Telset.id, Jakarta – Badai gelap besar di Neptunus yang kali pertama terlihat dua tahun lalu tiba-tiba berubah arah. Badai misterius tersebut membuat para ahli tidak memiliki jawaban.
Badai gelap besar di Neptunus pertama kali ditemukan oleh Teleskop Luar Angkasa Hubble pada 2018.
Badai gelap besar itu terlihat di belahan Bumi utara. Pada 2019, badai dahsyat di Neptunus terlihat bergerak menuju belahan Bumi selatan, tetapi pada Agustus 2020 mulai bergerak kembali ke belahan Bumi utara.
Menurut laporan New York Post, seperti dikutip Telset, Rabu (30/12/2020), titik gelap lain yang lebih kecil juga terlihat jelas dan diyakini sebagai bagian dari badai berkekuatan lebih besar yang pecah menjadi badai terpisah.
{Baca juga: NASA akan Jelajahi Bulan Triton di Neptunus, Mau Ngapain?}
“Kami sangat senang dengan pengamatan in. Sebab, fragmen gelap yang lebih kecil berpotensi menjadi bagian dari proses gangguan titik gelap,” kata Michael H Wong dari University of California di Berkeley melalui pernyataan.
“Proses tersebut tidak pernah diamati. Kami telah melihat beberapa titik gelap lain memudar dan menghilang. Namun, kami tidak pernah melihat apa pun yang mengganggu meski terdeteksi dalam simulasi komputer,” lanjutnya.
NASA kali pertama terbang melewati Neptunus pada 1989 menggunakan pesawat ruang angkasa Voyager 2 dan mengambil gambar dari dua titik gelap. Pada 1994, ia diamati secara teratur oleh Teleskop Luar Angkasa Hubble.
Sejak itu, teleskop luar angkasa telah melihat “Bintik Gelap Besar” serta bintik gelap lain di Neptunus. Badai gelap besar di Neptunus tersebut diyakini berukuran 4.600 mil dan merupakan yang keempat diamati di planet biru sejak 1993 silam.
{Baca juga: Teleskop Hubble Tangkap Bintik Hitam Raksasa di Neptunus}
Dilaporkan, bintik hitam itu hanya berupa kumpulan awan putih. Awan tersebut diketahui terbuat dari kristal es. Peneliti pun memprediksi bahwa awan-awan itu mengelilingi badai yang menjadi bintik hitam, seperti halnya awan yang mengelilingi gunung.
“Kami terlalu sibuk melacak badai yang lebih kecil pada 2015 sehingga tidak sadar akan datang badai besar lain secara cepat,” ujar ilmuwan planet Sentral Penerbangan Antariksa Goddard, Amy Simon. (SN/MF)