya yang berharga bagi kami karena sangat cocok untuk daur ulang dengan metode kami,” kata Poderyte. Pernyataan ini sangat relevan mengingat penemuan terbaru tentang 27 juta ton partikel plastik yang mengambang di Atlantik Utara.
Jiwoong Lee, profesor kimia di University of Copenhagen dan rekan penulis studi, menambahkan, “Kami tidak berbicara tentang masalah yang berdiri sendiri, begitu pula solusinya. Material kami dapat menciptakan insentif ekonomi yang sangat konkret untuk membersihkan lautan dari plastik.”
Inisiatif daur ulang plastik semacam ini sebenarnya sudah mulai diadopsi oleh berbagai perusahaan teknologi. Seperti yang kita lihat dalam komitmen Google menggunakan plastik daur ulang di semua produknya tahun 2022, atau pengontrol Xbox baru Microsoft yang menggunakan bahan daur ulang. Bahkan praktik daur ulang kreatif juga dilakukan di tempat-tempat yang tidak terduga, seperti kuil Buddha Thailand yang mendaur ulang 40 ton plastik menjadi jubah.
Masa Depan Penangkapan Karbon yang Berkelanjutan
BAETA bukan sekadar terobosan ilmiah biasa. Material ini mewakili perubahan paradigma dalam bagaimana kita memandang sampah—bukan sebagai masalah, tetapi sebagai sumber daya yang belum dimanfaatkan. Dalam dunia yang semakin sadar akan keberlanjutan, pendekatan sirkular seperti ini bisa menjadi kunci menuju masa depan yang lebih hijau.
Yang membuat BAETA istimewa adalah kemampuannya untuk bekerja dalam kondisi yang menantang. Ketahanan panasnya yang luar biasa berarti material ini dapat digunakan dalam berbagai aplikasi industri, dari pembangkit listrik hingga pabrik manufaktur. Meski membutuhkan lebih banyak energi untuk melepaskan karbon yang ditangkap, efisiensi keseluruhannya menjanjikan.
Pertanyaan besarnya sekarang: bisakah teknologi ini diimplementasikan dalam skala besar? Dengan jumlah sampah plastik yang terus bertambah—dan kebutuhan untuk mengurangi emisi karbon yang semakin mendesak—BAETA mungkin saja menjadi salah satu solusi paling elegan yang pernah dikembangkan manusia.
Kita sering terjebak dalam pemikiran bahwa solusi untuk masalah lingkungan harus rumit dan mahal. Tapi terkadang, jawabannya justru ada di depan mata kita—dalam botol plastik yang kita buang setiap hari. BAETA mengingatkan kita bahwa inovasi tidak selalu tentang menciptakan sesuatu yang baru, tetapi tentang melihat yang lama dengan cara yang berbeda.
Jadi, lain kali Anda melihat sampah plastik mengambang di laut atau teronggok di tempat sampah, ingatlah bahwa material yang sama mungkin suatu hari nanti akan membantu menyelamatkan planet kita. Itulah kekuatan sains ketika bertemu dengan kreativitas—mengubah ancaman menjadi harapan, dan masalah menjadi solusi.